tag:blogger.com,1999:blog-86299213119459666992024-03-18T13:03:39.371+07:00CERITA SEX 17+ INDONESIAKumpulan cerita sex - cerita dewasa - cerita remaja indonesiaNimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-35157106824381551292010-12-08T01:58:00.000+07:002010-12-08T01:58:00.132+07:00Cerita Sex Ngintip Cewek SMP Berakhir Diranjang<div class="normal"><div align="justify"><a href="http://cerita-sex.blogspot.com/"><strong>Cerita Sex</strong> </a>singkat kali ini dikirimkan oleh seorang pembaca setia <a href="http://cerita-sex.blogspot.com/"><strong>Situs Cerita Dewasa</strong></a> yang sudah lama sudah lama tidak terupdate ini!hufttt sorry admin lagi sibuk banget dan mulai sekarang situs seks ini akan terus kami upayakan biar makin berkembang dan makin banyak <a href="http://cerita-sex.blogspot.com/"><strong>Cerita Hot</strong></a> lainya! ayooo bagi kalian yang mempunyai cerita yang bisa membangkitan gairah sex segera kirimkan ke situs kesayangan kita bersama ini. Oc kali ini kami mendapatkan kiriman <a href="http://cerita-sex.blogspot.com/"><strong>Cerita Seru</strong> </a>dari bro jack yang menceritakan kisahnya ngintip cewek teman SMPnya Mandi sampai berujung ke ranjang!</div><div align="justify">berikut <a href="http://cerita-sex.blogspot.com/"><strong>Cerita Dewasa</strong> </a>dari beliau kala itu pada suatu pagi hari tetapnya, hari Minggu pada bulan Mei tahun 2005, aku dan temen2ku dari kelas suatu SMP kelas 3 di kota S sedang melakukan perpisahan sendiri. Singkat aja, waktu itu, aku dan temen2ku sedang outbound di kota J. rasa capek dan penatku menghilang setelah smua kegiatan outbound selesai. Dan setelah itu kami semua pergi untuk mandi. yang pertama mandi adalah cewek2 dari kelasku, dan yang cowok mengambil baju terlebih dahulu. setelah itu, aku dan ke2 temen cowoku menunggu untuk bergiliran mandi kamar mandi di tempat outbound itu.<br />
Nah, pikiran mesumku keluar, aku berniat mengintip salah satu temanku yang seksinya luar biasa, baru kuketahui ukuran bh-nya 34c. Sangat besar untuk ukuran anak SMP. Sebut saja namanya diva ehh, ternyata dari luar kamar mandi terdapat celah kecil untuk melihat ke dalam dan WOW... susunya yang montok membuat adikku berdiri. Aku terpana melihat keseksian tubuhnya.<br />
Eh dia melihatku mengintip. Aku takut dia amat marah, yah bener deh dia marah. heh! ngapain lho??? gak kok... suerrrr. aku bilang gitu biar dia gak marah ma aku. Diva sempet ngediemin aku. Akhirnya karna aku gak tahan dia ngediemin aku, aku pergi ke rumahna yang kebetulan hanya diva yang ada dirumahnya untuk meminta maaf langsung. div, gw minta maaf, aku bener2 gak sengaja waktu itu. Diva tetap diam, akhirnya aku berniat untuk memberikan sedikit kecupan di bibirnya. Ternyata dia membalas ciumanku. aku sempat terkejut. Tuntaskan nafsumu Jack, puaskan aku. Akhirnya, aku mencumbuinya... aku remas susunya yang besar itu. mmmh... ssssshhhh... buka ba...ju...ku... sayang... mmmh aku lalu membuka semua pakaianku dan pakaiannya. Aku terpesona melihat toket nya yang super besar dan menggemaskan, tambah lagi memeknya blum terlalu lebat. Aku langsung menyedot toket kanannya yang putingnya berwarna putih itu... mmmmhhhh... sedot terrrr...uuusss sayang aku terus memilin toketnya... kontolmu.... say... ge...de... banget... kontolku yang berukuran 18cm itu dikulumnya... nikmat kulumannya. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengingini memeknya yang sudah basah. Dia masih perawan. Dan aku yang pertama kali dan satu satunya yang menjadi pasangan seksnya. Aku terobos memeknya hingga sampai ujung vaginanya. Aku tarik dan dorong. pantat seksinya itu membuatku semakin bergairah. Setelah 20 menit, aku merasa ingin keluar. Sayyyyyaaaang.... Akuuuuu... ke....lu....ar.... ahhhhhh.</div><div align="justify">Aku langsung mencabut kontolku dan kuarahkan ke payudaranya yang membumbung tinggi. Spermaku termuntahkan kemana mana. Divapun langsung menjilati penisku. Sekian lama aku dan diva pun berhubungan seks pada hari itu. Aku tidak berani mengeluarkan spermaku di dalam, takut hamil. Sampai sekarang pun, aku masih berpacaran dengan diva dan sering melakukan seks karna kami kuliah di universitas yang sama.</div><div align="justify">Sekian cerita sex ngintip cewek smp berakhir diranjang dari saya. mohon di komen sbanyak-banyaknya y para pembaca setia situs cerita sex dewasa ini. hehehe ayoo bagi user lain mohon kirimkan cerita hot dari kalian! kami tunggu!cheers....kawan kawanku</div></div>Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com70tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-1379550560399738682010-12-07T06:50:00.000+07:002010-12-07T06:50:00.531+07:00ABG BerBuah dada BesarBagi para pembaca yang belum membaca ceritaku terdahulu yang berjudul Beli Mobil Berbonus Seks, perkenalkan namaku Wawan. Aku sedang kuliah di tingkat terakhir sebuah PTS di Jakarta. Sambil kuliah, aku berwiraswasta. Terimakasih untuk temanku yang dulu memperkenalkan aku pada bisnis ini, sehingga keadaan ekonomiku sudah sangat berubah. Aku merasa sangat bersyukur, di saat banyak sarjana yang masih menganggur, aku yang masih kuliah sudah mendapatkan penghasilan besar setiap bulannya.<br />
<br />
<br />
Kejadian ini berlangsung beberapa minggu yang lalu. Saat itu, hari Jumat sore, aku sedang mengerjakan salah satu proyekku. Seperti biasa untuk refreshing, sambil menyeruput secangkir kopi, aku membaca email email yang masuk. Segera kubalas email permintaan proposal dari pelanggan, dan aku pun kadang tertawa geli membaca email-email joke dari teman-temanku. <br />
<a name='more'></a>Tetapi ada satu email yang menarik perhatianku, yaitu dari temanku yang tinggal di Bogor, Andi. Dia sedang suntuk dan mengajakku untuk refreshing ke Puncak saat aku tidak sibuk. Kebetulan besok aku tidak ada acara, hanya perlu mengambil pembayaran ke salah satu klienku. Terlebih lagi Monika, pacarku, juga sedang keluar kota bersama keluarganya.<br />
<br />
Aku segera mengambil HP-ku dan menelpon Andi, temanku itu.<br />
<br />
Di.., OK deh gue jemput lu ya besok.. Mumpung cewek gue sedang nggak ada<br />
Gitu donk.. Bebas ni ye.. Emangnya satpam lu kemana?<br />
Ke Surabaya.. Ada saudaranya kawinan<br />
Besok jangan kesiangan ya datangnya.. Jam 11-an deh<br />
OK<br />
<br />
Setelah itu kunyalakan sebatang rokok, dan kuteruskan pekerjaanku.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Pagi itu, aku berangkat ke Bogor. Dalam perjalanan, aku mampir ke tempat salah satu klienku di daerah Tebet, untuk mengambil pembayaran proyek yang telah kuselesaikan. Setelah mengambil cek pembayaran, segera aku menuju tol Jagorawi. Sialnya ban mobilku sempat kempes, untungnya hal itu terjadi sebelum aku masuk jalan tol. Akibatnya, sekalipun aku telah memacu mobilku, baru sekitar jam 12.30 aku sampai di rumah Andi.<br />
<br />
Sialan lu.. Gue udah tunggu-tunggu dari tadi, baru dateng. Andi berkata sedikit kesal ketika membuka pintu rumahnya.<br />
Sorry.. Gue perlu ke klien dulu.. Udah gitu tadi bannya kempes, mesti ganti ban dulu di tengah jalan<br />
Anterin gue tambal ban dulu yuk.. Baru kita cabut sambungku lagi.<br />
Bentar.. Gue ganti dulu ya. Andi pun kemudian ngeloyor pergi ke kamarnya.<br />
<br />
Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama Siska, adik Andi, datang membawa minuman.<br />
<br />
Kok udah lama nggak mampir Mas?<br />
Iya Sis, habis sibuk.. Mesti cari duit nih jawabku.<br />
Mentang-mentang udah jadi pengusaha.. Sombong ya godanya sambil tertawa kecil. Siska ini memang cukup akrab denganku. Anaknya memang ramah dan menyenangkan. Kami pun bersenda gurau sambil menunggu kakaknya yang sedang bersiap.<br />
<br />
Setelah Andi muncul, kami segera berangkat menuju tukang tambal ban terdekat. Setelah beres, aku membawa mobilku menuju sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian lumayan panjang hari itu, akibatnya cukup lama juga kami menghabiskan waktu di sana.<br />
<br />
Saat keluar dari bank tersebut, jam telah menunjukkan pukul 14.00 siang, sehingga aku mengajak Andi mampir ke sebuah restoran fast food untuk makan siang. Di restoran itu, kami bertemu dengan dua gadis ABG cantik yang masih berseragam SMA. Yang seorang berambut pendek, dengan wajah yang manis. Tubuhnya tinggi langsing, dengan kulit agak hitam, tetapi bersih. Sedangkan yang satu berwajah cantik, berkulit putih dan berambut panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tetapi yang paling menarik perhatian adalah tubuhnya yang padat. Payudaranya tampak besar menerawang di balik seragam sekolahnya. Kami tersenyum pada mereka dan mereka pun membalas dengan genit.<br />
<br />
Wan.. Kita ajak mereka yuk.. kata Andi.<br />
Boleh aja kalau mereka mau jawabku.<br />
Tapi lu yang traktir ya bos.., kan baru ngambil duit nih<br />
Beres deh<br />
<br />
Andi pun kemudian menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Memang Andi ini pemberani sekali dalam hal begini. Dia memang terkenal playboy, punya banyak cewek. Hal itu didukung dengan perawakannya yang lumayan ganteng.<br />
<br />
Lisa.. kata gadis berambut pendek itu saat mengenalkan dirinya.<br />
Ini temannya siapa namanya tanyaku sambil menatap gadis seksi temannya.<br />
Novi kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. Langsung kusambut jabatan tangannya yang halus itu.<br />
<br />
Aku dan Andi lalu pindah ke meja mereka. Kami berempat berbincang-bincang sambil menikmati hidangan masing-masing. Ketika diajak, mereka setuju untuk jalan-jalan bersama ke Puncak. Setelah selesai makan, waktu berjalan menuju mobil, kulihat payudara Novi tampak sedikit bergoyang-goyang saat dia berjalan. Ingin rasanya kulumat habis payudara gadis belia itu.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Setelah berjalan-jalan di Puncak menikmati pemandangan, kami pun cek in di sebuah motel di sana.<br />
<br />
Lu kan yang traktir Wan.. Lu pilih yang mana? bisik Andi saat kami sedang mengurus cek-in. Memang sebelumnya aku yang janji akan traktir, karena aku baru saja menerima pembayaran dari salah satu proyekku.<br />
Novi jawabku pendek.<br />
Hehe.. Lu nafsu liat bodynya ya? bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Setelah itu, kamipun segera cek-in. Kugandeng tangan Novi, sedangkan Andi tampak merangkul bahu Lisa menuju kamar.<br />
<br />
Setelah kukunci pintu kamar, tak sabar langsung kudekap tubuh Novi. Langsung kucium bibirnya dengan penuh gairah. Tanganku dengan gemas meremas gundukan payudaranya. Setelah puas menciumi bibirnya, kuciumi lehernya, dan kemudian segera kubuka kancing baju seragamnya.<br />
<br />
Iih Mas.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya? godanya.<br />
<br />
Tak kuhiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BH-nya yang tampak kekecilan untuk menampung payudaranya yang besar itu. Langsung kuhisap dengan gemas daging kenyal milik Novi, gadis SMA cantik ini.<br />
<br />
Ahh.. Ahh erangnya ketika puting payudaranya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap. Tangan Novi mengangkat payudaranya, sambil tangannya yang lain menekan kepalaku ke dadanya.<br />
Enak Mas.. Ahh erangnya lebih lanjut saat mulutku dengan ganas menikmati payudara yang sangat menggoda nafsu birahiku.<br />
Jilati putingnya Mas.. pintanya. Erangannya semakin menjadi dan tangannya menjambak rambutku ketika kuturuti permintaannya dengan senang hati.<br />
<br />
Puas menikmati payudara gadis belia ini, kembali kuciumi wajahnya yang cantik. Lalu kutekan bahunya, dan diapun mengerti apa yang aku mau. Dengan berjongkok di depanku, dibukanya restleting celanaku. Tak sabar, kubantu dia membuka seluruh pakaianku.<br />
<br />
Ih.. Mas, gede banget.. desahnya lirih ketika penisku mengacung tegak di depan wajahnya yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluanku itu.<br />
Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?<br />
Belum Mas.. Punya cowok Novi nggak sebesar ini. jawabnya. Tampak matanya menatap gemas ke arah kemaluanku.<br />
Arghh.. Enak Nov.. erangku ketika Novi mulai mengulum kepala penisku.<br />
<br />
Dijilatinya lubang kencingku, dan kemudian dikulumnya penisku dengan bernafsu. Sementara itu tangannya yang halus mengocok batang penisku. Sesekali diremasnya perlahan buah zakarku. Rasa nikmat yang tiada tara menghinggapi tubuhku, ketika gadis cantik ini memompa penisku dengan mulutnya. Kulihat kepalanya maju mundur menghisapi batang kejantananku. Kuusap-usap rambutnya dengan gemas. Karena capai berdiri, akupun pindah duduk di kursi. Novi kemudian berjongkok di depanku.<br />
<br />
Novi isap lagi ya Mas.. Novi belum puas.. katanya lirih.<br />
<br />
Kembali mulut gadis belia ini menghisapi penisku. Sambil mengelus-elus rambutnya, kuperhatikan kemaluanku menyesaki mulutnya yang mungil. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku, juga gumaman nikmat Novi saat menghisapi kejantananku. Saat kepalanya maju mundur, payudaranya pun bergoyang-goyang menggoda. Kuremas dengan gemas bongkahan daging kenyal itu.<br />
<br />
Nov.., jepit pakai susumu Nov.. pintaku.<br />
<br />
Novi langsung meletakkan penisku di belahan payudaranya, dan kemudian kupompa penisku. Sementara itu tangan Novi menjepitkan payudaranya yang besar, sehingga gesekan daging payudaranya memberikan rasa nikmat luar biasa pada penisku.<br />
<br />
Yes.. Yes.. akupun tak kuasa menahan rasa nikmatku. Setelah beberapa lama, kusodorkan kembali penisku ke mulutnya, yang disambutnya dengan penuh nafsu.<br />
<br />
Setelah puas menikmati mulut dan payudara gadis SMA ini, kuminta dia untuk bangkit berdiri. Kuciumi lagi bibirnya dan kuremas-remas rambutnya dengan gemas. Tanganku melepas restleting rok seragam abu-abunya, kemudian kuusap-usap vaginanya yang mulai mengeluarkan cairan membasahi celana dalamnya. Kusibak sedikit celana dalam itu dan kuusap-usap bibir vagina dan klitorisnya. Tubuh Novi menggelinjang di dalam dekapanku. Erangannya semakin menjadi.<br />
<br />
Aku sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini. Kubalikkan badannya dan kuminta dia menungging bertumpu di meja rias. Kubuka celana dalamnya sehingga dia hanya tinggal mengenakan baju seragamnya yang kancingnya telah terbuka.<br />
<br />
Ahh.. jeritnya panjang ketika penisku mulai menerobos vaginanya yang sempit.<br />
Gila.. Memekmu enak banget Nov.. kataku ketika merasakan jepitan dinding vagina Novi.<br />
<br />
Langsung kupompa penisku di dalam vagina gadis cantik itu. Sementara itu, tanganku memegang pinggulnya, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Novi pun menjerit-jerit nikmat saat tubuh belianya kusetubuhi dengan gaya doggy-style. Kulihat di kaca meja rias, wajah Novi tampak begitu merangsang. Wajah cantik gadis belia yang sedang menikmati persetubuhan. Payudaranya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan di balik baju seragamnya yang terbuka.<br />
<br />
Bosan dengan posisi ini, aku kembali duduk di kursi. Novi lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Kusibakkan rambutnya yang panjang indah itu dan kuciumi lehernya yang putih mulus. Sementara itu tubuh Novi bergerak naik turun menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan sibuk meremas payudaranya.<br />
<br />
Ahh.. Ahh.. Ahh.. erang Novi seirama dengan goyangan badannya di atas tubuhku. Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisapnya.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuhnya agak ke belakang, sehingga aku dapat menghisapi payudaranya. Memang enak sekali menikmati payudara kenyal gadis cantik ini. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali kujilati puting payudara yang berwarna merah muda. Erangan Novi semakin keras terdengar, membuat aku menjadi semakin bergairah. Setelah selesai aku menikmati payudara ranumnya, kembali tubuh belia Novi mencari pelepasan gairah mudanya dengan memompa penisku naik turun dengan liar. Tak kusangka seorang gadis SMA dapat begini binal dalam bermain seks.<br />
<br />
Cukup lama aku menikmati persetubuhan dengan gadis cantik ini di atas kursi. Lalu kuminta dia berdiri, dan kembali kami berciuman. Kubuka baju seragam sekolah berikut BH-nya sehingga sekarang kami berdua telah telanjang bulat. Kembali dengan gemas kuremas dan kuhisap payudara gadis 17 tahunan itu. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kutuntun dia untuk merebahkan diri di atas ranjang. Aku pun kemudian mengarahkan penisku kembali ke dalam vaginanya.<br />
<br />
Ahh.. erang Novi kembali ketika penisku kembali menyesaki liang kewanitaannya.<br />
<br />
Langsung kupompa dengan ganas tubuh anak sekolah ini. Erangan nikmat kami berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Novi yang cantik menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang.<br />
<br />
Mas.. Novi hampir sampai Mas.. Terus.. Ahh.. Ahh jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.<br />
<br />
Tampak dia telah mencapai orgasmenya. Kuhentikan pompaanku, dan tubuhnya pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kuperhatikan butir keringat mengalir di wajahnya nan ayu. Payudaranya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Payudara belia yang indah, besar, kenyal, dan padat. Mulutku pun dengan gemas kembali menikmati payudara itu dengan bernafsu.<br />
<br />
Setelah itu, kucabut penisku dan kembali kujepitkan di payudaranya. Kali ini aku yang menjepitkan daging payudaranya pada penisku. Novi masih tampak terkulai lemas. Lalu kupompa kembali penisku dalam belahan payudara gadis ini. Jepitan daging kenyal itu membuatku tak dapat bertahan begitu lama. Tak lama aku pun menyemburkan spermaku di atas payudara gadis SMA yang seksi ini.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Kami akhirnya menginap di motel tersebut. Selama di sana, aku sangat puas menikmati tubuh sintal Novi. Berulang kali aku menyetubuhinya, baik di atas ranjang, di meja rias, di kursi, ataupun di kamar mandi sambil berendam di bathtub. Sebenarnya ingin aku menginap lebih lama lagi, tetapi hari Senin itu aku harus menemui klienku di pagi hari, sementara ada bahan yang masih perlu dipersiapkan.<br />
<br />
Hari Minggu malam, kami pun kembali ke Bogor. Kali ini ganti Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk di kursi penumpang di depan, sedangkan Novi dan aku duduk di belakang. Dalam perjalanan, melihat Novi yang cantik duduk di sebelahku, dengan rok mini yang memamerkan paha mulusnya, membuatku kembali bergairah. Akupun mulai menciuminya sambil tanganku mengusap-usap pahanya. Kusibakkan celana dalamnya, dan kumainkan vaginanya dengan jemariku.<br />
<br />
Ehmm.. erangnya saat klitorisnya kuusap-usap dengan gemas.<br />
<br />
Erangannya terhenti karena mulutnya langsung kucium dengan penuh gairah. Tanganku lalu membuka baju seragam sekolahnya. Kuturunkan cup BH-nya sehingga payudaranya yang besar itu segera mencuat keluar menantang.<br />
<br />
Suka banget sih Mas.. Nyusuin Novi ucapnya lirih.<br />
Iya habis susu kamu bagus banget bisikku.<br />
<br />
Desah Novi kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas puting payudaranya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar gadis cantik ini hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat.<br />
<br />
Gantian dong Nov bisikku ketika aku sudah puas menikmati payudaranya yang ranum.<br />
<br />
Kami pun kembali berciuman sementara tangan Novi yang halus mulai membukai resleting celanaku. Diturunkannya celana dalamku, sehingga penisku yang telah membengkak mencuat keluar dengan gagahnya. Novi pun kemudian mendekatkan wajah ayunya pada kemaluanku itu, dan rasa nikmat menjalar di tubuhku ketika mulutnya mulai mengulum penisku. Sambil menghisapi penisku, Novi mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatku.<br />
<br />
Ihh.. Gede banget.. Lisa juga pengen dong... Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Lisa yang ternyata entah sejak kapan memperhatikan aktifitas kami di belakang.<br />
Pindah aja ke sini kataku sambil mengelus-elus rambut Novi yang masih menghisapi penisku.<br />
<br />
Lisa pun kemudian melangkah pindah ke bangku belakang. Langsung kuciumi wajahnya, yang walaupun tidak secantik Novi tetapi cukup manis. Lidahku dan lidahnya sudah saling bertaut, sementara Novi masih sibuk menikmati penisku.<br />
<br />
Di.. Bentar ya nanti gantian.. kataku pada Andi yang melotot melihat dari kaca spion.<br />
Oke deh bos.. jawabnya sambil terus melotot melihat pemandangan di bangku belakang mobilku. Setelah puas berciuman, kucabut penisku dari mulut Novi.<br />
Ayo Lis.. Katanya kamu suka kataku sambil sedikit menekan kepala Lisa agar mendekat ke kemaluanku.<br />
Iya.. Abis gede banget.. katanya sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.<br />
Ahh.. Yes.. desahku saat Lisa memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Dihisapinya batang kemaluanku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Rasa nikmat yang tak terhingga menjalari seluruh syarafku.<br />
<br />
Cukup lama juga Lisa menikmati penisku. Sementara itu Novi kembali menyodorkan payudara mudanya untuk kunikmati. Setelah beberapa lama kuhisapi payudaranya, Novi kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kemaluanku dan menciumi buah zakarku, sementara Lisa masih sibuk mengulum batang kemaluanku.<br />
<br />
Nih gantian Nov.. katanya sambil menyorongkan penisku ke mulut Novi yang berada di dekatnya. Novi pun dengan sigap kembali mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya. Sementara itu, kali ini gantian Lisa yang menjilati dan menciumi buah zakarku.<br />
<br />
Saat itu aku merasa seperti sedang berada di surga. Dua orang gadis SMA yang cantik sedang menghisapi dan menjilati penisku secara bergantian. Kuelus-elus kepala gadis-gadis ABG yang sedang menikmati kelelakianku itu. Nikmat yang kurasakan membuatku merasa tak akan tahan terlalu lama lagi. Tetapi sebelumnya aku ingin menyetubuhi Lisa. Ingin kurasakan nikmat jepitan vagina gadis hitam manis ini.<br />
<br />
Kuminta dia untuk duduk di pangkuan sambil membelakangiku. Kusibakkan celana dalamnya, sambil kuarahkan penisku dalam liang nikmatnya. Sengaja tak kuminta dia untuk membuka pakaiannya, karena aku tak mau menarik perhatian kendaraan yang melintas di luar sana.<br />
<br />
Ah.. desah Lisa ketika penisku mulai menyesaki vaginanya yang tak kalah sempit dengan kepunyaan Novi.<br />
<br />
Lisa kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Novi pun tak tinggal diam, diciuminya aku ketika temannya sedang memompa penisku dalam jepitan dinding kewanitaannya. Goyangan tubuh Lisa membuatku merasa akan segera menumpahkan spermaku dalam vaginanya. Aku berusaha sekuat tenaga agar tidak ejakulasi terlebih dahulu sebelum dia orgasme. Sambil menciumi Novi, tanganku memainkan klitoris Lisa.<br />
<br />
Ah.. Terus Mas.. Lisa mau sampai.. desahnya. Semakin cepat kuusap-usap klitorisnya, sedangkan tubuh Lisa pun semakin cepat memompa penisku.<br />
Ahh.. erangnya nikmat saat mengalami orgasmenya.<br />
<br />
Tubuhnya tampak mengejang dan kemudian terkulai lemas di atas pangkuanku. Aku pun mengerang tertahan saat aku menyemburkan ejakulasiku dalam vagina gadis manis ini. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan tisu yang tersedia.<br />
<br />
Mau gantian Di? tanyaku pada Andi yang tampak sudah tidak tenang membawa mobilku.<br />
So pasti dong jawab Andi sambil menepikan mobil di tempat yang sepi.<br />
<br />
Kami pun berganti tempat. Aku yang membawa mobil, sedangkan Andi pindah duduk di jok belakang. Rencananya dia juga akan main threesome, tetapi Novi juga ikut beranjak ke bangku depan.<br />
<br />
Aku cape ah Mas.. katanya.<br />
<br />
Andi tampak kecewa, tetapi apa boleh buat. Kami pun segera melanjutkan perjalanan kami. Kudengar suara lenguhan Andi di jok belakang. Lewat kaca spion kulihat Lisa sedang mengulum penisnya. Karena sudah puas, aku tak begitu mempedulikannya lagi.<br />
<br />
Sesampainya di Bogor, kedua gadis itu kami turunkan di tempat semula, sambil kuberi uang beberapa ratus ribu serta uang taksi.<br />
<br />
Kalau ke Bogor hubungi Novi lagi ya Mas.. kata Novi manis saat kami akan berpisah. Kulihat beberapa orang memperhatikan mereka. Mungkin mereka curiga kok ada dua gadis berseragam SMA di hari Minggu, malam lagi he.. He..<br />
Wan.. Gue doain lu dapat banyak proyek deh.. Biar lu traktir gue kayak tadi lagi.. kata Andi ketika aku turunkan di depan rumahnya.<br />
Sip deh.. jawabku sambil pamit pulang.<br />
<br />
Kukebut mobilku menyusuri jalan tol Jagorawi menuju Jakarta. Aku tersenyum puas. Yang dulu selalu menjadi obsesiku, kini bisa menjadi kenyataan. Ternyata hidup itu indah.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-68570321350037215352010-12-06T06:05:00.001+07:002010-12-04T06:07:12.431+07:00aku di pakai anak kostAku dipakai anak kost Namaku Evita dan Suamiku Edo. Kami baru satu tahun melangsungkan perkimpoian, tapi belum ada pertanda aku hamil. Sudah kucoba berdua periksa siapa yang mandul, tapi kata dokter semuanya subur dan baik-baik saja. Mungkin karena selama pacaran dulu kami sering ke Discotik, merokok dan sedikit mabuk. Itu kita lakukan setiap malam minggu selama tiga tahun, selama masa pacaran berlangsung.<br />
<br />
<br />
Suamiku seorang sales yang hampir dua hari sekali pasti ke luar kota, bahkan kadang satu minggu di luar kota, karena rasa kasihannya terhadapku, maka dia berniat untuk menyekat rumahku untuk membuka tempat kost agar aku tidak merasa sendirian di rumah.<br />
<br />
Mula-mula empat kamar tersebut kami kost-kan untuk cewek-cewek, ada yang mahasiswa ada pula yang karyawati. Aku sangat senang ada teman untuk ngobrol-ngobrol. Setiap suamiku pulang dari luar kota, pasti dibawakan oleh-oleh agar mereka tetap senang tinggal di rumah kami. Tetapi lama-kelamaan aku merasa makin tambah bising, setiap hari ada yang apel sampai larut malam, apalagi malam minggu, aduh bising sekali bahkan aku semakin iri pada mereka untuk kumpul bersama-sama satu keluarga. Begitu suamiku datang dari luar kota, aku menceritakan hal-hal yang tiap hari kualami, akhirnya kita putuskan untuk membubarkan tempat kost tersebut dengan alasan rumah mau kita jual. Akhirnya mereka pun pada pamitan pindah kost.<br />
<br />
Bulan berikutnya kita sepakat untuk ganti warna dengan cara kontrak satu kamar langsung satu tahun khusus karyawan-karyawan dengan syarat satu kamar untuk satu orang jadi tidak terlalu pusing untuk memikirkan ramai atau pun pulang malam. Apalagi lokasi rumah kami di pinggir jalan jadi tetangga-tetangga pada cuek. Satu kamar diisi seorang bule berbadan gede, putih dan cakep. Untuk ukuran harga kamar kami langsung dikontan dua tahun dan ditambah biaya perawatan karena dia juga sering pulang malam.<br />
<br />
Suatu hari suamiku datang dari luar kota, dia pulang membawa sebotol minuman impor dan obat penambah rangsangan untuk suami istri.<br />
Suamiku bertanya, "Lho kok sepi-sepi aja, pada ke mana."<br />
"Semua pada pulang karena liburan nasional, tapi yang bule nggak, karena perusahaannya ada sedikit lembur untuk mengejar target", balasku mesra.<br />
<br />
Kemudian suamiku mengambil minumannya dan cerita-cerita santai di ruang tamu, "Nich sekali-kali kita reuni seperti di diskotik", kata suamiku, "Aku juga membawa obat kuat dan perangsang untuk pasangan suami istri, ntar kita coba ya.."<br />
Sambil sedikit senyum, kujawab, "Kangen ya.. emang cuman kamu yang kangen.."<br />
Lalu kamipun bercanda sambil nonton film porno.<br />
"Nich minum dulu obatnya biar nanti seru.." kata suamiku.<br />
Lalu kuminum dua butir, suamiku minum empat butir.<br />
"Lho kok empat sih.. nanti over lho", kataku manja.<br />
"Ach.. biar cepat reaksinya", balas suamiku sambil tertawa kecil.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Satu jam berlangsung ngobrol-ngobrol santai di ruang tamu sambil nonton film porno, kurasakan obat tadi langsung bereaksi. Aku cuma mengenakan baju putih tanpa BH dan CD. Kita berdua duduk di sofa sambil kaki kita diletakkan di atas meja. Kulihat suamiku mulai terangsang, dia mulai memegang lututku lalu meraba naik ke pahaku yang mulus, putih dan seksi. Buah dadaku yang masih montok dengan putingnya yang masih kecil dan merah diraihnya dan diremasnya dengan mesra, sambil menciumiku dengan lembut, perlahan-lahan suamiku membuka kancing bajuku satu persatu dan beberapa detik kemudian terbukalah semua pelapis tubuhku.<br />
<br />
"Auh.." erangku, kuraba batang kemaluan suamiku lalu kumainkan dengan lidah, kukulum semuanya, semakin tegang dan besar. Dia pun lalu menjilat klitorisku dengan gemas, menggigit-gigit kecil hingga aku tambah terangsang dan penuh gairah, mungkin reaksi obat yang kuminum tadi. Liang kewanitaanku mulai basah, dan sudah tidak kuat aku menahannya. "Ach.. Mas masukin yuk.. cepat Mas.. udah pingin nich.." sambil mencari posisi yang tepat aku memasukkan batang kemaluannya pelan-pelan dan, "Blesss..", batang kemaluan suamiku masuk seakan membongkar liang surgaku. "Ach.. terus Mas.. aku kangen sekali..", dengan penuh gairah entah kenapa tiba-tiba aku seperti orang kesurupan, seperti kuda liar, mutar sana mutar sini. Begitu pula suamiku semakin cepat gesekannya. Kakiku diangkatnya ke atas dan dikangkangkan lebar-lebar.<br />
<br />
Perasaanku aneh sekali, aku seakan-akan ingin sekali diperkosa beberapa orang, seakan-akan semua lubang yang aku punya ingin sekali dimasuki batang kemaluan orang lain. Seperti orang gila, goyang sana, goyang sini sambil membayangkan macam-macam. Ini berlangsung lama sekali dan kita bertahan seakan-akan tidak bisa keluar air mani. Sampai perih tapi asik sekali. Sampai akhirnya aku keluar terlebih dahulu, "Ach.. Mas aku keluar ya... udah nggak tahan nich.. aduh.. aduh.. adu..h.. keluar tiga kali Mas",, desahku mesra. "Aku juga ya.. ntar kamu agak pelan goyangnya.. ach.. aduh.. keluar nich.." Mani kental yang hangat banyak sekali masuk ke dalam liang kenikmatanku. Dan kini kita berada dalam posisi terbalik, aku yang di atas tapi masih bersatu dalam dekapan.<br />
<br />
Kucabut liang kewanitaanku dari batang kemaluan suamiku terus kuoles-oleskan di mulut suamiku, dan suamiku menyedot semua mani yang ada di liang kewanitaanku sampai tetes terakhir. Kemudian kita saling berpelukan dan lemas, tanpa disadari suamiku tidur tengkurap di karpet ruang tamu tanpa busana apapun, aku pun juga terlelap di atas sofa panjang dengan kaki telentang, bahkan film porno pun lupa dimatikan tapi semuanya terkunci sepertinya aman.<br />
<br />
Ketika subuh aku terbangun dan kaget, posisiku bugil tanpa sehelai benang pun tetapi aku telah pindah di kamar dalam, tetapi suamiku masih di ruang tamu. Akhirnya perlahan-lahan kupakai celana pendek dan kubangunkan suamiku. Akhirnya kami mandi berdua di kamar mandi dalam. Jam delapan pagi saya buatkan sarapan dan makan pagi bersama, ngobrol sebentar tentang permainan seks yang telah kami lakukan tadi malam. Tapi aku tidak bertanya tentang kepindahan posisi tidurku di dalam kamar, tapi aku masih bertanya-tanya kenapa kok aku bisa pindah ke dalam sendirian.<br />
<br />
Sesudah itu suamiku mengajakku mengulangi permaina seks seperti semalam, mungkin pengaruh obatnya belum juga hilang. Aku pun disuruhnya minum lagi tapi aku cuma mau minum satu kapsul saja. Belum juga terasa obat yang kuminum, tiba-tiba teman suamiku datang menghampiri karena ada tugas mendadak ke luar kota yang tidak bisa ditunda. Yah.. dengan terpaksa suamiku pergi lagi dengan sebuah pesan kalau obatnya sudah bereaksi kamu harus tidur, dan aku pun menjawabnya dengan ramah dan dengan perasaan sayang. Maka pergilah suamiku dengan perasaan puas setelah bercinta semalaman.<br />
<br />
Dengan daster putih aku kembali membenahi ruang makan, dapur dan kamar-kamar kost aku bersihkan. Tapi kaget sekali waktu membersihkan kamar terakhir kost-ku yang bersebelahan dengan kamar tidurku, ternyata si bule itu tidur pulas tanpa busana sedikit pun sehingga kelihatan sekali batang kemaluan si bule yang sebesar tanganku. Tapi aku harus mengambil sprei dan sarung bantal yang tergeletak kotor yang akan kucuci.<br />
<br />
Dengan sangat perlahan aku mengambil cucian di dekat si bule sambil melihat batang kemaluan yang belum pernah kulihat secara dekat. Ternyata benar seperti di film-film porno bahwa batang kemaluan bule memang besar dan panjang. Sambil menelan ludah karena sangatlah keheranan, aku mengambil cucian itu.<br />
<br />
Tiba-tiba si bule itu bangun dan terkejut seketika ketika melihat aku ada di kamarnya. Langsung aku seakan-akan tidak tahu harus berkata apa.<br />
"Maaf tuan saya mau mengambil cucian yang kotor", kataku dengan sedikit gugup.<br />
"Suamimu sudah berangkat lagi?" jawabnya dengan pelan dan pasti. Dengan pertanyaan seperti itu aku sangat kaget. Dan kujawab, "Kenapa?".<br />
Sambil mengambil bantal yang ditutupkan di bagian vitalnya, si bule itu berkata, "Sebelumnya aku minta maaf karena tadi malam aku sangat lancang. Aku datang jam dua malam, aku lihat suamimu tidur telanjang di karpet ruang tamu, dan kamu pun tidur telanjang di sofa ruang tamu, dengan sangat penuh nafsu aku telah melihat liang kewanitaanmu yang kecil dan merah muda, maka aku langsung memindahkan kamu ke kamar, tapi tiba-tiba timbul gairahku untuk mencoba kamu. Mula-mula aku hanya menjilati liang kewanitaanmu yang penuh sperma kering dengan bau khas sperma lelaki. Akhirnya batang kemaluanku terasa tegang sekali dan nafsuku memuncak, maka dengan beraninya aku meniduri kamu."<br />
<br />
Dengan rasa kaget aku mau marah tapi memang posisi yang salah memang diriku sendiri, dan kini terjawablah sudah pertanyaan dalam benakku kenapa aku bisa pindah ke ruang kamar tidurku dan kenapa liang kewanitaanku terasa agak sakit<br />
"Trus saya.. kamu apain", tanyaku dengan sedikit penasaran<br />
"Kutidurin kamu dengan penuh nafsu, sampai mani yang keluar pertama kutumpahkan di perut kamu, dan kutancapkan lagi batanganku ke liang kewanitaanmu sampai kira-kira setengah jam keluar lagi dan kukeluarkan di dalam liang kewanitaanmu", jawab si bule.<br />
"Oic.. bahaya nich, ntar kalo hamil gimana nich", tanyaku cemas.<br />
"Ya.. nggak pa-pa dong", jawab si bule sambil menggandengku, mendekapku dan menciumku.<br />
<br />
Kemudian dipeluknya tubuhku dalam pangkuannya sehingga sangat terasa batang kemaluannya yang besar menempel di liang kewanitaanku. "Ach.. jangan dong.. aku masih capek semalaman", kataku tapi tetap saja dia meneruskan niatnya, aku ditidurkan di pinggir kasurnya dan diangkat kakiku hingga terlihat liang kewanitaanku yang mungil, dan dia pun mulai manjilati liang kewanitaanku dengan penuh gairah. Aku pun sudah mulai bernafsu karena pengaruh obat yang telah aku minum sewaktu ada suamiku.<br />
<br />
"Auh.. Jhon.. good.. teruskan Jhon.. auh". Satu buah jari terasa dimasukkan dan diputar-putar, keluar masuk, goyang kanan goyang kiri, terus jadi dua jari yang masuk, ditarik, didorong di liang kewanitaanku. Akhirnya basah juga aku, karena masih penasaran Jhon memasukkan tiga jari ke liang kewanitaanku sedangkan jari-jari tangan kirinya membantu membuka bibir surgaku. Dengan nafsunya jari ke empatnya dimasukkan pula, aku mengeliat enak. Diputar-putar hingga bibir kewanitaanku menjadi lebar dan licin. Nafsuku memuncak sewaktu jari terakhir dimasukkan pula.<br />
<br />
"Aduh.. sakit Jhon.. jangan Jhon.. ntar sobek.. Jhon.. jangan Jhon", desahku sambil mengeliat dan menolak perbuatannya, aku berusaha berdiri tapi tidak bisa karena tangan kirinya memegangi kaki kiriku. Dan akhirnya, "Blesss.." masuk semua satu telapak tangan kanan Jhon ke dalam liang kewanitaanku, aku menjerit keras tapi Jhon tidak memperdulikan jeritanku, tangan kirinya meremas payudaraku yang montok hingga rasa sakitnya hilang. Akhirnya si bule itu tambah menggila, didorong, tarik, digoyang kanan kiri dengan jari-jarinya menggelitik daging-daging di dalamnya, dia memutar posisi jadi enam sembilan, dia menyumbat mulutku dengan batang kemaluannya hingga aku mendapatkan kenikmatan yang selama ini sangat kuharapkan.<br />
<br />
"Auch.. Jhon punyamu terlalu panjang hingga masuk di tenggorokanku.. pelan-pelan aja", ucapku tapi dia masih bernafsu. Tangannya masih memainkan liang kewanitaanku, jari-jarinya mengelitik di dalamnya hingga rasanya geli, enak dan agak sakit karena bulu-bulu tangannya menggesek-gesek bibir kewanitaanku yang lembut. Ini berlangsung lama sampai akhirnya aku keluar.<br />
"Jhon.. aku nggak tahan.. auch.. aouh.. aku keluar Jhon auch, aug.. keluar lagi Jhon.." desahku nikmat menahan orgasme yang kurasakan.<br />
"Aku juga mau keluar.. auh.." balasnya sambil mendesah.<br />
<br />
Kemudian tangannya ditarik dari dalam liang kewanitaanku dan dia memutar berdiri di tepi kasur dan menarik kepalaku untuk mengulum kemaluannya yang besar. Dengan sangat kaget dan merasa takut, kulihat di depan pintu kamar ternyata suamiku datang lagi, sepertinya suamiku tidak jadi pergi dan melihat peristiwa itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, kupikir sudah ketahuan, telanjur basah, aku takut kalau aku berhenti lalu si bule tahu dan akhirnya bertengkar, tapi aku pura-pura tidak ada sesuatu hal pun, si bule tetap kukulum sambil melirik suamiku, takut kalau dia marah.<br />
<br />
Tapi ternyata malah suamiku melepas celana dan mendekati kami berdua yang sudah tengang sekali, mungkin sudah menyaksikan kejadian ini sejak tadi. Dan akhirnya si bule kaget sekali, wajahnya pucat dan kelihatan grogi, lalu melepas alat vitalnya dari mulutku dan agak mudur sedikit. Tapi suamiku berkata, "Terusin aja nggak pa-pa kok, aku sayang sama istriku.. kalau istriku suka begini.. ya terpaksa aku juga suka.. ayo kita main bareng". Akhirnya semua pada tersenyum merdeka, dan tanpa rasa takut sedikit pun akhirnya si bule disuruh tidur telentang, aku tidur di atas tubuh si bule, dan suamiku memasukkan alat vitalnya di anusku, yang sama sekali belum pernah kulakukan. Dengan penuh nafsu suamiku langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam anusku. Karena kesulitan akhirnya dia menarik sedikit tubuhku hingga batang kemaluan si bule yang sudah masuk ke liang kewanitaanku terlepas, suamiku buru-buru memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang sudah basah, di goyang beberapa kali akhirnya ikut basah, dan dicopot lagi dan dimasukkan ke anusku dan.. "Blesss..", batang kemaluan suamiku menembus mulus anusku. "Aduh.. pelan-palan Mas..", seruku.<br />
<br />
Kira-kira hampir setengah jam posisi seperti ini berlangsung dan akhirnya suamiku keluar duluan, duburku terasa hangat kena cairan mani suamiku, dia menggerang keenakan sambil tergeletak melihatku masih menempel ketat di atas tubuh si bule. Akhirnya si bule pun pindah atas dan memompaku lebih cepat dan aku pun mengerang keenakan dan sedikit sakit karena mentok, kupegang batang kemaluan si bule yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku. Suamiku pun ikut tercengang melihat batang kemaluan si bule yang besar, merah dan panjang. Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Jhon.. auh, keluarin ya Jhon.."<br />
<br />
Akhirnya si bule pun keluar, "Auch.. keluar nich.." ucapnya sambil menarik batang kemaluannya dari liang kewanitaanku dan dimasukkan ke mulutku dan menyembur juga lahar kental yang panas, kutelan sedikit demi sedikit mani asin orang bule. Suamiku pun ikut menciumku dengan sedikit menjilat mani orang asing itu. Kedua lelaki itu akhirnya tersenyum kecil lalu pergi mandi dan tidur siang dengan puas. Sesudah itu aku menceritakan peristiwa awalnya dan minta maaf, sekaligus minta ijin bila suatu saat aku ingin sekali bersetubuh dengan si bule boleh atau tidak. "Kalau kamu mau dan senang, ya nggak apa-apa asal kamu jangan sampai disakiti olehnya". Sejak saat itupun bila aku ditinggal suamiku, aku tidak pernah merasa kesepian. Dan selalu dikerjain oleh si bule.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-88070103218706606982010-12-05T08:43:00.000+07:002010-12-05T08:43:40.518+07:00Meeting di KL ( Kuala Lumpur )Aku ditugaskan kantor untuk ikut meeting di regional office di KL. Tentunya kesempatan langka, sehingga langsung ku iya kan tanpa minta ijin suami terlebih dulu. Di rumah, walaupun dia ngomel karena aku langsung ok, tapi dia gak ngelarang. Jadi berangkatlah aku ke KL. Meeting yang melelahkan selama 2 hari. Aku minta ijin extent 2 hari di KL, biaya menjadi tanggunganku. Yang penting tiket kan dah dibayar kantor.<br />
<br />
<br />
Selama meeting ada staf regional office yang mendekatiku terus. Orang lokal sih, ganteng dan badannya atletis, typeku banget. Bahasa Indonesianya lancar, maklum lah dia turunan dari Jawa. Ketika dia tau aku extent, dia senang sekali. Dia juga bilang mau menemani aku. Aku sih ok saja. Sore hari setelah selesai meeting, dia mengajakku jalan2 disekitar hotel tempat aku menginap. "Mau belanja Sin", tanyanya ketika melewati department store yang besar. "Sintia mau beli bikini", jawabku. Aku memilih bikini yang seksi dan mini. "Ini bagus gak mas", tanyaku. "Bagus, sexy sekali," jawabnya. Aku memlihi beberapa bikini, kemudian aku mencari pakaian, juga daleman yang seksi, minim dan tipis. Dalemannya juga model bikini, yaitu yang ditaliin bra dan cd nya. Setelah itu aku diajaknya cari makanan. Kenyang, karena sudah ngantuk aku mengajak kembali ke hotel. Di kamar, kita ngobrol ngalor ngidul. "Sin, bikininya gak dicoba", tanyanya sambil tersenyum. "Kenapa, mas pengen liat Sintia pake bikin, ntar napsu lagi", jawabku centil. "Masak sih, aku napsu liat kamu pake bikini. Coba deh kamu pake, ntar kita liat aku napsu atau tidak", jawabnya gak mau kalah. dia melotot melihat aku muncul dengan bikiniku yang minim dan seksi itu. Toketku seakan mau tumpah dari branya yang minim sekali. Demikian pula jembutku berhamburan dari cd bikini yang model g string itu. "Udah ya mas, kalo kelamaan ntar mata mas loncat keluar lagi. Mana badan Sintia pegel2 lagi", kataku lagi". "Sin, duduk disebelahku, kamu mau gak aku pijitin", tanyanya sambil menarik tanganku. Akupun duduk membelakanginya. Dia mulai memijit pelan keningku dari belakang. Tak terasa dari kening turun ke kuduk. Aku hanya terpejam saja menikmati pijitannya, turun lagi ke pundak. "Enak mas", kataku. "Memangnya mas pernah jadi tukang pijit ya", godaku. Dia diam saja, tapi tangannya meluncur ke toketku. Jarinyanya mulai menelusuri toketku, dielus2nya dengan lembut. Aku terdiam, napasku mulai memburu terengah. Jarinya diselipkan ke braku dan mengkilik2 pentilnya. Pentilku langsung mengeras, "Maas", lenguhku. Dia langsung saja meremes2 toketku dengan penuh napsu. Aku bersandar di dadanya yang bidang. Dia mulai menciumi leherku sementara kedua toketku terus saja diremes2, sehingga napsuku makin berkobar. Kemudian dia minta aku berbalik sehingga kami duduk berhadapan. Aku tak menunggu lama, dia segera mengecup bibirku. Kubalas dengan ganas. Bibirku dikulumnya, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tanganku segera turun mencari kontolnya. Kuusap2, terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali. Segera ikat pinggangnya kubuka, celananya kubuka. Dia berdiri sehingga celana panjangnya meluncur ke lantai. kontolnya yang besar panjang itu nongol dari bagian atas CD nya yang mini. Kami segera bergelut. Dia terus meremas-remas toketku sementara aku mengocok kontolnya. "Mas keras banget, gede lagi", kataku sambil jongkok didepannya, melepas cdnya dan menciumi kontolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. "Aah Sin, kamu pinter banget bikin aku nikmat", erangnya. "aaaduuuuuhh…. Sin…..enak banget emutanmu". kontolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep2. Kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kon tolnya di mulutku.<br />
<br />
Akhirnya dia gak tahan lagi. Aku dibaringkannya diranjang. Sambil terus meremas2 toketku tangan satunya nyelip ke balik cd bikiniku yang g string itu. Otomatis pahaku mengangkang, sehingga dia dengan mudah mempermainkan jembutku yang lebat. "Mas, geli", erangku. "geli apa nikmat Sin", tanyanya. "Dua2nya mas, Sintia dien tot dong mas, udah kepengin banget nih", kataku to the point. Tangannya menyusup ke punggungku sambil mengecup bibirku. Tali pengikat braku ditariknya sehingga toketku membusung menantang untuk diremas dan dikenyot pentilnya, tanpa penutup lagi. Ikatan CD bikiniku ditariknya dengan mulutnya sehingga lepaslah semua penutup tubuhku yang minim. "Sin kamu napsuin banget deh", katanya. DIa langsung saja menindihku. kontolnya diarahkan ke belahan nonokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk nonokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan2 sehinggga kepala kontolnya masuk nonokku makin dalam dan bless…… kon tolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. "Aah, kontol mas nikmat banget mas", erangku sambil mencengkeram punggungnya. Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. "Mas, ssh, enak mas, terusin", erangku. Aku menggeliat2 ketika dia mulai mengeluarmasukkan kontolnya di nonokku. Aku mengejang2kan nonokku meremes2 kontolnya yang sedang keluar masuk itu. "Sin, nikmat banget empotan nonok kamu", erangnya. Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu2 bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kon tolnya di nonokku. Setiap kali dia menancapkan kontolnya dalam2 aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh nonokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kontolnya. Gak bisa cepet2 karena kakiku masih melingkar dipinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di nonokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan rasanya masuk <br />
<a name='more'></a>lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin keras "Mas, Sintia mau nyampe mas". "Kita bareng ya Sin", katanya sambil mempercepat enjotannya. "Mas, gak tahan lagi mas, Sintia nyampe mas,aakh", jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kelingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya nancep dalam sekali di nonokku. nonokku otomatis mengejang2 ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. "Akh Sin, aku ngecret Sin, akh", dia mengerang sambil mengecretkan penjunya beberapa kali di no nokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetep nancep di nonokku. aku menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, dia mencabut kontolnya dari nonokku.kontolnya berlumuran lendir nonokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku. "Sin, kamu nikmat banget deh kalo dientot. Kamu yang paling nikmat dari semua perempuan muda yang pernah aku entot", katanya sambil mengelus2 pipiku.<br />
<br />
Hari sudah gelap ketika kami selesai ngentot. Aku merasa lapar lagi,padahal tadi menjelang sore baru makan. "Mas, Sintia laper lagi mas", kataku. "Iya Sin, aku juga laper lagi nih, abis kerja keras sih", jawabnya. "Mandi yuk" ajaknya. Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap2 pahaku. "Kamu cantik sekali, Sin", rayunya. Tangannya pidah ke bukit nonokku mempermainkan jembutku yang lebat. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku. "geli mas", kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat2 jadinya. Segera tangannya meremes2 toketku."toket kamu besar ya Sin, kenceng lagi", katanya. "mas suka kan", jawabku. “ya Sin, aku suka sekali setiap inci dari tubuhmu", jawabnya sambil terus meremes2 toketku. DIa kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, berpakaian - aku mengenakan pakaian yang dibelikannya tadi. "bagus gak mas", kataku memamerkan pakain baruku. "Bagus Sin, kamu pake apa juga bagus, kamu cantik banget sih". jawabnya. "Kalo gak pake baju mas", kataku lagi. "lebih bagus lagi, napsuin", jawabnya. "Makan yu". Kami keluar kamar sambil berpelukan, mencari tempat yang romantis untuk makan malam. Sehabis makan, kami jalan2 untuk mennikmati suasana malam di KL. Hampir tengah malem baru balik ke hotel.<br />
<br />
Di kamar, aku kembali mengenakan bikiniku yang lain, dia sudah berbaring diranjang hanya mengenakan cd. kontolnya yang belum aku apa2in sudah nga ceng berat, nongol keluar dari bagian atas cd minimnya. Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes2nya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Braku disingkapkan sehingga pentilku nongol dan diemutnya. Ikatan braku diuraikannya sehingga dia makin mudah meremas toket dan mengemut pentilku. Tangan satunya menjalar kebawah, menyelip ke balik cd bikiniku yang minim dan langsung menerobos lebatnya jembutku dan mengilik2 itilku. "aakh mas, pinter banget ngerangsang Sintia", erangku. Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di itilku makin terasa. Kilikan di itilku membuat aku makin liar. Tanganku mencari kontolnya, kuremes dan kepalanya yang nongol kukocok2. Aku bangkit dari pelukannya dan membuka cdnya. kontolnya langsung tegak berdiri dengan kerasnya. kon tolnya kuraih, aku jilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan kuemut2. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya.<br />
<br />
Ikatan cdku dilepasnya sehingga terpampanglah nonokku di depan mukanya. Dia mulai menjilati nonokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir no nokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku melepaskan emutanku di kon tolnya dan mengerang hebat, "Mas aakh". Pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. "Terus mas aakh", erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya "Mas, Sintia nyampe mas, aakh", erangku. "Mas nikmat banget deh, belum dientot udah nikmat begini maas". Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. Dia mengambil soft drink dan diberikannya kepadaku. Aku minum sedikit untuk meredakan napasku yang ngos ngosan.<br />
<br />
Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya kenonokku dan didorongnya masuk pelan2, "Mas, enak, masukin semuanya mas, teken lagi mas, akh", erangku merasakan nikmatnya kontolnya nancep lagi di nonokku. Dia mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah nancep kira2 separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semuanya di nonokku. "Mas, aakh", erangku penuh nikmat.Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya, "Mas, Sintia nyampe mas, ooh", aku mengejang2 saking nikmatnya. nonokku otomatis ikut mengejang2. Dia meringis2 keenakan karena kontolnya diremes2 nonokku dengan keras, tapi dia masih perkasa.<br />
<br />
Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging. Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari nonokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir nonokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem nonokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kontol besarnya kembali nancep di nonokku. "Mas", erangku ketika akhirnya kontolnya ambles semuanya di nonokku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah2 saking enaknya. Toketku diremes2nya dari belakang, tapi enjotan kontolnya jalan terus. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi, dia duduk di sofa dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. kontolnya sudah nancep semuanya lagi di nonokku. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu menolehkan kepalaku sehingga dia langsung melumat bibirku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku sambil terus ciuman dengan liar. Tangannya gak bosen2nya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir2nya. Gerakanku main liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kon tolnya nancep dalem banget. "Mas, Sintia dah mau nyampe lagi mas, aduh mas, enak banget", erangku.<br />
<br />
Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari nonokku. "Kok brenti mas", tanyaku protes. Aku ditelentangkan lagi diranjang, aku dinaikinya dan kembali ditancepkannya kontolnya kedalam nonokku. Dengan sekali enjot, kontolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. nonokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 kontolnya, tandanya aku dah hampir nyampe. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya, dan "Mas, Sintia nyampe mas, akh", jeritku. Diapun merasakan remesan no okku karena nyampe. enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya, "Sin..." dia berteriak menyebut namaku dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di nonokku. "Mas, nikmat banget ya malem ini", tanyaku. Dia mencabut kon tolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat. Aku terbangun karena sinar matahari yang menerangi kamar. Dia ternyata sudah rapi dan membangunkanku dengan membuka tirai jendela. "Enak bener tidurnya Sin, aku mau kerja. Nanti malem aku balik lagi ya", katanya sambil meninggalkan kamar. Aku masih terbaring bermalas2an di ranjang.<br />
<br />
Aku masih terkapar beberapa lama di ranjang, kemudian aku mandi dan turun ke coffee shop untuk makan pagi. Di coffee shop aku terpesona melihat pemandangan di kolam renang, kolam dengan air yang membiru dan dikelilingi pepohonan rindang sehingga teduh sekali di sekitar kolam renang. Saat itu kolamnya masih sepi. Timbul ide ku untuk bermalas2an di kolam renang saja. Aku kembali kekamar, mengenakan bikiniku yang tidak terlalu minim untuk menyembunyikan jembutku agar tidak terlalu ngintip keluar, aku mengenakan sarung dan turun lagi ke kolam renang. Aku memilih tempat yang strategis sehingga dapat mengawasi seluruh kolam, pesan minuman dan berbaring saja didipan, sarung kulepaskan. Aku mengenakan kacamata hitam. Pesanan minumanku datang dan langsung kucicipi. Kemudian aku hanya berbaring saja melamun, lama2 kantuk kembali menyerangku, sehingga tanpa terasa aku tertidur lagi. Tidak tau berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena ada suara yang menggeser dipan disebelahku. Aku melihat ada cowok ganteng banget dan badannya kekar. Ngantukku langsung hilang melihat ketampananannya. Walaupun wajahnya bule, tapi kulitnya gak putih tapi agak kecoklatan dan rambutnya hitam. Dia cuma pake celana pendek gombrong. Dadanya telanjang dan berbulu. "Sori, aku mengganggu tidurmu?", tanyanya sambil tersenyum. "Namaku Mike, kamu?". Dia bicara bahasa Inggris. Aku membuka kacamataku, mataku masih memperlihatkan keterpesonaannku. Dia hanya tersenyum kutatap seperti itu. "Bisa cakap Melayu?" tanyaku. "Bisa, walaupun tidak lancar. Ibuku orang Malay. Aku tinggal di Singapore dan berada di KL untuk satu urusan. Kamu sendiri?", jawabnya sambil bertanya. "Aku Sintia, aku keseini untuk ikut meeting, meeting sudah selesai kemarin dan sekarang sedang santai, jawabku. "Boleh aku temani?" tanyanya lagi. "Dengan senang hati", jawabku. "Sintia, kamu cantik dan seksi sekali", katanya memuji. "Aku suka sekali sama prempuan Malay, kulitnya tidak putih dan montok2", katanya sambil tersenyum. Kami terlibat dalam obrolan yang seru,ngantukku langsung hilang. Tanpa terasa sudah menjelang siang. Dia mengajakku makan siang, "pesan saja dan kita makan di sini, OK?" tanyanya. "OK", jawabku. Kami pesan makanan dan terus ngobrol sampai pesanan makanan datang. Selesai makan, dia mengajakku nerusin ngobrol di kamarnya. Aku sudah menduga apa maksudnya. Aku mengiyakan saja, memakai sarungku dan mengikuti dia naik kekamarnya.<br />
<br />
Di kamar,dia berbaring diranjang dan aku duduk disebelahnya. "Sin, aku napsu sekali liat badan kamu", katanya terus terang. Langsung kulirik daerah kontolnya, kelihatannya sudah mulai ngaceng karena kelihatan ngegelembung. Dia mengelus2 punggungku, terus tangannya pindah mengelus pahaku, merayap makin dalam sehingga menggosok nonokku dari luar CD bikiniku. Aku mengangkangkan pahaku sehingga jarinya menggosok2 belahan nonokku, tetap dari luar cd. "Ssh Mike", erangku. "Sin, kamu maukan ngentot dengan aku", tanyanya sambil tersenyum, jarinya terus saja mengelus belahan nonokku dari luar. Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya perlahan menjalar ketengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei ketika kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku yang disingkirkan dengan jarinya lalu menyentuh bibir nonokku. Bukan hanya bibir nonokku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang nonokku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya napsuku. Sesaat kemudian, dia menarik lepas ikatan cd bikiniku. Matanya seperti mau copot melihat nonokku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi. Dia mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke toketku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik braku kemudian meremas toketku dengan gemasnya. "Sin, toket kamu besar dan keras. Jembut kamu lebat sekali, pasti napsu kamu besar ya" tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik. Aku hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia makin getol, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus nonokku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup braku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas toketku dengan pentil yang sudah mengeras. Aku merasakan kontol keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Dia kelihatan sangat bernafsu melihat toketku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin pentilnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cupnya. Ketika dia menciumi leherku, terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai kecupan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada toketku mengencang atau jarinya mengebor nonokku lebih dalam. Kecupannya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas. Dia bergerak lebih cepat dan melumat bibirku. Mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya.<br />
<br />
Setelah puas berciuman, dia melepaskan dekapannya dan melepas kolor celana pendeknya. Maka menyembullah kontolnya yang sudah ngaceng dari tadi. Aku melihat takjub pada kontol yang begitu besar dan berurat, belum pernah aku melihat kontol sebesar dan sepanjang kontolnya. Ini kontol terbesar dan terpanjang yang pernah kulihat. Kebayang besarnya kenikmatan yang akan aku dapatkan kalo kontol extra besar itu keluar masuk di nonokku. Akupun pelan-pelan meraih kon tolnya, ya ampun tanganku tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. "Ayo Sin, emutin kontolku" katanya. Kubimbing kontol dalam genggamanku ke mulutku , uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain mengemut tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati biji pelirnya. "Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah" ceracaunya menikmati emutanku, sementara tangannya yang bercokol di toketku sedang asyik memelintir dan memencet pentilku. Tangan kanannya tetap saja mempermainkan nonok dan itilku. Aku menggelinjang gak karuan, tapi kontolnya tetap saja aku emut. Aku hanya bisa melenguh tidak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya yang besar. "Sin, kita mulai aja ya. Aku udah gak tahan nih pengen menikmati nonok kamu", katanya.<br />
<br />
Dia menelentangkanku, ikatan braku dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia mengambil posisi ditengah kangkanganku, kontolnya yang besar dan keras diarahkannya ke nonokku yang sudah makin basah. Aku menggeliat2 ketika kurasakan betapa besarnya kontol yang menerobos masuk nonokku pelan2. nonokku berkontraksi kemasukan kontol gede itu. "Sin, nonok kamu peret banget", katanya sambil terus menekan masuk kontolnya pelan2. "abis kon ol kamu besar sekali. nonok Sintia belum pernah kemasukan yang sebesar kontol kamu, masukin terus Mike, nikmaat banget deh rasanya", jawabku sambil terus menggeliat. Setengah kontolnya telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh kontolnya telah ada di dalam nonokku. Aku hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami kenikmatan tiada tara. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan pelan, makin lama makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa nonokku mengencang meremas kontolnya yang nikmat banget itu. Tangannya mulai bergerilya ke arah toketku. ToketKu diremas perlahan, seirama dengan enjotan kontolnya di nonokku. Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, Pinggulku mengikuti goyangan pinggulnya. kontolnya terus saja dikeluar masukkan mengisi seluruh relung nonokku. Sambil mengenjotkan kontolnya, dia mengemut pentilku yang keras dengan lembut. Dimainkannya pentil kanan dengan lidahnya, namun seluruh permukaan bibirnya membentuk huruf O dan melekat di toketku. Ini semua membuat aku mendesah lepas, tak tertahan lagi. Dia mulai mempercepat enjotannya. Aku makin sering menegang, dan merintih, "Ah... ah..." Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens, aku menjambak rambutnya, "Aaahhh Mike, Sintia nyampee," lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulutku. Aku udah nyampe. Tanganku yang menjambak rambutnya itu pun terkulai lemas di pundaknya.<br />
<br />
Dia makin intens mengenjotkan kontolnya. Bibirku yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun dilumatnya, dan aku membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kanannya tetap berada ditoketku, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan pentilku. Terasa nonokku mencengkeram kontol gedenya. "Uhhh," dia mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, kontolnya menghujam keras ke dalam nonokku, mengiringi muncratnya pejunya. Tepat saat itu juga aku memeluknya erat sekali, mengejang, dan menjerit, "Aahhh". Kemudian pelukanku melemas. Aku nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ngecretnya pejunya. Setelah dengusan napas mereda, dia mencabut kon tolnya dari no nokku dan terkapar disebelahku. "Mike, kon tol kamu lemes aja udah gede, gak heran kalo nga ceng jadi gede banget. Bener kata temen Sintia, makin gede kon tol yang masuk, makin nikmat rasanya", kataku. "memangnya kontol yang biasanya masuk ke nonok kamu kecil2 ya Sin", tanyanya. "Gede2 sih Mike, tapi gak ada yang segede kontol kamu, tapi nikmat banget deh", jawabku sambil menguap. "Iya Sin, aku sering ngentot dengan perempuan Malay, tapi dengan kamu yang paling nikmat. nonok kamu kenceng sekali njepit kontolku dan empotannya luar biasa", katanya memuji. Aku cuma tersenyum, Tak lama<br />
kemudian aku terlelap. Aku terbangun karena hpku berbunyi, ternyata sms dari temanku yang memberi tahu bahwa dia tidak bisa menemani aku malem ini. Gak masalah, karena aku sudah mendapat penggantinya. "AYo mandi, abis itu kita cari makan dan menikmati night life di KL", katanya sambil bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Gak lama kemudian dia sudah keluar dari kamar mandi dan giliranku untuk membersihkan diri. Setelah rapi berpakaian, dia mengajakku keluar, ternyata sudah gelap. Dia mencari tempat makan yang romantis ditepi laut, Habis makan dia mengajakku ke pub untuk melewatkan malam. Lewat tengah malam baru kami kembali ke hotel.<br />
<br />
Aku membuka pakaianku dan hanya mengenakan daleman yang tipis berbaring diranjang, diapun segera melepas pakaiannya meninggalkan cd nya saja dan berbaring disebelahku. kemudian tangannya mulai meremas-remas pantatku dengan gemas. setelah itu tangannya mulai menyusup ke dalam cdku dan meremas kembali pantatku dari dalam. Kemudian, dia mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih nonokku. "Ohh.. Mike," rintihku. kurasakan napsuku mulai naik, Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lubang nonokku yang mulai basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. ia membuka cdku dan membuka lebar-lebar pahaku sehingga nonokku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. dengan sigap tangannya kembali meraih no nokku dan meremasnya. Dia menjilati telingaku ketika tangannya mulai bermain diitilku. Napsuku sudah tak tertahankan lagi. Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Dia terus menekan-nekan itilku dari atas ke bawah. aku meracau tak karuan. "Ahh.. Shh.. Mike" desahku bernafsu. Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan menekan itilku dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku nyampe. "Mike, nikmat banget, belum dientot saja sudah nikmat," desahku, tanganku meremas tangannya yang sedang bermain di itilku dengan bernafsu. Di luar perkiraanku, dia malah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Dia merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir nonokku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke itilku, kurasakan gigitan lembut di itilku yang kian merangsang napsuku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh dia untuk terus dan tak berhenti. Melihat reaksiku, dia terus menggesekan jarinya di liang nonokku yang sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. nonokku mengeluarkan cairan deras bening, aku nyampe untuk kedua kalinya. "mike, ooh", lenguhku. Dia membuka braku dan meremas toketku dengan sangat keras. Aku melenguh sakit, kemudian pentilku yang menjadi sasaran berikutnya, dipilin dan dicubitnya pelan. Napsuku kembali berkobar, nonokku kembali membasah, "mike, entotin Sintia sekarang, Sintia udah napsu banget Mike", erangku.<br />
<br />
Diapun mencopot cdnya, kontol besarnya sudah ngaceng berat mengangguk2. Dia menggesekkan kepala kon tolnya ke bibir nonokku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahnya di nonokku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihan keras kenikmatan. "Ahh! Mike..Ohh.. entotin Sintia" racauku. Dengan perlahan ia memasukkan kepala kontol ke dalam nonokku, segera dia menyodok-nyodok kontolnya dengan kuat dan keras di nonokku. Rasanya nikmat sekali. Dia mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya nonokku. kontolnya yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam nonokku hingga membuatku nyampe lagi. "Mike, Sintia nyampe Mike, aakh nikmatnya", erangku.<br />
<br />
Kemudian dia membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan kontolnya ke dalam nonokku dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding nonokku yang masih sensitif. "Oh Sintia..nonokmu bagaikan sorga, " Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, dia ngecret didalam nonokku. Pejunya terasa dengan kuat menyemprot dinding nonokku. Dia menjerit-jerit nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik pentilku. Setelah reda, dia berbaring di sebelahku dan menjilati pentilku. Pentilku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya dia ingin membuatku nyampe lagi. Tangannya kembali menjelajahi nonokku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam nonokku. Dia menekan-nekan dinding nonokku.<br />
<br />
Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan dia tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. Wow! Rasanya ajaib sekali! nikmatnya tak tertahankan. Ternyata itulah G-Spot. Aku tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badanku mengejang dan nonokku kembali berlendir. "Mike nikmat banget deh malem ini", kataku. Pinter banget dia merangsang aku dan membuat aku nyampe, baik pake kontolnya maupun pake jarinya. Segera akupun tertidur kelelahan.<br />
<br />
Ketika kau terbangun hari udah siang, dia masih saja mendengkur disampingku. Aku bangun ke kekamar mandi untuk kencing, cuci muka dan sikat gigi. Ketika kembali ke ranjang dia masih saja mendengkur. Aku ngintip dibalik korden kamar, matahari udah tinggi juga. Aku melihat jam tanganku, udah jam 8 lewat. Korden kusibakkan, dia terbangun karena silau, matanya dipicingkan untuk mengurangi silaunya sinar yang masuk kamar. kulihat kontolnya sudah tegak seperti tiang bendera. dia ke kamar mandi, terdengar kloset berbunyi, rupanya dia kencing. gak lama lagi terdengar dia menyikat gigi. ketika dia kembali ke kamar, aku udah berbaring di ranjang lagi menantikan serangan pagi. aku melihat kontol besarnya masih aja ngaceng dengan kerasnya walaupun dia udah kencing. Dia duduk disampingku dan mencium bibirku. "Pagi sayang, kita main lagi yo", ajaknya. Kembali dia menciumku, aku menyambut ciumannya dengan napsu juga, bukan cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan liarnya. Sebelah kakiku ngelingker di pinggulnya supaya lebih mepet lagi. Tangannya mulai main, menjalari pahaku. Tangannya terus menjalar sampai menyentuh celah di pangkal pahaku. nonokku digelitik-gelitik. Aku menggelepar merasakan jari-jarinya yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya. "Hmmhhh...enak, Mike." jeritku. jari-jarinya tambah nakal, menusuk lubang nonokku yang sudah berlendir dan mengocoknya. Aku tambah menjerit-jerit. "Mike...hhh...masukkin kontol kamu, Sintia udah nggak tahan..hhhh...hhh..." Dia segera memposisikan diatasku yang sudah telentang mengangkang. kontolnya ditancapkan ke nonokku, aku melenguh keenakan, "Mike kontol kamu nikmat banget deh". kontolnya didorongnya lagi sampai mentok. "Mike..oohhh..nikmatnya" jeritku. kontolnya dikocok keluar masuk nonokku. aku mulai mengejang-ngejang lagi dan bibirku tak henti-henti menyuarakan kenikmatan. Kurang lebih dua puluh menitan akhirnya dia ngecret. Ugh, rasanya enak bener...! pejunya berhamburan keluar, bermuncratan dan menembak-nembak didalam nonokku. Aku sendiri sudah beberapa kali nyampe sampe nonokku mengejang-ngejang keenakan. Lendir dari nonokku membanjir...meleber di paha, betis dan pantatku. Aku menggeletak lemas. Aku dan dia sama-sama mandi keringat. Nafasnya terengah-engah tak beraturan.<br />
<br />
Dalam nada tersengal-sengal aku minta lagi, "Sintia masih kepengen lagi...". dia merebahkan badannya di sampingku. Dia kembali menciumku. Aku ladenin ciumannya. Dia menindih badanku sambil menciumku. Lidah ketemu lidah, membelit, dan saling menjilat. Aku menggumam gumam kenikmatan, sambil berciuman dia menggoyang-goyang pinggulnya sampai kontolnya yang telah ngaceng lagi terasa kena di nonokku. Bosen ciuman, bibir dan lidahnya menjalar ke kuping leher bahu, ketiak, terus ke toketku. Dia gemes banget ngeliat pentilku yang lumayan gede, kecoklat-coklatan dan mencuat ke atas itu. Dia menjilat pentilku dengan rakus sampai Aku ngerasa geli. Pentil sebelah kanan digigitnya dengan lembut, lidah nya menggelitik pentilku di sela-sela gigi depannya, sementara toket sebelah kiriku di remas-remas. Tubuhku menggelinjang karena geli dan nikmat. Setelah beberapa saat di permainkan, toketku terasa mengeras dan pentilnya tegak. Lendir nonokku mengalir dan terasa basah di perutku. "Mike, gantian Sintia yang ngemut kontol kamu ya", kataku sambil menelentangkan badannya diranjang. Aku mulai beraksi.<br />
<br />
Kupegang kon tolnya dengan kelima jariku. Kukocok-kocok batangnya perlahan. Dia menggumam pelan, "Enak Sin, terus.." Lidahku mulai merambat ke kepala kontolnya, kujilati cairan yang mulai muncul di lubang kencingnya. Lalu lidahku menggeser ke batangnya, menjelajahi tiap jenjang kontolnya. Tangan kiriku mengelu-mengelus biji pelernya. "Sin..." gumamnya pelan. "enak banget, geli-geli nikmat". Aku hanya tersenyum ngeliat dia merem-melek kayak gitu. Terus aku membuka mulutku dan menjejalkan kontolnya masuk ke dalam mulutku. kontolnya kuisep kenceng-kenceng, lalu dengan mulut kukocok kontolnya turun naik turun "uuuuggggghhhh...sedap enak...mmmmhhhh...", erangnya. Aku lalu merubah posisiku untuk melakukan 69. aku di atasnya dan menyorongkan pantatku ke mukanya. Dia nggak nunggu dua kali, langsung aja dia menjilati nonokku yang berlendir dan merekah merah itu. bibirnya menyedot lubang nonokku, menghisap lendirnya. lidahnya dimasukin ke dalam lubang nonokku, menjilati dinding-dinding basah, sementara jarinya mempermainkan itilku. Aku mengerang-ngerang dengan kontolnya di mulutku, menyuarakan kenikmatan. Lendir dari nonokku membajir membasahi mukanya. Aku melepaskan kontolnya dari mulutku dan meminta dia menyodok aku dari belakang. Waktu kontolnya masuk, aku hanya merintih pelan. kontolnya dienjotkan keluar masuk dengan kencang, aku hanya bisa mengejang-ngejang menahan nikmat. Tangannya ikut nimbrung merangsang itilku. Kocokan kontol di nonokku dan kilikan jarinya di itilku membuat aku mengerang dan menjerit-jerit kenikmatan. Sudah dua kali nonokku berkontraksi karena aku nyampe, tapi dia terus mengocok kontolnya keluar masuk sampai aku lemes. Cairan nonokku membecek, meleleh turun ke paha. Setelah aku nyampe yang ke empat kali di ronde ke dua itu, dia akhirnya ngecret lagi. "Mike, nikmat banget pagi ini, lebih nikmat dari semalem, aku sampe berkali2 nyampe baru kamu ngecret", lenguhku lemes. Dia mencabut kon olnya dari nonokku dan memesan agar makan pagi dikirim ke kamar untuk 2 orang. Aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, ketika aku sedang membilas badanku terdengar bel pintu, pasti makan pagi sudah siap. Selesai mandi aku keluar, makan pagi sudah tersedia di meja, Mike sedang menikmati makan paginya. Segera aku nimbrung. Selesai makan, aku pamit kembali ke kamarku. "Sudah waktunya aku untuk beberes dan ke airport", kataku. Dia memelukku, "Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu. Kalo kamu ke Singapore, jangan lupa untuk kontak aku agar kita bisa mengulangi kenikmatan ini". dia menciumku, lama sekali. Di kamarku aku beberes barang2 ke koper, kemudian aku check out dan menuju bandara.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-1355257896579642732010-12-05T08:42:00.000+07:002010-12-05T08:42:26.950+07:00Daripada NganggurUsiaku sudah hampir mencapai kepala tiga, ya... sekitar 2 tahunan lagi lah. Aku tinggal bersama mertuaku yang sudah lama ditinggal mati suaminya akibat penyakit yang dideritanya. Dari itu istriku berharap aku tinggal di rumah supaya kami tetap berkumpul sebagai keluarga tidak terpisah. Di rumah itu kami tinggal 6 orang, ironisnya hanya aku dan anak laki-lakiku yang berumur 1 tahun berjenis kelamin cowok di rumah tersebut, lainnya cewek.<br />
<br />
Jadi... begini nih ceritanya.<br />
<br />
<br />
Awal September lalu aku tidak berkerja lagi karena mengundurkan diri. Hari-hari kuhabiskan di rumah bersama anakku, maklumlah ketika aku bekerja jarang sekali aku dekat dengan anakku tersebut. Hari demi hari kulalui tanpa ada ketakutan untuk stok kebutuhan bakal akan habis, aku cuek saja bahkan aku semakin terbuai dengan kemalasanku.<br />
<br />
Pagi sekitar pukul 8 wib, baru aku terbangun dari tidur. Kulihat anak dan istriku tidak ada disamping, ah... mungkin lagi di beranda cetusku dalam hati. Saat aku mau turun dari tempat tidur terdengar suara jeritan tangis anakku menuju arah pintu. seketika itu pula pintu kamar terbuka dengan tergesanya. Oh... ternyata dia bersama tantenya Liza yang tak lain adalah adik iparku, rupanya anakku tersebut lagi pipis dicelana. Liza mengganti celana anakku, "Kemana mamanya, Za...?" tanyaku. "Lagi ke pasar Bang"jawabnya "Emang gak diberi tau, ya?"timpalnya lagi. Aku melihat Liza pagi itu agak salah tingkah, sebentar dia meihat kearah bawah selimut dan kemudian salah memakaikan celana anakku.<br />
"Kenapa kamu"tanyaku heran "Anu bang..."sambil melihat kembali ke bawah.<br />
"Oh... maaf ya, Za"terkejut aku, rupanya selimut yang kupakai tidur sudah melorot setengah pahaku tanpa kusadari, aku lagi bugil. Hmmm... tadi malam abis tempur sama sang istri hingga aku kelelahan dan lupa memakai celana.<br />
<br />
Anehnya, Liza hanya tersenyum, bukan tersenyum malu, malah beliau menyindir "Abis tempur ya, Bang. Mau dong..."katanya tanpa ragu "Haaa..." Kontan aja aku terkejut mendengar pernyataan itu. Malah kini aku jadi salah tingkah dan berkeringat dingin dan bergegas ke toilet kamarku.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Dua hari setelah mengingat pernyataan Liza kemarin pagi, aku tidak habis pikir kenapa dia bisa berkata seperti itu. Setahu aku tuh anak paling sopan tidak banyak bicara dan jarang bergaul. Ah... masa bodoh lah, kalau ada kesempatan seperti itu lagi aku tidak akan menyia-nyiakannya. Gimana gak aku sia-siakan, Tuh anak mempunyai badan yang sangat seksi, Kulit sawo matang, rambut lurus panjang. Bukannya sok bangga, dia persis kayak bintang film dan artis sinetron Luna Maya. Kembali momen yang kutunggu-tunggu datang, ketika itu rumah kami lagi sepi-sepinya. Istri, anak dan mertuaku pergi arisan ke tempat keluarga almahrum mertua laki sedangkan iparku satu lagi pas kuliah. Hanya aku dan Liza di rumah. Sewaktu itu aku ke kamar mandi belakang untuk urusan saluran air aku berpapasan dengan Liza yang baru selesai mandi. Wow, dia hanya menggunakan handuk menutupi buah dada dan separuh pahanya. Dia tersenyum akupun tersenyum, seperti mengisyaratkan sesuatu.<br />
<br />
Selagi aku menyalurkan hajat tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang menggedor. "Siapa?"tanyaku "Duhhhh... kan cuma kita berdua di rumah ini, bang"jawabnya.<br />
"Oh iya, ada apa, Za...?"tanyaku lagi<br />
"Bang, lampu di kamar aku mati tuh"<br />
"Cepatan dong!!"<br />
"Oo... iya, bentar ya" balasku sambil mengkancingkan celana dan bergegas ke kamar Liza.<br />
<br />
Aku membawa kursi plastik untuk pijakan supaya aku dapat meraih lampu yang dimaksud. "Za, kamu pegangin nih kursi ya?" perintahku "OK, bang" balasnya.<br />
"Kok kamu belum pake baju?"tanyaku heran.<br />
"Abisnya agak gelap, bang"<br />
"ooo...!?"<br />
Aku berusaha meraih lampu di atasku. Tiba-tiba saja entah bagaimana kursi plastik yang ku injak oleng ke arah Liza. Dan... braaak aku jatuh ke ranjang, aku menghimpit Liza.<br />
"Ou...ou..."apa yang terjadi. Handuk yang menutupi bagian atas tubuhnya terbuka. "Maaf, Za"<br />
"Gak apa-apa bang"<br />
Anehnya Liza tidak segera menutup handuk tersebut aku masih berada diatas tubuhnya, malahan dia tersenyum kepadaku. Melihat hal seperti itu, aku yakin dia merespon. Kontan aja barangku tegang.<br />
<br />
Kami saling bertatap muka, entah energi apa mengalir ditubuh kami,<br />
dengan berani kucium bibirnya, Liza hanya terdiam dan tidak membalas.<br />
"Kok kamu diam?"<br />
"Ehmm... malu, Bang"<br />
Aku tahu dia belum pernah melakukan hal ini. Terus aku melumat bibirnya yang tipis berbelah itu. Lama-kelamaan ia membalas juga, hingga bibir kami saling berpagutan. Kulancarkan serangan demi serangan, dengan bimbinganku Liza mulai terlihat bisa meladeni gempuranku. Gunung kembar miliknya kini menjadi jajalanku, kujilati, kuhisap malah kupelintir dikit.<br />
"Ouhh... sakit, Bang. Tapi enak kok"<br />
"Za... tubuh kamu bagus sekali, sayang... ouhmmm" Sembari aku melanjutkan kebagian perut, pusar dan kini hampir dekat daerah kemaluannya. Liza tidak melarang aku bertindak seperti itu, malah ia semakin gemas menjambak rambutku, sakit emang, tapi aku diam saja.<br />
<br />
Sungguh indah dan harum memeknya Liza, maklum ia baru saja selesai mandi. Bulu terawat dengan potongan tipis. Kini aku menjulurkan lidahku memasuki liang vaginanya, ku hisap sekuatnya sangkin geramnya aku.<br />
"Adauuu.... sakiiit" tentu saja ia melonjak kesakitan.<br />
"Oh, maaf Za"<br />
"Jangan seperti itu dong" merintih ia<br />
"Ayo lanjutin lagi" pintanya<br />
"Tapi, giliran aku sekarang yang nyerang" aturnya kemudian<br />
<br />
Tubuhku kini terlentang pasrah. Liza langsung saja menyerang daerah sensitifku, menjilatinya, menghisap dan mengocok dengan mulutnya.<br />
"Ohhh... Za, enak kali sayang, ah...?" kalau yang ini entah ia pelajari<br />
dari mana, masa bodo ahh...!!<br />
"Duh, gede amat barang mu, Bang"<br />
"Ohhh...."<br />
"Bang, Liza sudah tidak tahan, nih... masukin kontol mu, ya Bang"<br />
"Terserah kamu sayang, abang juga tidak tahan" Liza kini mengambil posisi duduk di atas tepat agak ke bawah perut ku. Ia mulai memegang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang memeknya. semula agak sulit, tapi setelah ia melumat dan membasahinya kembali baru agak sedikit gampang masuknya.<br />
"Ouuu...ahhhhh...." blessss... seluruh kemaluanku amblas di dalam goa kenikmatan milik Liza.<br />
"Aduuuh, Baaaang..... akhhhhh" Liza mulai memompa dengan menopang dadaku. Tidak hanya memompa kini ia mulai dengan gerakan maju mundur sambil meremas-remas payudaranya.<br />
<br />
Hal tersebut menjadi perhatianku, aku tidak mau dia menikmatinya sendiri. Sambil bergoyang aku mengambil posisi duduk, mukaku sudah menghadap payudaranya. Liza semakin histeris setelah kujilati kembali gunung indahnya.<br />
"Akhhhh... aku sudah tidak tahan, bang. Mau keluar nih. Ahhh... ahhh... ouhhh"<br />
"Jangan dulu Za, tahan ya bentar" hanya sekali balik kini aku sudah berada diatas tubuh Liza, genjotan demi genjotan kulesakkan ke memeknya. Liza terjerit-jerit kesakitan sambil menekan pantatku dengan kedua tumit kakinya, seolah kurang dalam lagi kulesakkan.<br />
<br />
"Ampuuuun... ahhhh... ahhhh... trus, Bang"<br />
"Baaang... goyangnya cepatin lagi, ahhhh... dah mau keluar nih"<br />
Liza tidak hanya merintih tapi kini sudah menarik rambut dan meremas tubuhku.<br />
"Oughhhhh... abang juga mau keluar, Za" kugoyang semakin cepat, cepat dan sangat cepat hingga jeritku dan jerit Liza membana di ruang kamar.<br />
Erangang panjang kami sudah mulai menampakan akhir pertandingan ini.<br />
"Akkhhhhhh..... ouughhhhh.... ouhhhhhh"<br />
"Enak, Baaaangg...."<br />
"Iya sayang.... ehmmmmmm" kutumpahkan spermaku seluruhnya ke dalam vagina Liza dan setelah itu ku sodorkan kontol ke mulutnya, kuminta ia agar membersihkannya.<br />
"mmmmmmuaaachhhhh..." dikecupnya kontolku setelah dibersihkannya dan itu pertanda permainan ini berakhir, kamipun tertidur lemas.<br />
<br />
Kesempatan demi kesempatan kami lakukan, baik dirumah, kamar mandi, di hotel bahkan ketika sambil menggendongku anakku, ketika itu di ruang tamu. Dimanapu Liza siap dan dimanapun aku siap.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-41842123103232415462010-12-05T08:41:00.000+07:002010-12-05T08:41:38.120+07:00Rahasia Pacar Teman Kost kuSebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus karena saya memang bukan penulis.<br />
Awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2 yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe… ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak “ilmu” dari teman-teman saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan “getah” enaknya saja.<br />
<br />
Ceritanya Rashid itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka selalu “main” dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui “keberuntungan” Rashid. Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yang “aneh-aneh”. Tapi Kamil juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta.<br />
<br />
Hari itu Rashid mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum memberitahunya sehingga Rani datang “terlalu cepat”. Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus. Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal.<br />
<br />
Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya. “Tunggu sebentar”, katanya. “Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi”, kataku. “Sebentar Ri”, katanya lagi dari dalam kamarnya. Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir. “Ngapain bos?”, tanyaku. “Ah enggak ga apa-apa”, jawabnya. Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dengan panik. “Ri, do something, lo kesana cegat mereka!”, kata Kamil. “Trus ngapain?”, tanyaku kebingungan. “Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan”, perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.<br />
<br />
Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang tua Rashid untuk masuk. “Hufff….sukurlah”, pikirku, “situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja”. “Eh tapi kemana mba Rani ya?”. Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel. Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?.<br />
<br />
Pintu kamar Rashid telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
“Ri, lo jangan bilang Rashid ya kalo Rani kesini malam ini?”, katanya.<br />
“Loh, kenapa?”, tanyaku heran.<br />
“Pokoknya jangan deh”, katanya lagi tersenyum nakal.<br />
“Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa?”, tanyaku lagi masih tidak mengerti.<br />
“Gini aja deh. Lo jangan bilang Rashid dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa”.<br />
“Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!”, kataku lagi. Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana “busuk” Kamil tapi aku masih belum yakin. Apakah dia akan…..? Ah tidak, tidak mungkin. Kamil dan Rashid berteman baik, tidak mungkin Kamil sampai tega melakukannya. Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tahu. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya.<br />
<br />
Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan matanya padaku. Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya? Apakah Rani mau mengkhianati Rashid? Semudah itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah…kalau benar begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rashid tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe…<br />
<br />
Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara “aneh” dari kamar Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam. Aku mendengar terus dengan seksama. Yak, aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Kamil sudah berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rashid. Tapi kali ini bukan Rashid yang melakukannya tapi teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Rashid tapi nafsuku lebih menguasaiku. Ini juga sebagai pelajaran bagi Rashid yang suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya. Duh, aku tidak sabar menunggu giliranku. Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang. Apakah mereka sudah selesai? Bagaimana kalau mereka tertidur? Wah…bisa-bisa aku gak “kebagian”.<br />
<br />
Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar Kamil dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam kamarnya. “Siapa?”, tanyanya pelan. “Gue, Ari”, jawabku juga dengan pelan. Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah. “Udah gak sabaran lu ye?”, katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk. Ternyata Kamil bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Badannya penuh keringat dan kontolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang. Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Kamil. Seorang mahluk cantik yang sangat seksi bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat yang memantulkan cahaya kamar sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa. Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya.<br />
<br />
Rani tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya. Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya. Aku masih terdiam dan melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi. “Hey…kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?”, katanya lagi sambil cekikikan. Kamil kemudian mendorongku, “Udah situ…ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh”. Kamil dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku. Kontolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tidak tahu harus bagaimana. Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. “Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih”, katanya. Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental. Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Kamil hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Rani di kamar mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya. “Buka dong baju lo semua”, kata Kamil kemudian. Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik turun celanaku, kontolku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya. Dia tertawa, “Duh…udah langsung gede gitu ya?”, katanya. Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan.<br />
<br />
Rani kemudian mengambil lotion ditasnya dan membalurkannya ke kontolku yang sudah sangat keras. Rasanya nikmat kontolku di gosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu. “Mil…gemukan ini dari punya lo”, ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil hanya tersenyum. “Gitu ya?”, jawab Kamil. “Kamu baring deh,” kata Rani kemudian. Akupun baring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam kontolku. Detik detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe….<br />
<br />
Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu dan veggynya pelan-pelan menelan kontolku yang sudah berdiri dengan kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah menghisap kontolku masuk ke dalamnya. Expressi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari kontolku. “Ehhhhgggg….duh gemuk amat sih nih burung”, katanya sambil mendesah. Setelah veggynya menelan habis kontolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas.<br />
“Kamu udah gak perjaka sekarang”, katanya menggodaku.<br />
“Iya mba, makasih ya”, jawabku sambil mencium bibirnya.<br />
Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun. Uuuuuggghhhh….nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik turunnya yang erotis itu. Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka. Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu. Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku.<br />
<br />
“Gimana rasanya?”,tanya Rani disela-sela goyangannya.<br />
“Enak mba…enak banget”, jawabku.<br />
“Kalau mau keluar bilang ya sayang”, katanya tersenyum. Uh cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sudah tidak perduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak perduli ada Kamil disitu. Aku melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok kontolnya yang sudah membesar lagi.<br />
<br />
Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. “Mba….aku….mau…ke…lu…arr…”. Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari kontolku. Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku. Dia mengocok kontolku dan menadahkan mulutnya dihadapan kontolku. Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar. Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada dimulutnya. Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.<br />
<br />
“Sperma perjaka biar awet muda”, katanya sambil tersenyum. Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas. Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi kontolku yang mulai melemas ketika Kamil bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata, “Rani, kamu masih belum tuntas kan?”, tanyanya sambil memegangi kontolnya yang ternyata sudah menegang kembali. “Huu..kamu tuh ya”, hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat kontol Kamil yang menghadap kearahnya. Kamil pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tahu apa yang akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya kebelakang dengan agak kasar. “Hey…pelan-pelan dong” ujar Rani setengah protes sambil tertawa. Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi “Owwww….”, ketika Kamil menjebloskan kontolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya.<br />
<br />
Kamil pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama. Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya. Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat, “ah…ah…ah….”. Melihat pemandangan seperti itu, akupun jadi terangsang lagi dan kontolku yang tadinya sudah lemas pelan-pelan mulai menegang kembali. Akupun bangkit dan mengangsurkan kontolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi. Dibawah veggynya digenjot oleh kontol Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh kontolku.<br />
<br />
Kontolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin kencang, Rani hanya memegangi kontolku tanpa diapa-apakan. Karena posisi kontolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka kontolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua kontol sekaligus maka akupun mengalah. Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Kamil. Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara.<br />
<br />
Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya Kamil dengan suara agak tersengal berkata,”Ran…gue…udah….mo…nyampe…”. Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama. Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras Kamil membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya didalam veggy Rani. “Aaahh….”, teriak mereka hampir berbarengan. Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik “Aahh…Aaaahh…” berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin menelan habis seluruh kontol Kamil yang masih tersisa. Mereka mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan. Kamil mencabut kontolnya lalu kemudian berbaring telentang disamping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Rani kemudian memutar badannya baring menelentang.<br />
<br />
Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur. Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani. Aku tidak perduli dengan Rani yang masih kelelahan. Aku naik keatas ranjang dan menempatkan kontolku dihadapan veggy Rani yang masih tertidur. Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi tapi masih cukup jelas terlihat. Aku tidak tahu apakah Rani memang telah tidur atau berpura-pura saja karena ketika aku melap veggynya dengan baju Kamil yang ada diatas lantai, dia tidak bereaksi.<br />
<br />
Setelah aku yakin veggy Rani sudah cukup kering, pelan-pelan akupun menusukkan kontolku ke dalamnya. Ternyata dia tidak tidur karena meskipun matanya tertutup tapi dia menggigit bibirnya. Akupun mengecup bibir itu ketika kontolku telah terbenam seluruhnya. Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk, “Kamu tuh masukin barang tanpa minta izin”, katanya. “Habis masih penasaran sih mbak”, ujarku sambil menciuminya dengan gemas. Dia membalas ciumanku dan kita pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata sambil tersenyum, “Digoyang dong”.<br />
<br />
Akupun mulai menaik-turunkan pantatku dengan irama yang lambat. Rani ini memang luar biasa, karena setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dengan pelan dan tenang namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat di kontolku akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata dirasakan kontolku. Nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku yang membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan diatas tubuh Rani pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat menggenjotnya dan Rani pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya. Goyangan yang membuat kontolku terasa dipilin dan diperas. Untungnya aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yang ditimbulkan oleh jepitan veggy Rani sehingga tidak sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi. Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam veggy Rani agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap.<br />
<br />
Demikianlah, pacuan kenikmatan yang ditimbulkan oleh maju-mundurnya kontolku dan goyang “dangdut” pantat Rani berlangsung cukup lama. Kami tidak perduli lagi dengan Kamil yang telah tertidur disamping kami dan orangtua Rashid di kamar sebelah. Rani mulai lagi mengeluarkan rintihan-rintihan birahinya. Sampai akhirnya dia memegangi kedua bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar kontolku menggosok daerah tertentu dalam veggynya. Daerah yang agak kasar dan menonjol dalam veggynya namun menimbulkan efek yang lebih nikmat bagi kepala kontolku.<br />
<br />
Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di ujung kontolku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Rani untuk mencapai puncak kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yang aku lakukan membuat rintihan Rani semakin keras pertanda semakin dekatnya dia dengan puncak kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dengan satu teriakan keras,”Aaaah….”, tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia mencengkeram pantatku dan menempelkan dengan ketat tubuhnya ke tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dengan kuat. Aku merasakan veggynya berkedut dengan kuat dan membanjiri kontolku. Kedutan veggy Rani itu membuat kontolku serasa diremas-remas dan benar-benar membuatku tak mampu menahan muntahan di kontolku. Akhirnya kontolku memuncratkan isinya bersamaan dengan remasan veggy Rani terhadap kontolku. Kontolku yang sedang menumpahkan isinya itu ditambah dengan kedutan kuat veggy Rani yang menjepitnya menjadi nikmat ganda yang baru pertama kali aku alami dalam hidupku. Nikmatnya bukan alang kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yang dalam tak bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu. Benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Rangkaian kenikmatan demi kenikmatan yang melanda diriku yang diakhiri dengan muncratnya spermaku di dalam veggy Rani menyempurnakan hilangnya keperjakaanku malam itu.<br />
<br />
Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Rani. Aku mencium bibirnya dengan mesra dan sayang. “Makasih mba”, ungkapku jujur padanya. Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku juga harus berterimakasih pada Kamil yang telah mengatur semua ini. Tapi dia telah tertidur disamping kami dan sudah tidak perduli lagi pada aktivitas kita. Aku mencabut kontolku dan menggelosoh turun dari tubuh Rani. Spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya dan lumayan banyak mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dengan tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sudah sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Rani tak lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan mengingat-ngingat kembali malam yang luar biasa ini.<br />
<br />
Meski ukuran ranjang Kamil cukup besar tapi tak urung terasa sempit juga. Apalagi ventilasi di kamar Kamil tidak sebaik di kamarku karena terletak ditengah antara kamarku dan kamar Rashid sehingga jumlah jendela lebih sedikit dari kamarku. Untungnya udara malam Bandung membuat kami tidak terlalu kegerahan. Maklum hanya ada kipas angin yang menemani kami. Aku yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk balik ke kamarku. Sewaktu bangkit untuk mengenakan baju aku terangsang melihat Rani yang tertidur dalam ketelanjangannya. Aku berpikir untuk mengajak Rani ke kamarku. Siapa tahu saja aku bisa menyetubuhinya lagi. Aku tidak jadi mengenakan bajuku dan dengan tetap bertelanjang aku bangunkan Rani.<br />
“Mba….mba…mba”, kataku berusaha membangunkannya sambil menjawil-jawil pipinya. Dia akhirnya terbangun.<br />
“Dikamarku aja yu mba. “, kataku ketika dia terjaga. Dia menggeliat sehingga membusungkan dadanya yang membuat nafsuku bangkit kembali. Pelan-pelan penisku membesar kembali.<br />
“Emang kenapa Ri? “, tanya Rani malas.<br />
“Disini panas dibandingkan kamarku. Lagian mas Rashid sering ke kamar ini. Dia kan akrab sama mas Kamil. Kalau ntar atau besok, mas Rashid pulang terus ngetuk kamar ini, gimana?”, ujarku memberiku alasan. Alasan yang tidak dibuat-buat dan memang masuk akal kok.<br />
“Gitu ya, Ri?” ujar Rani setengah khawatir. Dia bangkit. “Ya udah deh ke kamar kamu aja. Tapi aku jangan diapa-apain lagi ya”, pintanya.<br />
“Iya yuk…”, jawabku sekenanya. Dalam hati aku tidak menjamin akan memenuhi permintaannya. Untungnya dia tidak melihat penisku yang sudah tegak karena aku menutupinya dengan kaos oblong dan celana pendekku yang kupegang dengan tangan. Sepatu hak tinggi miliknya yang terletak di dekat pintu pun diangkatnya.<br />
<br />
Dia mengambil tasnya dan memungut bra, kaos oblong, dan celana dalam miliknya yang tergeletak dilantai. Dia ingin mengenakannya.<br />
“Duh…mba, gak usah. Disebelah aja biar cepet.”, kataku melarang.<br />
“Kamu tuh kaya Kamil aja. Satu perguruan sih ya?”, jawabnya sambil tersenyum. Aku agak bingung juga dengan kata-katanya.<br />
“Ya udah deh yuk. Gak ada orang kan diluar?”, lanjutnya.<br />
“Gak ada.”, jawabku sambil mengintip keluar. “Udah kan? Itu aja? Jeansnya mana?”, tanyaku heran melihatnya memegangi semua baju dan tasnya tapi tanpa jeansnya. Seingatku tadi dia datang ke rumah ini mengenakan jeans. Lucu sekaligus merangsang deh melihat Rani dalam keadaan seperti itu. Dia menggantung tasnya di bahu tapi bertelanjang dan hanya memegangi baju-bajunya.<br />
“Gak sempat dikeluarin dari kamar Rashid. Keburu ortu Rashid datang. Tapi sama Kamil sudah diumpetin dalam dos pembungkus tape recordernya punya Rashid yang ada dibawah tempat tidurnya. Duh…harus segera diselamatkan tuh kalau enggak bisa kacau nanti.”, jawabnya.<br />
“Oh iya…besok begitu Rashid pergi kita langsung keluarin tuh. Lagian tanpa itu gak bisa pulang kan?”, jawabku. Aku mulai bisa menebak bagaimana awalnya tadi hingga akhirnya Rani bisa kami setubuhi malam itu.<br />
<br />
Aku pun membuka pintu dan setengah berlari ke kamarku disebelah yang tidak terlalu jauh. Rani segera mengikutiku juga dengan setengah berlari. Sampai di kamarku, dia melihat sekeliling dalam kamarku sambil terlihat hendak mengenakan bajunya. Namun segera kucegah. Aku menarik tubuhnya kearahku dan mendekapnya. “Ri…kamu mau ap…”, dia tidak bisa menyelesaikan kata-katanya karena aku mencium bibirnya erat. Awalnya dia diam saja namun akhirnya membalas mesra ciumanku. Aku menarik lepas baju-baju, tas dan sepatu yang dipegangnya. Kami pun berciuman bertelanjang bulat sambil berpelukan erat. Rani pasti tahu bahwa aku menginginkannya lagi dari kontolku yang sudah tegak dan menunjuk perutnya.<br />
<br />
Aku kemudian mematikan lampu kamar agar kalaupun ada yang mengintip tidak akan bisa melihat kegiatan kami. Itupun dengan tirai jendela yang masih tertutup sehingga tak akan mungkin orang luar untuk melihat keadaan di dalam. Kami hanya mengandalkan lampu luar lewat jendela atas untuk penglihatan. Selesai berciuman, aku berjongkok menjilati veggynya sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Rani nampak sangat menikmatinya. Dia berpegangan ke dinding kamar untuk menyangga tubuhnya yang sedang kenikmatan. Akhirnya setelah sama-sama terangsang kami pun mulai mengambil posisi untuk bercinta kembali. Rani aku minta menungging di kursi kamarku dan wajahnya ke arah tirai jendela.<br />
<br />
Singkat kata, kami pun bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Rani berpegangan pada sandaran kursi ataupun pegangan tangan kursi. Sementara pantatnya bergerak maju-mundur berlawanan arah dengan gerakan maju-mundur kontolku dalam veggynya. Kadang diputar-putarnya membuat kontolku terasa diremas-remas namun nikmatnya benar-benar menggetarkan. Rani pun sangat menikmatinya terdengar dari suaranya yang terus saja merintih-rintih nikmat. Selagi kami bercinta dalam posisi itu, tiba-tiba kami mendengar gerbang belakang rumah di buka. Tidak lama gerbang itu ditutup kembali dan terdengar langkah orang menaiki tangga. Tidak salah lagi Rashid sudah pulang dan demi mendengar pacarnya pulang Rani menghentikan gerakannya. Tubuhnya terasa tegang dan dia diam dalam gelap. Aku yang sedang berada dalam kenikmatan tidak memperdulikannya dan terus saja memompa veggy pacar Rashid tersebut.<br />
<br />
“Ri…berhenti dulu dong, nanti kedengaran Rashid”, katanya berbisik.<br />
“Enggak mungkin mba…asal kita gak bersuara, gak akan kedengaran”, jawabku berbisik pula tanpa menghentikan gerakan maju-mundurku.<br />
<br />
Aku mendengar suara Rashid duduk di kursi tempat aku dan Kamil mengobrol tadi. Dia pasti mau melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar. Itu kebiasaan kami semua yang kost disini. Tiba-tiba timbul pikiran iseng dan nekatku. Tirai yang menutup jendelaku aku tarik kesamping sehingga kami bisa melihat apa yang dilakukan Rashid.<br />
<br />
“Ari…ngapain kamu?”, Rani terpekik tertahan.<br />
“Biar kelihatan mas Rashid lagi ngapain mba, jadi kita bisa jaga-jaga kalau dia mendekat ke kamar ini, ” jawabku sekenanya untuk menenangkannya. Untuk sementara aku menghentikan pompaan kontolku.<br />
“Iya tapi …” ,Rani berusaha untuk protes namun segera aku bungkam dengan mulutku. Kami pun berciuman mesra kembali.<br />
“Kamu tuh ya, nekat dan nakal,” ujar Rani setelah aku melepaskan ciumanku. Dari cahaya yang berasal dari luar jendela, aku melihat senyum manis Rani diwajahnya yang cantik ketika dia mengatakan itu.<br />
Tiba-tiba aku menghentakkan kembali kontolku ke dalam veggynya.<br />
“Owww…uhhhh…kamu tuh….ah….”, reaksi Rani ketika aku melakukan itu. Dia tidak berani merintih keras karena di depan kamar pacarnya masih sedang duduk dikursi.<br />
“Jangan dulu dong Ri, nanti …”, kata Rani sambil berusaha memegang pinggangku.<br />
<br />
Tapi aku tidak perduli. Aku pun terus saja memompanya. Rani sudah tidak berdaya dalam situasi seperti itu. Malah akhirnya dia membalas goyanganku dan menikmatinya kembali meski pacarnya masih ada di dekat situ. Kami bercinta sambil mengamati kegiatan Rashid yang sedang membuka sepatu dan jaketnya. Dalam jarak kurang dari 3 meter, Rashid tidak menyadari bahwa Rani pacarnya sedang asyik memadu kenikmatan ragawi sambil menikmati kontol lelaki lain yang masih merupakan sahabatnya.<br />
<br />
Entah apa yang ada dalam pikiran Rashid karena setelah selesai membuka sepatunya pun dia masih duduk-duduk di kursi itu. Dia seperti sedang memandang ke arah kami. Tapi sebenarnya tidak demikian karena kursi yang didudukinya memang mengarah ke kamarku.<br />
<br />
“Dia kaya ngeliatin kita ya mba…”, kataku di sela-sela persetubuhan kami.<br />
“I…yaa…”, jawab Rani cuek diantara desahannya.<br />
“Kalau dia ternyata emang ngeliatin gimana?”, godaku.<br />
“Udah…ah… rewel… ngentot ya ngentot aja..”, jawab Rani berpura-pura kesal.<br />
<br />
Sementara kami berdua sudah semakin mendekati puncak kenikmatan kami. Gerakan maju-mundur pantatku semakin cepat sementara putaran pantat Rani juga semakin intensif.<br />
<br />
“Mba…aku… udah… ham….pirr…”<br />
“Bareng Ri…bareng… aku…juga…hampir…”<br />
Kami berpacu lebih hebat lagi membuat kursi kamar agak berderik. Kami tidak perduli dengan bunyi itu dan dengan Rashid yang masih duduk di depan kamarku. Dan akhirnya setelah tidak mampu menahan kenikmatan yang terus mengumpul di ujung kontolku, dengan satu hentakan keras, aku menumpahkan berliter-liter lahar panas di dalam liang kenikmatan Rani. Aku menekan erat pantatku dan menanamkan kontolku sedalam-dalamnya di tubuh Rani. Pada saat bersamaan, Rani menarik wajahku dan menciumku erat sekali.<br />
<br />
“Mmmmmmmmm……..”, dia memekik tertahan karena mulutnya tersumpal mulutku. Dia juga sudah sangat dekat dengan orgasmenya. Badannya bergetar menandakan gelombang orgasmenya mulai datang. Dia melepaskan ciumannya sambil berteriak pelan “Aaaahh” dan menghentakkan pantatnya ke belakang membuat veggynya menelan lebih jauh kontolku. Dia orgasme lagi. Kami mencapai puncak secara hampir bersamaan. Badai kenikmatan yang luar biasa kembali kami arungi.<br />
<br />
Kalau tidak karena ada pacarnya di luar kamarku tentu Rani sudah kembali memekik bebas karena orgasmenya tersebut. Namun dia hanya menahan suaranya dan kemudian menggigit bantalan sandaran kursiku yang empuk. Badan kami berdua bergetar oleh nikmatnya puncak persetubuhan kami. Kontolku yang terus menerus berkedut sambil memuntahkan isinya sedang dijepit oleh veggy Rani yang menghisap kuat kontolku. Untuk yang kesekian kalinya aku merasakan kenikmatan seks yang luar biasa malam itu. Jiwaku serasa dibawa terbang melayang karena kenikmatan yang kualami itu.<br />
<br />
Dan ketika akhirnya kenikmatan itu berakhir aku seolah dihempas kembali ke bumi dalam keadaan letih namun sangat damai. Aku tidak menyadari kapan Rashid masuk kamarnya tapi dia sudah tidak ada di depan kamarku. Sementara itu Rani sudah tertunduk lemas di sandaran kursiku dan tidak bersuara apapun lagi. Dia juga pasti telah sangat lelah setelah berkali-kali orgasme malam ini dengan 2 orang pria.<br />
<br />
Aku mencabut kontolku dan cairan spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya. Cukup banyak hingga mengalir di pahanya. Aku ambruk diatas karpet sementara Rani masih dalam posisi menunggingnya dengan kepala yang bersandar diatas sandaran kursiku. Tak lama diapun bangkit dan pindah ke ranjangku. Dia berbaring di ranjangku tanpa berkata apa-apa lagi. Aku yang masih terbaring lemas diatas karpet juga hanya terdiam. Mungkin karena saking letihnya tidak begitu lama aku mendengar dengkuran lembut cewek itu. Aku pun menyusul pindah ke atas ranjangku bergabung dengannya. Sebelum tidur aku mencium lembut bibirnya dan berbisik pelan “Makasih ya mba. Malam ini luar biasa banget”. Sepertinya dia masih mendengarku karena dia berkata “mmm” sebagai respon kata-kataku. Akupun berbaring disampingnya dan tak menunggu lama akupun ikut tertidur.<br />
<br />
Paginya aku terbangun sekitar pukul 8. Begitu aku membuka mata, aku melihat wajah cantiknya yang sangat alami yang masih tertidur disampingku. Dengan rambut awut-awutannya malah semakin menambah kecantikan alaminya. Posisiku sendiri sedang memeluknya. Aku merasakan kontolku yang sudah terbangun kembali menempel ditubuhnya entah di bagian mana dari tubuh Rani tapi mungkin dipahanya. Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkan cewek secantik dan seseksi ini. Apalagi dengan permainan seksnya yang luar biasa benar-benar cewek yang ideal sebagai pelepas keperjakaanku. Hehehehehe…<br />
<br />
Aku tidak ingat kapan menutup tubuh kami tapi yang jelas tubuh kami berdua tertutup selimut. Mungkin mba Rani yang melakukannya karena biasanya suhu akan sangat dingin menjelang subuh. Aku membuka selimutku dan bangkit menuju kamar mandi. Sempat tersingkap tubuh indahnya yang membuat aku bernafsu untuk mengentotnya lagi, apalagi kontolku memang sedang mengacung tegak. Tapi melihat keadaannya yang tertidur pulas dan damai, aku jadi tidak tega. Aku pun meneruskan melangkah ke kamar mandi lalu bersih-bersih disitu.<br />
<br />
Cukup lama aku di kamar mandi dan setelah selesai akupun balik ke tempat tidur lagi untuk bermalas-malasan. Siapa tau bisa mengentot Rani lagi, pikirku. Ternyata dia telah bangun tapi masih berbaring dibawah selimutnya. Dia seperti sedang bengong memikirkan sesuatu tapi dia tersenyum melihat kontolku yang sudah berdiri lagi.<br />
“Pagi mba…”, kataku sambil mencium bibir mungilnya.<br />
“Mba sekali lagi makasih ya buat malamnya yang luar biasa”, kataku kembali.<br />
“Iya…..”, jawabnya tersenyum, “tapi ini kenapa nih?”, tanyanya kemudian sambil menunjuk kontolku.<br />
“Ooh…ini? Biasa deh kalo pagi dia suka duluan bangun. Apalagi kan dia tau dia belum dapat jatah pagi”, jawabku sambil menggoda Rani.<br />
“Huuuu….. maunya!”, jawab Rani sambil memonyongkan bibirnya.<br />
<br />
Melihat itu aku segera menyergap bibirnya dan bergerak menindihnya. Aku bermaksud untuk menyetubuhinya lagi tapi segera ditahan oleh Rani.<br />
“Ri..ri…ntar dulu Ri, ambilin jeansku dulu dong di tempat Rashid.”, katanya. “Aku musti segera pulang takutnya dia ke tempat kostku nanti.”, lanjutnya kemudian. Akupun mengurungkan niatku dan ikut memikirkan kata-kata Rani.<br />
<br />
“Dia masih dikamarnya nggak ya?”, kataku setengah bertanya.<br />
“Nah itu dia aku gak tau. Aku enggak denger suara apa-apa diluar juga disebelah di kamarnya Kamil.”, jawab Rani kebingungan.<br />
“Oke gini deh aku keluar dulu liat situasi. Kalau ada kesempatan aku masuk ke kamar Rashid terus ambil jeans mba. Mba punya kuncinya kan?”<br />
“Ada ditasku. Untung semalam sempat aku bawa keluar, kalau enggak wah kacau..”.<br />
Akupun bangkit dan mencari tasnya. Setelah aku temukan, aku mencari kunci itu dan segera aku menemukan kunci kamar Rashid didalamnya.<br />
“Oke mba aku keluar deh liat situasi tapi….”, aku sengaja menghentikan kata-kataku.<br />
“Tapi apa?”, kata Rani penasaran. Aku tidak menjawab tapi hanya tersenyum menggodanya. Sepertinya dia sudah menangkap maksudku terlihat dari tatapan matanya yang berpindah ke kontolku yang sedang mengacung tegak.<br />
“Duuuhh… nanti aja dong”, katanya membujukku.<br />
“Mba…gak enak kan mba kalau dilihat orang ada bagian yang menggelembung.”, kataku memberi alasan sekenanya. “Ini dulu dong dikecilin..”, kataku kemudian sambil menunjuk kontolku.<br />
“Ih… kamu tuh!! Dasar perjaka!! Sini…”, ujar Rani berpura-pura marah. Aku pun mendekatinya. Dia pun bangkit duduk sehingga selimutnya terlepas dan memperlihatkan keindahan tubuhnya.<br />
“Di oral aja ya. Aku masih cape dan veggyku agak perih nih dijeblosin dua kontol semaleman…”, katanya lagi sambil memegang kontolku ketika aku sudah berada di hadapannya.<br />
“Ya udah gapapa.”, jawabku meski sebenarnya aku lebih suka jika kontolku di masukkan ke dalam veggynya. “Tapi nanti kalau udah ketemu jeans mba, aku mau ini ya?”, lanjutku sambil memegang veggynya.<br />
“Iya gampang…”, katanya sambil mulai menghisap kontolku.<br />
<br />
Diapun mulai mengoralku. Namun karena tidak senikmat veggy maka aku sulit untuk ejakulasi. Rani yang sudah tidak sabaran akhirnya memintaku memasukkan saja kontolku ke veggynya. Sebelumnya aku diminta membasahi veggynya terlebih dahulu agar kontolku mudah masuknya. Akhirnya pagi itu akupun ejakulasi kembali di dalam veggynya.<br />
<br />
Singkat kata aku berhasil “menyelamatkan” jeans Rani dr kamar Rashid dengan bantuan Kamil yang mengajaknya keluar. Rani pun bisa pulang ke kost-annya dan Rashid sama sekali tidak mengetahui pengalaman hebat pacarnya itu. Sebelum pulang Rani masih sempat menghadiahi aku dengan sebuah persetubuhan yang indah di kamar mandi dalam kamarku. Orangtua Rashid sendiri pulang keesokan malamnya setelah tanpa sengaja “membantu” kami mendapatkan Rani.<br />
<br />
Sampai lulus kuliah dan menjelang menikah pun Rani masih sering “bermain” dengan aku dan Kamil. Kadang bertiga tapi lebih sering berduaan saja. Capek kata Rani kalau harus meladeni kami berdua sekaligus. Sewaktu belum lulus hampir semuanya dilakukan di kost-an kami. Biasanya pada saat dia main ke tempat Rashid, kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mencuri-curi kesempatan ngentot apalagi kalau Rashid sedang tidak ada di kamarnya. Wah sudah kaya piala bergilir deh dia. “Beli satu dapat tiga”, kalau kata Rani.<br />
<br />
Di akhir semester itu sewaktu libur panjang, Rashid mendapatkan kesempatan kerja praktek di Balongan sedang Kamil ikut acara kampus di luar negeri. Rani bolak-balik ke kost-an Rashid untuk mengerjakan TA-nya dan TA Rashid. Aku yang mustinya pulang liburan membatalkan rencana tersebut dan memutuskan “menemani” Rani selama Rashid dan Kamil tidak ada. Jadilah aku dan Rani menikmati “bulan madu” selama dua minggu di kost-an. Kita entot-entotan tanpa henti selama 2 minggu tersebut kecuali Sabtu sore dan Minggu ketika Rashid datang. Benar-benar pengalaman indah dan erotis yang tak terlupakan.<br />
<br />
Beberapa kali Rani hamil, entah oleh Rashid, Kamil, maupun aku, namun Rashid selalu bisa menyelesaikan masalah itu dan dia tidak tahu kalau bibit itu tidak selalu dari dia. Menurut pengakuan Rani padaku, lelaki yang pernah berhubungan badan dengannya adalah pacarnya waktu tahun kedua yaitu kakak kelasnya ( lelaki yang mendapatkan keperawanannya ), kami bertiga, adik ibu kostnya, atasannya, pacar bulenya ( yang kemudian menikahinya ) dan pernah dengan salah satu dosen di kampusnya. Dosen itu tidak mau meluluskannya karena nilai ujiannya yang buruk namun akhirnya meluluskannya setelah merasakan nikmatnya veggy Rani.<br />
<br />
Rani sendiri akhirnya tidak jadi menikah dengan Rashid dan menikah dengan seorang bule Australia. Kini dia tinggal disana dan terakhir kabarnya mereka akhirnya punya anak 1 setelah lama menikah. Rashid sendiri menikah dengan seorang cewek Jakarta yang dikenalkan oleh tantenya. Sedang Kamil menikah dengan adik kelas Rani. Bagaimana dengan aku? Hmmm… Penting gak sih untuk diberitahu? :)<br />
<br />
TamatNimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-5943664149665510272010-12-05T06:53:00.000+07:002010-12-05T06:53:00.169+07:00Cerita Sex Dewasa Anak SekolahCerita+Sex+Dewasa+ini+terjadi+7+hari+yang+lalu+waktu+itu+adalah+hari+ulang+tahun+sekolah+tempat+gue+belajar+2%2C5+tahun+belakangan+ini.+hari+jadi+sekolah+merupakan+hari+yang+sangat+bahagia+bagi+kami+siswa+siswi+yang+sekolah+disana+kerana+kami+semua+ga+dapet+belajar+tentunya+dan+udah+dari+3+hari+sebelumnya+melakukan+berbagai+persiapan+untuk+acara+hari+itu%21+pada+hari+jadinya+sekolah+kami+mengadakan+berbagai+acara+yang+sangat+heboh+dan+ga+kalah+seru+pastinya+sob%21+mulai+dari+pentas+musik+aneka+band%2C+aneka+lomba2+seperti+lomba+antar+kelas+sampai+lomba+modern+dance.+Namun+lomba+modern+dance+ini+tidak+diadakan+antarkelas%2C+tetapi+antarangkatan+yang+membuat+acara+ini+seru+adalah+suporter+dari+masing2+kelas+dan+angkatan+yang+saling+adu+mulut+sampai+adu+jotos+untuk+team+yang+mereka+jagokan%21biasalah+anak+muda+seperti+kami+egonya+lagi+tinggi-tingginya%0D%0A%0D%0AOk+kembali+ke+acara+ulang+tahun+sekolah+gue+ini+dimulai+dari+pukul+9+pagi.+Namun+gue+datang+pukul+11+siang%21hehe..+maklum+lah+anak+bandel+yang+suka+nyari+sensasi+dan+sengaja+gue+datangnya+telat+hanya+untuk+nonton+band2+ibu+kota+dan+menyaksikan+lomba+modern+dance+saja.+Dan+akhirnya+saat+yang+dinanti+datang+juga.+Modern+dance+angkatan+kelas+3+yaitu+angkatan+gue+sendiri+yang+beranggotakan+5+orang.+Namun+yang+gue+kenal+dekat+hanya+melia+yang+memiliki+nama+lengkap+Putri+Amelia+Candra.+ohhh+ya+gw+kok+sudah+mengenalin+orang+lain+padahal+gue+aja+belom+kenalan%21he..nama+gw+ryo+sob+nama+panjangnya+ga+usah+deh+ya+jelek+soalnya+%3AP%0D%0A%0D%0AAcara+pun+dimulai+dari+penampilan+kelas+1+lalu+iikuti+kelas+2+dan+yang+menjadi+penutup+adalah+kelas+3.+Mereka+mulai+masuk+ke+tengah+lapangan.+Pakaian+yang+mereka+kenakan+cukup+seksi.+Walaupun+di+bagian+perutnya+tidak+terbuka.+Pakaian+yang+mereka+kenakan+cukup+ketat+pastinya%2C+menonjolkan+payudara+payudara+mereka+yang+baru+%C3%A2%E2%82%AC%CB%9Ctumbuh%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2.+Cukup+membuat+mata+murid+murid+lelaki+melotot.+Dengan+diiringi+lagu-lagu+techno+mereka+semua+yang+muda+belia+seumuran+gue+meliak-liukan+badannya+dengan+seksi.+Seiring+lompatan+atau+gerakan+seksi+mereka+payudara+mereka+bergoyang-goyang+indah+dan+bergetar-getar%21indahnya+serasa+dunia+saat+itu%0D%0A%0D%0AMata+saya+hanya+tertuju+pada+melia.+Selain+karena+wajahnya+yang+cantik%2C+ia+juga+memiliki+payudara+yang+cukup+seksi+tentunya.+Rambutnya+yang+tergerai+panjang+menambah+seksi+tubuh+indahnya.+Walaupun+ada+pula+teman+1+tim+dancernya+yang+saya+pikir+cukup+bohai+juga.+Mulai+dari+payudara+yang+lebih+besar+dari+melia%2C+ia+juga+memiliki+paha+yang+gempal.+Namun+perhatian+gue+tetap+tertuju+pada+melia.+Wajar+aja+gue+merhatiin+terus%2C+menurut+gue+dia+cewek+paling+seksi+secara+fisik+maupun+non.Setelah+mereka+bermodern+dance+ria+%26amp%3B+membangkitkan+gairah+pada+laki-laki%2C+dengan+keringat+bercucuran+di+kening%2C+leher+%26amp%3B+bagian-bagian+lainnya%2C+mereka+segera+berganti+baju.+melia+segera+menuju+kelas+untuk+kembali+mengenakn+seragamnya.+Seiring+langkahnya+berjalan%2C+payudaranya+yang+baru+tumbuh+bergoyang-goyang.+Kemudian+setelah+ia+mengambil+pakaian+ganti+dari+tasnya%2C+ia+pun+menuju+ke+wc+untuk+berganti+baju.%0D%0A%0D%0ALalu+gue+ikutin+dia+dr+belakang.+Terlihat%2C+tali+branya+nyeplak+karena+keringat+yg+basah+ke+tubuhnya.+wowww+sedapnyo.+Setelah+masuk+itu%2C+ia+masuk+ke+kamar+mandi.+Tanpa+ia+sadari+bra+dan+celana+dalemnya+yg+berwarna+hitam+jatuh+di+depan+pintu+kamar+mandi.+Gue+pun+langsung+saja+mengambil+bra+an+cdnya+yang+jatuh+tersebut+dan+langsung+gue+pegang.+Gue+pun+masuk+ke+kamar+mandi+cowo+dengan+tujuan+mau+kencing+tanpa+maksud+untuk+menyembunyikan+ke+dua+barang+tersebut.+Di+dalam+pikiran+gue%2C+gue+akan+berikan+setelah+gue+kencing.%0D%0A%0D%0A%3C%21--more--%3E%0D%0A%0D%0ASetelah+gue+kencing%2C+gue+liat+amelia+mondar-mandir+di+sekitar+kamar+mandi.+Langsung+aja+gue+tegor%2CNyari+apa+melia%3F%0D%0AEh+lo+ryo%2C+ini+nih+gue+nyari+bh+sm+cd+gue%2C+lo+lyat+gak%3F%0D%0AOhhh%2C+ini+mksd+lo%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Langsung+gue+tunjukin+bra+dan+cdnya.%0D%0AIya%2C+ni+dia+yg+gue+cari.+Ni+lo+nemu+dimana%3F%0D%0ANi+tdi+jatoh.+Lo+ga+tau%0D%0AOh+yawdh%2C+thanks+ya+ryo.%0D%0AIya+sm2+melia.%0D%0AYwdh+deh%2C+gue+mo+ganti+baju+dulu+yah.+Gerah+banget+ni%0D%0ANgapain+melia%3F%0D%0AGanti+baaajuuuknp%3F%3F+Mo+ikuuut%3F%3FTanya+amelia+nakal.%0D%0AHhhee.+Emg+boleh+meliaHmmm+dia+ngeliat+ke+sekitar.+Setelah+itu+dia+langsung+nyruh+masuk+gue+untuk+1+kamar+mandi+dengannya.%0D%0AYwdh+yuk+masuk.%0D%0A%C5%93melia%2C+gue+mo+kencing+dulu+yah.+Lo+jangan+ngintip.%C2%9D+Langsung+gue+buka+clana+gue+sambil+ngebelakangin+amelia.+Trus+kencing.+dan+Tiba-tiba+melia+berkata%0D%0AOh+my+god.+Gede+banget+ryo+barang+%28Kontol+gue%29+lo+Gue+pun+kaget.%0D%0A%0D%0A%C5%93melia%2C+dibilang+jangan+ngintip.+Ko+ngintip+sih%3F%0D%0AHhehe.+Sori+ryo%2C+abis+gak+sengaja+hehee+boong+ding%2C+gue+penasaran+aja+pengen+liat%0D%0AAh%2C+dsar+lo+melia.+Ywdh%2C+ganti+baju+tadi+katanya+mo+ganti+baju%3F%C2%9D%0D%0AYwdahGue+pun+memakai+clana+gue+lagi.%0D%0AAmelia+pun+sibuk+membuka+baju+dancenya.+Trus+celananya.+Trus+branya.+Lalu+cdnya.%0D%0AGue+pun+merhatiin+semuanya.%0D%0AEh+ryo%2C+jgn+ngeliatin+ke+sini+dong.+Sambil+ia+menutupi+toketnya+yg+sekel+dengan+tangan+kirinya.+Trus+memiawnya+juga+ditutupin+sama+cdnya+yang+baru+dibuka.%0D%0AHehehe.+gue+penasaran+juga+melia%0D%0APenasaran%3F%3F%0D%0A%C5%93Iya%0D%0A%C5%93Lo+juga+tadi+penasaran+sama+barang+gue+kan%3F%0D%0A%C5%93Iya+sih+sambil+ia+senyum-senyum.%0D%0A%C5%93melia%2C+gue+mo+remes2+toket+lo+dong.+Boleh+ga%3F%0D%0A%C5%93Ha%3F+Tai+lo+ryo.+Emang+lo+siapa+gue%21%0D%0ABentar+aja+melia%0D%0A%C5%93Tapi+gue+juga+pegang2+barang+lo+ya+ryo%3F+Biar+adil.%0D%0A%C5%93Oh+yawdah+gw+pun+ngebuka+resleting+gue.+Nyingkap+CD+gue.+Trus+ngeluarin+Kontol+gue.%0D%0AGue+dengan+semangat+ngeremes2+toket+amelia+yg+sekel.+Tapi+dia+agak+takut2+buat+megang+Kontol+gue.%0D%0AKnp+melia%3F+Pegang+dong%26nbsp%3B+gue+aja+udah+megang+toket+lo+nih.+Sekel+banget+sih+melia+toket+lo%3F%0D%0AIhh%2C+gue+baru+pertama+nih+megang+barang+cowo.+Hahaha.%0D%0ASstt.+Jgn+kenceng2+ktawanya%0D%0A%0D%0Adan+gue+mencoba+membawa+tangannya+buat+megang+Kontol+gue+secara+pelan2+dan+sedikit+paksaan+akhirnya%2C+Kontol+gue+pun+tersentuh+oleh+tangan+amelia.%0D%0A%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Oowwhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+kocok2+dong+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Pinta+gue.%0D%0A%0D%0ADia+pun+agak+malu2+pas+mau+ngocok+Kontol+gue.%0D%0AAkhirnya+pelan2+dia+kocok+Kontol+gue.+gue+pun+sambil+ngeremes2+toket+dia.%0D%0A%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Owwhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+enak+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+agak+kenceng+dong+megangnya%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Iya%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+ohh+gede+bgt+sih+ryo%3F%3F+Lo+dah+ngaceng+ya+nih%3F%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Iya+udah+lah.+Secara+gue+ngeremes2+toket+lo+udah+nafsu+gini.+Pasti+dah+ngaceng.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+gue+isep+yah+toket+lo%3F%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ihh%2C+gila+lo+ah.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Bentar%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ywdah%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+nih%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+ia+pun+menyodorkan+toketnya+ke+mulut+gue.+Tapi+ia+ngelepasin+kocokannya+dari+Kontol+gue.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93melia%2C+sambil+kocokin+Kontol+gue+juga+dong.+Jangan+berenti%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Uwhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+iya+iya%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+cerewet+lo+ahh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Dia+pun+ngocok+Kontol+gue+agak+cepet.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aahhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+ohhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+enak+meliaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+suara+gue+mendesah.+Trus+gue+kenyot2+toketny.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ahhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+yg+cepet+lagi+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+oohh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+uuhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+ssshhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+sambil+gue+kulum+lehernya%2C+trus+ke+bibirnya.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93melia%2C+sepongin+dong+sebentar%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ha%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Sepongiiin%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+masukin+Kontol+gue+ke+mulut+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+trus+kocokin+pake+mulut+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aaahhh%21%21+Gak+ahh%21%21+Pake+tangan+aja+yah+ryo%3F+Nnti+kpn2+deh.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Amelia+nolak.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Bentar+meliaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+pengen+nihh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+gue+memohon.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ah+lo+ryo.+Ywdah%2C+tp+bentar+aja+ya%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93iya%2C+sampe+keluar%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ahh%2C+tp+peju+lo+jgn+dikeluarin+dimulut+gue%21%21%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Iya%2C+gak%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+nnti+kalo+gue+dah+mau+muncrat+gue+cabut+Kontol+gue+dari+mulut+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Yaudah%2C+maen+cepet+yaa.+Takut+dicurigain+nih+gue+ntr+sama+anak2+yang+laen.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93iya%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+jwab+gue.%0D%0A%0D%0AAmelia+pun+jongkok+di+depan+gue.+Mulutnya+pas+banget+udah+berhadepan+sama+Kontol+gue.%0D%0AGue+pun+menyodorkan+Kontol+gue+ke+mulutnya.+Amelia+pun+tanpa+ragu+lagi+membuka+mulutnya+lebar2.+gue+terus+dorong+semua+Kontol+gue+masuk+ke+mulutnya+amelia.+Setelah+itu+dia+rapetin+mulutnya+dan+mulai+menggerakan+mulutnya+maju+mundur+sambil+skali2+mainin+lidah+dan+bibirnya+buat+mijet2+Kontol+gue.%0D%0AKontol+gue+kerasa+agak2+anget.+Trus+juga+ada+rasa2+lembek2+enak+yg+berasal+dari+lidahnya.%0D%0AItu+semua+gue+imbangin+dengan+ikut+gerak2in+Kontol+gue+maju+mundur.%0D%0A%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ooohh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+meliaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+enaaaaaakkk%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+mmmhhhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+ooohhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+sshhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+sambil+gue+belai2+rambutny+yg+ga+terlalu+panjang.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Mmmhhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+mmmmhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+mhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+amelia+pun+mendesah+smbil+terus+nyepongin+Kontol+gue.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ooohhhhhhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+teeruusss+meliaaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+ooohhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+eeennnaaakkk%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+terus+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Mmhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+mmhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Cepetin+lagii+meliaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+pint+ague.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Mmmhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+mhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+mmmhhhhhhmmhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+amelia+pun+sedkit+agak+kewalahan+nyepongin+Kontol+gue.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aaahhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+ooouhhhcchhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+enak+meliaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+oowwwhhhwwwwwhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+sshhhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%0D%0AAmelia+pun+semakin+mempercepat+kocokan+mulutnya+di+mulut+gue.+Gue+pun+mengimbangin+dengan+memajumundurkan+Kontol+gue+di+mulutnya.%0D%0ASaking+terasa+cepatnya.+Akhirnya+gue+udah+ngerasain+kalo+peju+gue+mau+keluar.%0D%0A%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aaohhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+meliaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+gue+mau+keluar+nihhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%0D%0ADengan+cepat+dia+ngelepasin+mulutnya+dari+Kontol+gue.+Trus+dia+berdiri+dari+yg+sebelumnya+pas+nyepongin+gue+dalam+posisi+jongkok.+Gue+pun+meraih+tangan+kanannya.+Trus+gue+tuntun+buat+megang+Kontol+gue+yang+udah+ngaceng+banget+krn+mau+keluar.%0D%0A%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Kocokin+yang+cepet+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%0D%0AAmelia+pun+mengocok+Kontol+gue+cepet.+Pas+dia+lagi+ngocokin+Kontol+gue%2C+gue+kissing+bibirnya+yang+imut2%2C+sambil+kadang2+gue+remes2+toketnya+yang+sekel+gak+terlalu+gede.%0D%0A%0D%0AAkhirnya+setelah+kira2+3+menit+dikocokin+pake+tangannya.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aaarrghhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+cchhaaaaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+gue+mauuu+keluarrrrr+nihh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Uwwhh%2C+ywdah+keluarin+aja+ryo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+dia+pun+ngarahin+Kontol+gue+ke+wc+biar+peju+gue+nnti+langsung+ke+buang+ke+lubang+wc+tanpa+berceceran+di+lantai.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aaarghhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+oooooooooouhhhhhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+sssssssshhhhhhhhhhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+aaaaah%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+gue+keluar+meliaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+akhirnya+peju+gue+pun+keluar.+Peju+gue+muncrat+7x.+dari+mulai+banyak+sampe+keluar+setetes+setetes.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Oouhwwww%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+gila+ryo%2C+banyak+banget+peju+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+duuhh+kena+tangan+gue+lagi+nih%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+amelia+pun+ngelepasin+tangannya+dari+Kontol+gue.+Trus+dia+ngebersihin+tangannya+yang+kena+peju+gue+sedikit+pake+aer+di+gayung.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Uuffhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+iya+nih+melia%2C+udah+lama+sih+gue+gak+colai%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+tapi+akhirnya+sekarang+gue+malah+dicoliin+sama+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+capek+nih+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+melia+bersihin+dong+peju+gue+nih+dikit+lagi+pake+mulut+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+pinta+gue+kea+ca.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Apa%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+amelia+kaget.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Jilatin+dikit+nih+ujung+Kontol+gue%2C+kan+masih+ad+sisa2+pejunya%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ih+males.+Gak+ah.+Jijik+gue.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Yah%2C+tanggung+nih+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+dikit+lagi%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Gak.+Nnti+aja+yah+kapan2+ryo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+amelia+memberi+harapan.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Huh.+Dsar+lo+melia.+Tanggung+juga+nih.+Ywdah+deh.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%ga+gue.+Gue+pun+memakai+celana+dalem+gue+lagi+kemudian+resleting+c93Nih+gue+bersihin+peju+lo+yang+di+sini+aja+nih.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Kata+Amelia+sambil+nyiramin+aer+ke+dalem+wc+yang+sebelumnya+banyak+peju+gue.%0D%0A%0D%0ASetelah+nyiramin+peju+gue+yang+berceceran+di+wc%2C+amelia+pun+kembali+berganti+baju.+Begitu+juelana+panjang+gue.%0D%0AGue+perhatiin+amelia.+Ia+kleiatan+seksi+banget.+Satu+persatu+ia+kenakan+pakaiannya.+Mulai+dari+celana+dalemnya+yang+berwana+hitam.+Branya+yang+juga+berwarna+hitam.+Namun+ia+agak+kesulitan+saat+akan+mengaitkan+branya.+Lalu+ia+pun+meminta+tolong+gue.%0D%0A%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93ryo+tolong+pakein+dong.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Ia+pun+membelakangi+gue+meminta+mengaitkan+pengait+branya.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Tapi+ada+syaratnya+yaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+ucap+gue+ngeledek.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Syarat+apaan%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Tebak+dong%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Hmmm+apa+ya.+Ga+tau+ah%21+Udah+cepetan+pakein%21%21%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+ia+pun+agak+sedikit+ngotot.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Itu+tuh.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Gue+pun+menunjuk+ke+arah+memiawnya.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ohh+ini%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+lo+mau+ngewe+sama+gue%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+amelia+pun+bertanya+dengan+nada+agak+sedikit+kaget.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Iaa%2C+gue+pengen+ngewe+sm+lo+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+blh+ga%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Anjjrriitt+lo+ryo%2C+apa+masih+kurang+yg+skrg%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Kurang+laaaah%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+gue+mau+nyicipin+tubuh+lo+pake+Kontol+gue%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Aaaaaaaahhh%21%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Sssstt%2C+jgn+kenceng2+melia%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+Ayoo+dong+meliaaaa%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+kpn2+yaaahh%3F%3F+Ga+sekarang+kok%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+ucap+gue+memohon+lagi.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Gue+masih+virgin+laaahh+ryoo.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ahh+yakinnn+lo%3F%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93IYA%21%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Kalo+dari+toket+lo+yg+gue+pegang+tadi+sih+kayanya+lo+udah+ga+virgin+deh%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Hah%3F+Tau+dari+mana+lo%3F%3F%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Ya+tau+laaahh%2C+kalo+toket+cewe+yang+udah+ga+virgin+tuh+udah+agak+kendor+sedikit%2C+ga+terlalu+sekel+banget%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Hahhha+gila+ya+lo%2C+kayanya+udah+ahli+banget+nih+soal+beginian%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D.+Sambil+dia+sibuk+merapikan+bajunya.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Iya+dong%2C+makanya+kapan2+mau+nyoba+ngewe+sama+gue+ga%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Hmmm+gimana+yaaaaa%2C+yaa+liat+nanti+aja+deehhh%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D.+Sambil+berkaca+di+cermin+kecil+sambil+merapikan+rambut+dan+poninya.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Yawdahhh+nnti+kpn2+kita+coba+yaa%3F%3F%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Ucap+gue+memastikan.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Iya+ahh%2C+ywdah%2C+gue+mau+balik+ke+anak2+dulu+nih.+Ntr+gue+dicurigain+lagi+ganti+baju+doang+kok+lama+banget.%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Dia+pun+membuka+pintu+dan+keluar+dari+kamar+mandi.%0D%0A%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Sipp%2C+ati2+lo.+Thankss+meliaa+atas+handjob+dan+blowjob+lo%C3%A2%E2%82%AC%C2%A6+Hehhhe%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D%C3%A2%E2%82%AC%C5%93Haahh%2C+bakalan+enak+nih+kalo+seandainya+nanti+gue+ML+sama+dia%C3%A2%E2%82%AC%C2%9D+Pikir+gue.%0D%0A%0D%0Adan+setelah+berapa+menit+gue+keluar+dari+toilet+tersebut+perasaan+menyesal+pun+datang+menghampiri%21+biasalah+penyesalan+selalu+datangnya+belakangan+dan+ga+pernah+duluan%21+menyesal+kenapa+ryo%3Fhe...menyesal+kenapa+ya+ga+gue+paksa+melia+untuk+langsung+aja+ngajakin+ngentot%21hahahaha...+sambil+ngebayangin+seandainya+pas+didalam+toilet+cewek+tersebut+gw+ngentot+sama+melia%2C+tapi+gw+punya+obsesi+untuk+ngedapetin+perawan+si+melia+bagaimapun+caranya+gw+harus+yang+pertama+meniduri+dia+kalau+masih+perawan%21+OK+deh+sob+segitu+dulu+cerita+dewasa+sex+dari+gw+nanti+bakalan+ada+Cerita+Sex+Dewasa+Anak+Sekolah+Part+2%21+tunggu+aja+ya+sobNimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-89659004864237225492010-12-04T07:02:00.000+07:002010-12-04T07:02:33.702+07:00Elly Terjebak HadiahNamaku Elly. Usiaku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael. Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering berpergian ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku sudah kembali ramping dan indah seperti pujian suamiku, meskipun aku baru melahirkan setengah tahun yang lalu. Mungkin hal itu karena aku rajin mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan supaya badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga karenanya.<br />
<br />
Aku sendiri tidak bekerja di luar, karena suamiku memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Dan memang suamiku ingin aku menjadi ibu rumah tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami dengan baik. Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suamiku adalah lelaki perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupanku ini. Kini kalau suamiku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anakku, juga pembantu kami yang kupanggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian, tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang bernama Sugeng. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu seksku tentu sedang tinggi tingginya. Ditinggal oleh suamiku bekerja seperti ini, kadang aku amat merindukan bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang keadaanku dan keluargaku.<br />
<br />
Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil lewat undian sebuah produk. Dan seingatku, aku tak pernah mengikuti prosedur undian itu.<br />
<br />
Dengan santai aku berkata, "Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang lain".<br />
<br />
Dan orang itu berkata panjang lebar, "Ibu Elly, kami memaklumi kalau ibu berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena pajak hadiah ditanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi. Gratis bu, tak dipungut biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi bu, karena kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap mobil ini".<br />
<br />
Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, "Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?".<br />
<br />
Dan orang itu menjawab, "Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, apa salahnya"<br />
<br />
Kulihat sekarang ini adalah jam 1 siang. Aku baru selesai makan siang, maka aku menyusui dan menidurkan anakku, supaya nanti ketika aku pergi aku tak begitu kuatir. Dan memang satu jam kemudian aku mendengar bel rumahku berbunyi, dan ketika aku keluar, aku melihat sebuah mobil Kijang Innova keluaran terbaru, dengan cat yang mulus mengkilap. Di belakangnya berhenti sebuah mobil Kijang pickup. Mungkin untuk mereka yang mengantar mobilku ini pulang nanti. Aku agak terkejut juga, berarti mungkin ini benar. Seseorang turun dari mobil pickup itu, sementara orang yang sudah berdiri di depan pintu rumah menyapaku.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
"Bu Elly? Saya Anto", kata orang yang bernama Anto itu sambil mengulurkan tangannya.<br />
<br />
Aku menjabat tangannya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab "Elly".<br />
<br />
Orang itu memang penampilannya rapi. Tapi wajahnya agak seram. Aku mencoba membuang semua pikiran negatif. Dan kemudian orang satunya yang berpenampilan biasa biasa, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat tanganku.<br />
<br />
"Seto", katanya.<br />
<br />
Aku menjabat tangannya dan menjawab, "Elly".<br />
<br />
Setelah acara kenalan yang menurutku hanya formalitas ini, kami duduk di teras rumah, dan aku disodori formulir yang aku baca di bagian awal dan akhir saja, untuk memastikan aku tak keluar uang apapun untuk mendapatkan hadiah ini. Lalu Anto menawarkan padaku untuk mencoba mobil itu, karena nantinya aku harus mengisi formulir untuk memberikan 'penilaian' tentang kondisi mobil itu, sebelum acara serah terima surat kendaraan dilakukan. Aku setuju saja, dan aku menerima kunci mobil itu dari Anto. Aku masuk ke dalam mobil itu, joknya masih terbungkus plastik semua, baunya khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, aku mulai mencoba mobil itu.<br />
<br />
Semua baik baik saja, sampai tiba tiba di sebuah gang yang sepi di dekat rumahku, Anto yang duduk di kursi depan menarik handbrake. Aku terkejut sekali, sampai lupa menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati. Aku menoleh kepada Anto, tapi belum sempat aku bertanya, dari belakang aku dibekap, oleh Seto tentunya. Kurasakan bau yang menyengat, dan tak lama kemudian semuanya gelap.<br />
<br />
Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua pergelangan tanganku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar di ruangan ini. Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang membuatku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan celana dalamku. Kakiku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohanku tadi, mengapa bisa terjebak dengan iming iming hadiah itu.<br />
<br />
Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuatku ternganga tak percaya pada pengelihatanku.<br />
<br />
"Arman?", seruku tak percaya.<br />
<br />
"Halo Elly... lama tak jumpa... bagaimana kabarnya?", kata Arman dengan senyum yang membuat hatiku dingin seperti disiram air es. Aku takut sekali.<br />
<br />
"Arman... apa yang kamu lakukan ini? Ingat Arman, aku ini kakak iparmu. Tolong lepaskan aku..", aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.<br />
<br />
Aku tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada keluarganya. Arman adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun. Wajahnya memang cukup tampan. Dan sejak ia mengenalku, ia sudah beberapa kali mencoba mendekatiku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon. Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal bersama keluarganya, Arman nekat dan nyaris berhasil memperkosaku. Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkanku, dan sejak itu aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.<br />
<br />
Mendengar kata kataku, Arman hanya tertawa. Ia mendekatiku dan "krek". Arman merenggut braku hingga tali talinya putus.<br />
<br />
"Aduh?", aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian tubuhku yang tertekan tali braku saat ditarik Arman. Aku memejamkan mataku erat erat, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki laki lain selain suamiku.<br />
<br />
"Elly, Elly. kamu kira aku segoblok itu sudah bersusah payah menjebakmu seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha! aku belum gila, Elly", kata Arman sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya dengan marah bercampur takut.<br />
<br />
"Arman, kamu gila! lepaskan aku!!", aku mulai panik dan membentaknya.<br />
<br />
"breeet.. breeet" seruanku dijawab Arman dengan merenggut robek celana dalamku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.<br />
<br />
Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi Arman dengan jantung berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang lebar. Aku tahu, nasib yang buruk akan segera menimpaku, dan perlahan aku mulai menangis.<br />
<br />
"Lho sayang? kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan keenakan kok", ejek Arman yang sudah bersiap di selangkanganku.<br />
<br />
Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, "Arman, tolong jangan begini. aku ini kakakmu, kakak iparmu. masa kamu tega berbuat begini padaku?".<br />
<br />
Arman tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, "Diam Elly. Kamu telah merendahkanku. Kamu selalu menolakku. Kamu tak pernah menghargai aku".<br />
<br />
Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan.<br />
<br />
Dan sambil merenggangkan kedua pahaku lebar lebar, Arman melanjutkan, "Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak layak pergi berdampingan bersamamu. Benar benar perempuan sombong! Karena itu sekarang rasakan pembalasanku!"<br />
<br />
Berkata begitu, Arman menempelkan kepala penisnya ke bibir liang vaginaku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggulku menghindari hunjaman penis Arman saat Arman mulai memajukan pinggulnya.<br />
<br />
Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vaginaku.<br />
<br />
Tapi rupanya Arman marah dengan perbuatanku, ia menamparku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.<br />
<br />
"Jangan coba coba lagi Elly, atau nanti kamu akan kuberikan pada dua kacungku di depan itu!", ancam Arman dengan suara yang mengerikan.<br />
<br />
Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisanku, aku hanya bisa mengumpat getir, "Kamu gila.. Arman"<br />
<br />
Arman hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis Arman menemukan bibir liang vaginaku, dan sesaat kemudian aku mengerang kesakitan saat liang vaginaku tertembus oleh batang penis Arman.<br />
<br />
Aku mulai menangis saat Arman memompa liang vaginaku. Walaupun aku sudah pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vaginaku kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena liang vaginaku dipompa penis Arman yang cukup besar.<br />
<br />
Aku memalingkan mukaku supaya tak melihat wajah Arman yang kesenangan karena berhasil mendapatkan tubuhku. Ia meremasi kedua payudaraku dengan gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk menikmati tubuhku sejak dulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus menggeliat kesakitan.<br />
<br />
"Elly, punyamu enaak", erang Arman dengan tatapan penuh gairah padaku sambil terus menggenjotku.<br />
<br />
Ingin aku menamparnya, tapi kedua tanganku tak bisa kugerakkan. Aku hanya bisa merelakan liang vaginaku ditembusi oleh laki laki yang harusnya memperlakukanku sebagai kakak iparnya. Tapi Arman memang sudah kesetanan, ia mulai mencumbuiku dengan sangat bernafsu. Bibirku dilumatnya dengan ganas, sementara kedua payudaraku diremasnya dengan kuat.<br />
<br />
Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik iparku ini, rasa terhina karena diperkosa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda selangkanganku dan juga sekujur tubuhku.<br />
<br />
Rupanya vaginaku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis Arman yang tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku menyembunyikan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan, maka aku hanya bisa pasrah namun mati matian berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.<br />
<br />
Tapi sayangnya, tubuhku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu kucegah, pinggangku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Kurasakan penis Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat kedalam liang vaginaku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing kepanasan.<br />
<br />
Arman tertawa sinis dan mulai menghinaku, "Ternyata kamu menikmati punyaku juga Elly. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha.. kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..".<br />
<br />
Sambil menghinaku Arman terus memompa liang vaginaku dengan gencar. Aku sudah tak tahu apa yang harus kulakukan, karena perlahan tapi pasti aku sedang diantar menuju orgasme.<br />
<br />
"Arman. oohh.. sudaah.. ampuuun.. ennngghh.," aku mulai mengerang dan melenguh.<br />
<br />
"Kenapa El? Enak ya?", ejek Arman dan malah makin gencar memompa liang vaginaku.<br />
<br />
"Kamu?", aku tak bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.<br />
<br />
Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat, kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai orgasme ini.<br />
<br />
"Oh Elly.. kamu cantik sekali kalau seperti ini" desah Arman yang tak menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan nikmatnya selangkanganku yang terus dipompa Arman semakin menjadi jadi.<br />
<br />
Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vaginaku, dan makin lama rasa itu makin menderaku.<br />
<br />
Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak "Armaaan.. aaaaah.. hentikaaaan.. amppuuuun.."<br />
<br />
Ia benar benar perkasa seperti suamiku, hanya saja suamiku lebih pengertian, membiarkanku beristirahat kala aku mengalami orgasme. Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaanku, ia hanya mencari kenikmatannya sendiri.<br />
<br />
Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam tubuhku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuhku meliuk liuk dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini. Entah cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa liang vaginaku, sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap.<br />
<br />
Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit, tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar, ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini, bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.<br />
<br />
"Jangaaaan", aku menjerit ngeri.<br />
<br />
Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan perbuatan mereka.<br />
<br />
"Lepaskan aku! Armaaan kamu bajingaaaan!", aku mengumpat dalam keputus asaanku.<br />
<br />
Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam.<br />
<br />
Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.<br />
<br />
"Biadab kamu Arman! Kamu kan sudah janji..", aku langsung terdiam.<br />
<br />
Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa.<br />
<br />
"Kenapa Elly? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha?", Arman tertawa dengan memuakkan.<br />
<br />
Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya. Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya mereka juga meremasi payudaraku.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.<br />
<br />
"Wow.. air susu Elly", kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya.<br />
<br />
Kedua orang itu menelan air susuku.<br />
<br />
"Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?", tanya Arman penasaran.<br />
<br />
"Gurih abis bos, susu amoy gini", kata Anto.<br />
<br />
"Lebih enak dari susu sapi", sambung Seto.<br />
<br />
Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.<br />
<br />
"Aku juga ingin coba", gumannya.<br />
<br />
Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa mendesah keenakan.<br />
<br />
"Bos, susunya diremas", kata Anto.<br />
<br />
"Bisa tambah banyak keluarnya", Seto menyambung.<br />
<br />
Maka Arman menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas, sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.<br />
<br />
"Susu yang enak, Elly", kata Arman dengan nada puas.<br />
<br />
"Nanti aku minta lagi", sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.<br />
<br />
"Lanjutkan", perintah Arman pada Anto dan Seto.<br />
<br />
Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang bulat selagi menunggu Arman mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali mengerubutiku dengan kesenangan.<br />
<br />
Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka. Melihat ukuran penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman.<br />
<br />
Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua kacung si Arman. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu lemas untuk mencoba menghindar.<br />
<br />
Akibatnya, bless.. kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.<br />
<br />
Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.<br />
<br />
Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku. Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh Arman. Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vaginaku masih belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.<br />
<br />
"Sudah! hentikaaan!", aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu.<br />
<br />
Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan meneriakkan namaku, "Ooouuuhhh.. bu Ellyyy.."<br />
<br />
Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang vaginaku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu sekali. Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan penisnya ke mulutku.<br />
<br />
"Elly, ayo kulum", perintah Arman.<br />
<br />
Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah. Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku. Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku.<br />
<br />
Penderitaanku belum selesai.<br />
<br />
"Buka mulutmu, Elly", perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku.<br />
<br />
"Perlahan!", perintahnya lagi.<br />
<br />
Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku.<br />
<br />
"Bagus", katanya dengan puas.<br />
<br />
Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam handycam itu. Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik Arman. Panas sekali wajahku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.<br />
<br />
Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku.<br />
<br />
"Aaaaarrrrghh... Bu Ellyyyyy..", jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya, tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar panasnya.<br />
<br />
Arman dengan giat terus menyorot liang vaginaku yang tentunya tak mampu menampung sperma kedua pemerkosaku ini. Jari tangannya ditusukkan ke liang vaginaku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Seto sendiri segera beranjak ke arah wajahku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral dariku.<br />
<br />
Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajahku memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuatku kembali terlihat seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati pedih.<br />
<br />
Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya.<br />
<br />
"Arman, sudah, lepaskan aku.. please", aku memohon.<br />
<br />
Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudaraku.<br />
<br />
Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susuku lagi.<br />
<br />
Dan memang benar, Arman segera melumat puting susuku, ia menyedot susuku sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus amat merangsangku. Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan hal yang sama pada puting susuku yang sebelah. Kini dua orang dewasa menyusu pada kedua payudaraku seperti bayi, dan aku hanya bisa memejamkan mata berharap mereka segera selesai.<br />
<br />
Aku melamunkan suamiku "maafkan aku Albert" aku bahkan sempat orgasme ketika diperkosa adikmu.<br />
<br />
Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatanku dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di kedua pergelangan tanganku. Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk mengancamku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuhku lagi. Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya melihat hasil rekaman film porno tadi.<br />
<br />
Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luarku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku digangbang tadi.<br />
<br />
"Sudah puas kalian?", bentakku dengan jengkel dan menahan tangis.<br />
<br />
Aku memakai pakaianku tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuhku hingga robek. Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton rekaman pemerkosaan terhadap diriku, kemudian Arman mematikan handycamnya. Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku.<br />
<br />
Aku menarik wajahku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali.<br />
<br />
"Bajingan kamu Arman! Kamu tega sekali melakukan ini semua" sekarang antarkan aku pulang!", kataku lirih, sambil menangis.<br />
<br />
Arman mengelus pipinya yang baru kutampar keras itu dan memandangku dengan aneh. Aku bergidik ditatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman melangkah ke arah luar diikuti oleh kedua kacungnya. Aku mengikuti mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir, sementara Anto dan Seto duduk di belakang.<br />
<br />
Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para pemerkosaku. Tapi untungnya mereka tak melecehkanku lebih lanjut, dan mobil sialan ini mengarah ke rumahku.<br />
<br />
Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, "Elly, sampai ketemu lagi, kapan kapan kita main main lagi ya".<br />
<br />
Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis.<br />
<br />
Aku segera melihat anakku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas.<br />
<br />
Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda oleh adik iparku yang bejat itu, yang tega menyerahkanku pada dua kacungnya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan suamiku sendiri, bukan dengan Arman, bukan dengan mereka ini. Apalagi diperkosa seperti tadi, sakit sekali hatiku rasanya. Tanpa sadar aku kembali menangis.<br />
<br />
Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir.<br />
<br />
Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang berisi rekaman pemerkosaan terhadap diriku oleh dua kacungnya itu, dengan sebuah surat bertuliskan "Elly, lain kali kita bermain tanpa ikatan pada kedua tanganmu kamu pasti akan lebih menikmatinya"<br />
<br />
Bersambung...Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-55912668494578223702010-12-04T06:49:00.002+07:002010-12-04T06:49:43.384+07:00Cheerleader<div style="text-align: justify;">Tyrell, "I have always had a fantasy, and I think you could fulfill it for me..." she said. He turned and looked at her slightly concerned. "I want to get fucked hard by a group of guys, not just one."<br />
<a href="" name="more"></a> "I can arrange that for you hun, I"d love to see you get banged by a group of men at one time." So, Tyrell called her the next day and told her to head over around 7 p.m. and wear a mini with nothing underneath. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">She agreed and got wet just thinking about it. When she arrived at 7 Tyrell answered the door in nothing but a pair of boxers. She felt so nervous and excited! She stepped into the living room and to her surprise there were 8 guys there from the football team....SHE WAS GOING TO GET GANGBANGED! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">She started to drip. They all smiled with pleasure. Tyrell got her to kneal down and start to give his cock a good sucking as another member took off her halter. The guys starting teasing her tits with all their worth. Tyrell then told her to suck Chris, another guy there and she took him into her mouth, he was much bigger than Tyrell about 9 inches she took it all the way in and deep throated him, within two minutes he came in her throat hard. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">She swallowed every bit and moved on to the next who was a bit smaller but had large balls, she licked them furiously as she did another guy, Sampson took her skirt and pulled it up and started to finger her hot wet pussy fast and hard she came with the guy she was sucking off. She continued for a bit giving head to them and then Sampson rolled her over and started to lick her pussy fast and good, she had multiples over and over again. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">He leaned up, he face was covered with her juices. Chris started to lick her asshole and tease her clit until she came again. Then he slid his long hard cock into her moist pussy and fucked her for a good 10 minutes while everyone else teased her and played with her. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sampson then took his turn ramming her hard and fast, then Tyrell took it nice and slow with her while she calmed down some then another guy stuck his cock into her little tight asshole making her scream. She couldn"t take it!!! </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Then another one shoved his cock into her mouth. She got off again and again finally all three guys came inside her holes and the rest of the guys shot off all over her tits and ass. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">She laid on the floor in ectasy. Tyrell came over and said, "You have fun, baby?" HELL YEAH same time next weekend? she smiled.....</div>Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-49302875699652727312010-12-04T06:00:00.000+07:002010-12-04T06:00:40.617+07:00Pemerkosaan terhadap primadona sekolahHari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya.<br />
<br />
<br />
Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.<br />
<br />
<br />
Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja ditembak mati oleh aparat.<br />
<br />
Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.<br />
<br />
Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini.<br />
<br />
Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.<br />
<br />
Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda.<br />
<br />
Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.<br />
<br />
Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.<br />
<br />
Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.<br />
<br />
Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.<br />
<br />
Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.<br />
<br />
Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.<br />
<br />
Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
“Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.<br />
<br />
Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.<br />
<br />
“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Charles sambil tersenyum.<br />
<br />
Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.<br />
<br />
Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu.<br />
<br />
Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda di teras sekolah tadi.<br />
<br />
“Gue dulu ya..”, ujarku ke Charles.<br />
<br />
“Ok boss..”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.<br />
<br />
Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.<br />
<br />
Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.<br />
<br />
Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang.<br />
<br />
“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.<br />
<br />
Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.<br />
<br />
Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.<br />
<br />
Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya favoritku. Dan..<br />
<br />
“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.<br />
<br />
Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.<br />
<br />
Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.<br />
<br />
Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.<br />
<br />
Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.<br />
<br />
Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memajumundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.<br />
<br />
Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya.<br />
<br />
Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.<br />
<br />
Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.<br />
<br />
Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir kemaluannya.<br />
<br />
“Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.<br />
<br />
Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya.<br />
<br />
“Aakkhh..”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya.<br />
<br />
Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus<br />
<br />
“Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”.<br />
<br />
Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.<br />
<br />
“Aakkhh..” akupun mengejan, tubuhku mengeras. Croot.. Croott.. Croott.. Akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku di dalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.<br />
<br />
Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.<br />
<br />
Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.<br />
<br />
Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku.<br />
<br />
“Ouugghh..”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.<br />
<br />
Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.<br />
<br />
Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali.<br />
<br />
Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.<br />
<br />
“Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.<br />
<br />
Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.<br />
<br />
Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan<br />
<br />
“Aaakkhh..”.<br />
<br />
Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda. Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lobang anus Adinda.<br />
<br />
“Aakkhh..” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda.<br />
<br />
Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka.<br />
<br />
Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Charles. Melihat ini aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.<br />
<br />
Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya dari belakang. Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada ditengah-tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Adinda yang masih menganga itu.<br />
<br />
Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang. Kulirik mata Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Charles yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.<br />
<br />
“Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Adinda.<br />
<br />
Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Adinda, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Charles keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi dilubang dubur Adinda. Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping badan Adinda.<br />
<br />
Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Adinda. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan tanganku kepala Adinda ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.<br />
<br />
Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Adinda, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.<br />
<br />
Rasa nikamat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.<br />
<br />
Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku kembali merebahkan tubuhku di samping Adinda, akhirnya akupun tertidur.<br />
<br />
Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menagkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Charles tengah menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali terguncang-guncang.<br />
<br />
Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Adinda namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.<br />
<br />
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Adinda. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Adinda dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.<br />
<br />
Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya.<br />
<br />
Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-29827078558065862702010-12-04T05:29:00.001+07:002010-12-04T05:45:36.724+07:00Hukuman untuk Guru Muda dan CantikPerkenalkan namaku Tommy, aku sekarang sedang sekolah ternama di Ibukota negara ini. Orang tuaku adalah orang terkaya di negeri ini. Bahkan sekolah tempat aku belajar dimiliki oleh orang tuaku, yang kemudian diberikan pada aku. Sehingga aku adalah pemilik sekolah ini.<br />
<br />
<br />
Sekolah ini mempunyai banyak sekali murid-murid, terutama dari orang-orang kaya. Orang tua mereka sangat senang mengingingkan anak mereka untuk sekolah di sini. Mereka ingin agar anak mereka kenal dengan aku, dengan harapan posisi mereka atau usaha mereka dapat terus berkembang, dengan bantuan aku.<br />
<br />
<br />
Banyak sekali teman-teman aku, yang sangat baik dengan aku, mereka ingin agar jabatan orang tua mereka dapat naik pangkat, atau usaha orang tua mereka dapat berkembang terus. Banyak sekali siswi-siswi yang sengaja yang mendekatiku agar keluarga mereka dapat ditingkatkan perekonomiannya. Banyak siswi yang sengaja mengajakku tidur, tentu saja aku hanya memilih yang cantik-cantik saja. Dan setiap kali mereka tidur dengan aku, keesokkan harinya orang tuanya naik jabatan.<br />
<br />
<br />
Tahun Ajaran Baru<br />
<br />
<br />
Hari ini adalah adalah hari pertama sekolah, kini aku sudah kelas 3 IPA. Banyak sekali siswi-siswi baru, yang baru masuk kelas 1. Aku mengincar mereka siapa tahu ada yang cantik dan seksi.<br />
<br />
<br />
Aku melihat ada siswi cantik yang bernama Heni, langsung saja aku coba mendekatinya.<br />
<br />
"Heni.. dipanggil oleh Tommy", temanku Ken berkata pada Heni.<br />
<br />
"Oh Tommy pemilik sekolah ini yah", Heni menjawab dengan senang.<br />
<br />
Tentu saja ia senang karena itulah tujuan dia sekolah disini.<br />
<br />
<br />
Pada jam istirahat, aku memanggil Heni ke sebuah ruangan kosong. Disana aku merayu Heni, dan mencoba berkenalan dengan dia. Dan akhirnya aku mencoba mencium dia.<br />
<br />
<br />
"Tommy..", balas Heni sambil menciumku juga.<br />
<br />
<br />
Aku mencoba memasukkan tanganku kedalam baju dia. Astaga susunya kenyal sekali, rasanya tanganku seperti memegang karet saja, kenyal sekali. Aku meremas - remas susunya.<br />
<br />
<br />
"Ahh..", desah Heni.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba pintu terbuka, aku menengok dan melihat guru baru.<br />
<br />
"Hei apa yang kalian lakukan, cepat kembali ke kelas", teriak guru tersebut.<br />
<br />
Astaga baru kali ini ada yang memarahi aku, guru tersebut tidak mengetahui posisiku di sekolah ini, bahwa aku sebagai raja di sekolah ini. Dengan rasa dongkol aku kembali ke kelas.<br />
<br />
<br />
Aku memberitahu Ken temanku agar menghukum guru tersebut. Kemudian Ken menghubungi Kepala Sekolah agar mereka bertemu. Kemudian Kepala Sekolah, Ken dan guru tersebut yang bernama Cindy bertemu. Kepala Sekolah menyampaikan bahwa tidak ada yang boleh mengganggu Tommy di sekolah, dan guru tersebut harus dihukum. Jika tidak mau dihukum, maka keluarga Cindy akan dihancurkan perekonomiannya, mereka akan menjadi gelandangan. Cindy yang baru berumur 18 tahun dan sedang kuliah Kedokteran dan menjadi guru honorer di sekolah ini dengan terpaksa menyetujuinya.<br />
<br />
<br />
Hukuman Hari Pertama<br />
<br />
<br />
Hari ini adalah hukuman untuk guru cantik bernama Cindy. Pada jam pertama ini, aku belajar biologi diajar oleh Cindy. Ketika ia masuk, Ken memberitahu bahwa ia harus mengajar tanpa pakaian. Tadinya ia tidak mau dan ingin keluar dari sekolah ini, tapi karena diancam keluarganya akan menjadi gelandangan ini mau menuruti. Dengan berurai air mata, ia melepas blazer dan roknya. Terlihat bahwa tubuhnya dengan tinggi 166 cm dan berat 47 kg, mempunyai kulit yang putih sekali.<br />
<br />
<br />
"Bu Cindy, lepas BH dan Celana dalamnya", teriak Ken.<br />
<br />
<br />
Dengan ragu-ragu ia melepas BH yang berukuran 34B dan celananya, terlihat ia memiliki susu yang tidak terlalu besar tetapi putih sekali dan rambut kemaluan yang hitam tapi tidak terlalu lebat.<br />
<br />
<br />
Dengan malu-malu ia mengajar kami selama 2 jam pelajaran dengan bugil. Tentu saja perhatian anak-anak cowok tidak pada pelajarannya, tetapi mengaggumi tubuh bugilnya. Cindy mengajar dengan kacau balau, sambil menerangkan ia mencoba menutupi tubuhnya, tentu saja tidak bisa, karena ia harus mencatat di papan tulis dan harus menerangkan. Beberapa anak laki-laki mencubit tubuhnya, ketika melewati mereka. Cindy hanya bisa menerangkan sambil terisak-isak.<br />
<br />
<br />
Rasanya dua jam pelajaran berlangsung cepat sekali, berikutnya pelajaran matematika yang membosankan oleh Pak Ginanjar. Aku membisikan Ken, hukuman selanjutnya.<br />
<br />
<br />
"Bu Cindy, dua jam pelajaran ini, harus mengulum punya Tommy", kata Tommy kepada Cindy.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
Ketika Pak Ginajar mulai menerangkan, dengan ragu-ragu Cindy jongkok dihadapanku. Kemudian ia membuka reseleting celanaku, dan mulai mengeluarkan penisku. Ia kemudian memegang kemaluanku, rasanya hangat sekali tangan Cindy. Ia mulai mengulum penisku yang panjangnya 17 cm. Ia memaju mundurkan mulutnya, rasanya enak sekali, sambil mendengarkan pelajaran matematika, sambil diurut penisku oleh mulut guru muda yang cantik ini. Sampai suatu kali rasanya ingin mengeluarkan sesuatu. Aku menarik rambut Cindy, agar kepalanya bergerak lebih cepat.<br />
<br />
<br />
"Ah..", desahku sambil mengeluarkan air mani kedalam mulutnya sebanyak mungkin.<br />
<br />
<br />
"Oupch..", terdengar suara Cindy yang kehabisan nafas, harus menelan air maniku sambil menangis.<br />
<br />
<br />
Hukuman Hari Kedua<br />
<br />
<br />
Hari ini aku memberi tahu Ken hukuman Cindy.<br />
<br />
"Bu Cindy, hari ini harus masuk lagi ke kelas 3, sambil menerangkan tentang hubungan seks, sambil diperagakan dengan Tommy", kata Ken kepada Cindy.<br />
<br />
<br />
"Apa..", teriak Cindy.<br />
<br />
"Bu, ingat keluarga Ibu", ancam Ken.<br />
<br />
<br />
Akhirnya Cindy menyetujuinya. Pada jam pelajaran kelima, Cindy masuk ke kelas 3.<br />
<br />
Anak laki-laki berteriak, "Buka.. buka.. buka..".<br />
<br />
Dengan gemetar Cindy kembali membuka seluruh pakaiannya.<br />
<br />
<br />
"Anak-anak, Ibu sekarang mau menerangkan tentang hubungan seks" kata Cindy sambil gemetar.<br />
<br />
"Tommy tolong kesini" kata Cindy.<br />
<br />
Aku lalu maju kedepan, lalu Cindy membuka celanaku.<br />
<br />
"Pertama-tama dilakukan pemanasan dulu", kata Cindi sambil meletakan tanganku pada susunya. Langsung aku meremas-remas dengan keras, enak sekali pikirku. Tampak Cindy kegelian. Lalu Cindy meremas penisku.<br />
<br />
<br />
Setelah beberapa lama, aku mulai tak sabar, lalu dengan cepat aku mencoba memasukkan penisku ke vagina Cindy. Cindy berusaha menghindar sambil menangis. Aku menyuruh anak-anak cewek agar memegangi tubuh Cindy, sambil dipegang oleh 4 orang anak cewek, aku memamasukkan penisku kedalam vaginanya. Astaga rasanya sempit sekali, aku merasa ia masih perawan. Lalu dengan cepat aku mengocok penisku didalam vaginanya.<br />
<br />
<br />
"Bu ayo.. teruskan menerangkannya", kataku pada Cindy.<br />
<br />
"Beginilah caranya bersenggama anak-anak", Cindy menerangkan sambil menangis.<br />
<br />
Aku terus mengocok penisku di dalam vagina cindy. Dari posisi berdiri kami melakukannya, tidak puas dengan posisi ini aku mencabut penisku dari vaginanya, lalu mencoba posisi doggi style. Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya, sementara itu tanganku meremas-remas susunya dari belakang. Rasanya empuk sekali, sementara itu penisku digoyangkan terus.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba Cindy mengejang, dengan meremas penisku dengan kuat, ternyata ia mengalami orgasme. Teman-temanku pada tertawa melihatnya. Tak lama kemudian aku juga mengeluarkan air maniku di dalam vaginanya dengan kuat. Terlihat wajah Cindy yang kaget dan ketakutan menerima sperma di dalam vaginanya. Semua teman-teman bersorak melihatnya.<br />
<br />
<br />
Hukuman Hari Ketiga<br />
<br />
<br />
"Bu Cindy hari ini harus mengumpulkan dua liter sperma dari seluruh laki-laki di sekolah ini", kata Ken kepada Cindy sambil memberikan botol berukuran dua liter.<br />
<br />
<br />
Dengan bugil, Cindy masuk ke kelasku. Sementara guru yang lain mengajar, Cindy mengocok penisku dengan cepat agar cepat mengeluarkan air maniku. Tidak tahan akan kocokan Cindy yang cepat, aku mengeluarkan sperma ke dalam botol tersebut. Cindy berpindah ke setiap anak laki-laki yang ada di kelasku dan mengocok penis mereka agar cepat mengeluarkan sperma. Dua jam sudah berlalu, seluruh laki-laki sudah mengeluarkan spermanya, dan ternyata hanya ada seperempat liter.<br />
<br />
<br />
"Bu Cindy, cepat kocok penis anak laki-laki di kelas lain juga" kata Ken.<br />
<br />
<br />
Akhirnya Cindy berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya, untuk mengumpulkan sperma. Setiap kelas kelas yang dimasuki Cindy, terdengar suara riuh. Banyak anak laki-laki yang dikocok penisnya, juga menggerayangi tubuhnya.<br />
<br />
<br />
Akhirya jam sekolah selesai, dengan tangan yang lelah dengan muka yang penuh sperma, karena ada beberapa orang yang sengaja menyemprotkan spermanya ke mukanya. Cindy datang kepada aku dan Ken sambil memberikan dua liter sperma.<br />
<br />
"Bu Cindy, tahu apa yang harus kamu lakukan sekarang" kata Ken.<br />
<br />
"Tidak tahu" kata Cindy.<br />
<br />
"Minum sperma tersebut", kata Ken.<br />
<br />
"..", Cindy tampak lemas sekali dan tertunduk.<br />
<br />
Tiba-tiba kelasku dipenuhi banyak siswa dari kelas lain.<br />
<br />
"Minum.. minum.. minum.." teriak mereka.<br />
<br />
Akhirnya Cindy sedikit demi sedikit meminum sperma tersebut, beberapa kali muntah, tapi kami minta agar sperma tersebut dijilati. Setelah lima belas menit habislah sperma tersebut.<br />
<br />
<br />
Hukuman Hari Keempat<br />
<br />
<br />
Hari ini ada upacara bendera, Bu Cindy sudah disuruh oleh Ken agar menjadi pemimpin upacara. Tentu saja dengan tidak mengenakan pakaian apapun juga. Semua anak di sekolahku sudah berkumpul di lapangan upacara. Ketika pemimpin upacara memasuki lapangan upacara, tampak Cindy berjalan dengan tanpa pakaian apapun ke tengah-tengah lapangan. Tampak susunya bergoyang-goyang sesuai dengan langkahnya. Seluruh anak-anak berteriak membahana melihatnya.<br />
<br />
<br />
"Upacara siap dimulai", teriak cindy ditengah lapangan dengan mengacungkan tongkat upacara. Tampak Cindy berlinang air mata, karena ditatap oleh ratusan murid.<br />
<br />
<br />
Ketika upacara dimulai, sesuai dengan yang diperintahkan oleh Ken, ia mulai memasukkan tongkat upacara kedalam vaginanya. Murid-murid kaget dan tertawa melihatnya. Cindy terus memasukkan dan mengeluarkan tongkat tersebut sambil ditatap oleh seluruh murid di sekolah ini.<br />
<br />
"Hayo Bu terus", teriak beberapa anak.<br />
<br />
Cindy tampak pucat sekali dan lemas sekali, beberapa saat kemudian dia mulai merasa akan orgasme, Cindy berusaha bertahan tidak mau terlihat orgasme sambil ditatap oleh ratusan murid.<br />
<br />
Tapi lama kelamaan dia tidak tahan, dan mulai mendesah "Ahh", tentu saja semua anak menyorakinya.<br />
<br />
<br />
Kemudian Kepala Sekolah mengumumkan beberapa siswa berprestasi maju ke depan. Dipanggil oleh Kepala Sekolah Anton, Herman dan Rinny maju ke depan.<br />
<br />
"Bu Cindy silakan memberikan hadiah kepada siswa siswi yang berprestasi ini", kata Kepala Sekolah.<br />
<br />
<br />
Dengan gemetar Cindy mendekati Anton, lalu membuka celana Anton. Lalu ia mengocok penis Anton. Setelah penis Anton mengeras, lalu ia merebahkan Anton, lalu Cindy duduk di atas Anton, lalu ia mulai memasukkan penis Anton ke dalam vaginanya. Ratusan anak menahan nafas melihat adegan tersebut. Melihat tatapan banyak anak, Cindy mencoba mengeluarkan vaginnya, tetapi Anton cepat-cepat menarik rambut Cindy, sehingga dengan sekali tarik, amblaslah semua penis Anton ke dalam vagina Cindy.<br />
<br />
"Aww", teriak Cindy.<br />
<br />
Sambil mengoyang-goyangkan penisnya, Anton meremas-remas susu Cindy dengan keras.<br />
<br />
"Aww", terdengar teriakan Cindy, setiap kali Anton menjepit puting Cindy.<br />
<br />
<br />
Ketika Cindy berusaha mengurangi rasa sakit di vagina dan susunya, tiba-tiba ia merasa ada yang membuka anusnya. Ketika ia menengok ke belakang tampak Herman sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam anus Cindy. Dengan sekali tancap, masuklah seluruh penis Herman ke dalam anusnya.<br />
<br />
"Ahh", Cindy melolong kesakitan, tapi Herman tidak peduli, terus memaju-mundurkan penisnya di dalam anus Cindy.<br />
<br />
<br />
Setelah beberapa lama Anton mengeluarkan penisnya dari vagina Cindy, lalu memasukkan penisnya kedalam mulut Cindy. Tampak Cindy sambil bergaya anjing, dimasuki dari anus dan mulut oleh Herman dan Anton.<br />
<br />
Tiba-tiba Rinny menghampiri sambil membawa pisang yang berukuran besar sekali. Lalu pisang tersebut dimasukkan ke dalam vagina Cindy.<br />
<br />
"Jangan..", teriak cindy.<br />
<br />
Tapi Rinny tidak peduli, lalu terus memasukkan ke dalam vagina Cindy, tampak vagina mulai sedikit robek dan berdarah akibat pisang yang sangat besar.<br />
<br />
"Ah..", teriak Cindy setiap kali pisang tersebut dikeluar-masukkan oleh Rinny.<br />
<br />
Akhirnya Anton dan Herman sudah tidak tahan dan mengeluarkan sperma bersamaan di mulut dan anus Cindy.<br />
<br />
<br />
Sementara Cindy tergeletak di tengah lapangan, Kepala Sekolah berteriak<br />
<br />
"Upacara selesai".<br />
<br />
Sehingga para murid kembali ke kelas sambil tertawa.<br />
<br />
<br />
Demikianlah hukuman untuk Ibu Guru Cindy yang masih muda dan cantik dari Tommy.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-24130592952724775862010-12-04T05:24:00.001+07:002010-12-04T05:46:43.428+07:00Pemerkosaan di Kost Putri Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku. Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru masuk kuliah semester pertama.<br />
<br />
<br />
Suatu malam pada saat aku ,Joni,Bram,Agung sedang minum minuman keras salah seorang cewek penghuni kost yang bernama Tia baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku.<br />
<br />
"Wah Jon....cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?" pancingku.<br />
<br />
"iya tuh..sexi banget....wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman<br />
<br />
ngeliat aja..."<br />
<br />
Bram pun menimpali " Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon.."<br />
<br />
Lalu aku kemabali memancing mereka.."Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian rame-rame..kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita....?"<br />
<br />
"Gila loh ....entar dipenjara gimana..?" sahut Agung.<br />
<br />
"Ga bakalan ..... asal tahu caranya bro..." Sahutku<br />
<br />
"Maksud loe gimana jack..?" Tanya Bram.<br />
<br />
<br />
Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah lama aku siapkan<br />
<br />
<br />
"Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi..mau tahu caranya..?" Aku berkata kepada Agung "Kamu bisa gunakan ini kan..Gung.?" Agung tersenyum simpul dan mengangguk. "Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!" Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai......<br />
<br />
<br />
Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.<br />
<br />
Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka, aku melihat tia sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2 kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tia dan kelompok kedua Bram dengan Joni mengetuk kamar Heni.<br />
<br />
<br />
Bram mengetuk kamar Heni perlahan..rupanya Tia terbangun terlebih dahulu karena kamar mereka bersebelahan. namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok dileher Tia. "Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!" Tia terkejut dan masih terdiam. "Coba panggil temen kamu yang masih tidur dari sini..!!" wajah Tia pucat dan dengan gemetar memanggil temannya, "Hen...bangun Heniii...tolongin gue Heenn..." panggil Tia dengan suara gemetar. Sementara Bram masih mengetuk kamar Heni.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<br />
Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Heni sambil menempelkan goloknya pula.Heni terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak.<br />
<br />
<br />
"Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan temannya ha..ha..ha..." perintahku.<br />
<br />
<br />
Setelah Heni diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat ke Agung supaya menyalakan handycam.<br />
<br />
<br />
Tia semakin pucat dan mulai memohon "Ampun bang ...tolong jangan perkosa kami..ini kami ada sedikit uang untuk Abang..ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami bang.." Kata Tia hampir menangis.<br />
<br />
<br />
Aku tampar wajah Tia, "Diem loh jangan berisik..!!" lalu mendorong tubuh mungil Tia keatas tempat tidurnya yang indah. Tia mulai terisak, aku tak perduli.<br />
<br />
<br />
Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tia mencoba berguling kesamping sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tia dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tia yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah.<br />
<br />
<br />
"Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!" perlahan lahan Tia menurut. Aku mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tia masih terisak.Heni yang terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu. Aku membuka seluruh pakaianku, dan aku menjambak rambut Tia sehingga wajahnya terangkat.<br />
<br />
<br />
"Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!" Kataku<br />
<br />
Tia menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai mengulum penisku. "Heh..setan!! Awas jangankena gigi elo rasanya sakit tahu...!!!" aku memaklumi karena mungkin Tia baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Dan aku segera memaju mundurkan wajah Tia dipenisku dengan menjambak rambutnya. Tanpa membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Heni dan membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Heni supaya masuk keranjang dimana Tia sedang mengulum penisku.<br />
<br />
<br />
"Buka bajumu...dan jilat vagina temanmu ini..awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu sekarang juga..!!' Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku.<br />
<br />
"Bisa aja kamu jack..wah wah..wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!"<br />
<br />
kata mereka.<br />
<br />
<br />
Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku.<br />
<br />
<br />
Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya mereka juga terangsang melihatku.<br />
<br />
<br />
Seperti perintahku setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, heni mulai menjilati vagina Tia dengan ragu-ragu. "Ayo yang mesra jilatin vagina Tia..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!" gertakku. Heni menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia menjilati vagina Tia, rupanya kuluman tia pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan yang ditimbulkanHeni pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.<br />
<br />
<br />
Birahiku segera memuncak dan segera ingin meperkosa vagina milik Tia yang terlihat sempit itu. Kemudian aku menyuruh tia untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Heni untuk meletakkan vaginanya diatas mulut Tia.<br />
<br />
<br />
"Nah sekarang gantian elo yang jilatin vagina milik Heni..jangan mau enaknya saja ya..!!" Tia pucat tapi dia menurut. wajah Tia terbenam diselangkangan milik Heni sementara mereka semua hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku. Aku memposisikan penisku divagina Tia,sambil terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Heni yang berukuran sedang dan indah pula.<br />
<br />
<br />
Lubang Tia masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha menjilati vagina Heni. Lubang milik Tia sudah basah akibat jilatan Heni tadi, dan Drrrt..drrt..drrt.aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tia. Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku.<br />
<br />
<br />
"Aah..tolong sudah bang sakit bang...aduh..sakit bang..tolong...!!" Jerit Tia<br />
<br />
<br />
Bram segera mendatangi Tia dan menampar mulutnya ..PLAK..!!!<br />
<br />
<br />
"Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus memek temen kamu itu!!!" kata Bram.<br />
<br />
Air mata Tia tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah dada Heni yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tia.<br />
<br />
<br />
Sepuluh menit kemudian .....Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tia. Aku mengentikan aktivitas penisku didalam vagina Tia. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tia. Sementara aku berhenti kini rupanya giliran Heni yang tiba tiba mengejang ...rupanya dia juga mengalami orgasme karena jilatan Tia pada vaginanya.<br />
<br />
<br />
Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tia ditempati oleh Heni begitu pula sebaliknya. sekarang vagina Tia-lah yang dijilatin oleh Heni. Darah keperawanan Tia masih meleleh dipahanya bercampur spermaku. Aku mmerintahkan Heni untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku dipaha Tia. Heni yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti mau muntah namun ditahannya.<br />
<br />
<br />
"Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe..ngerti..?" ancamku pada Heni. Gadis itu semakin ketakutan.<br />
<br />
<br />
Kini penisku sudah berada dibibir vagina Heni, sementara Heni masih menjilatin vagina milik Tia yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tia.<br />
<br />
<br />
vagina Heni rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat menembus vagina Heni. Jujur saja ketika memerawani Heni penisku agak sakit karena memang vagina Heni lebih sempit dari vagina milik Tia. Setelah beberapa saat setelah penisku berada dalam vagina Heni yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai menggerakkan penisku maju mundur . Gilaaa...!! vagina Heni lebih nikmat dari vagina Tia karena memang bentuk tubuh Heni lebih kecil dari bentuk tubuh Tia.<br />
<br />
<br />
Setengah jam aku memompa vagina Heni sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh labih banyak daripada spermaku di vagina Tia. Setelah aku menghabiskan spermaku diliang vagina Heni , aku meyuruh Tia untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah keperawanan Heni yang masih melekat di penisku.<br />
<br />
<br />
Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing masing penis yang sudah ngaceng.<br />
<br />
<br />
"Bagaimana..?'' Tanyaku......"<br />
<br />
"Hebat Jack.......sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih...!!!" Kata Bram<br />
<br />
<br />
"sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing.."<br />
<br />
"biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ....ya..?" Kataku<br />
<br />
<br />
Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya.<br />
<br />
<br />
"Coba lihat dulu ini..."<br />
<br />
<br />
Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga bersih.<br />
<br />
<br />
Bram tertawa lebar"ha.ha..ha..betul juga maksud elo jack..masa kami dikasih bekas kecap elo...ha..ha..ha"<br />
<br />
<br />
Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tia sudah terlihat bersih dari spermaku dan ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan dan tak ketinggalan pula Agus sang 'kameramen' yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.<br />
<br />
<br />
Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor ATM dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya.<br />
<br />
<br />
Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tia dan Heni sudah tidak bertempat tinggal dokostnya lagi, rupanya mereka telah pindah.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-61199182397072716812010-12-04T05:21:00.001+07:002010-12-04T05:49:23.250+07:00Anak GelandanganNama saya Tiyo, umur 34 tahun dan saya bertempat tinggal dekat kampus sebuah PTS di Jogja. Saya mengirim cerita ini untuk membagi pengalaman saya sehingga bisa menjadi referensi dalam mengarungi kehidupan para pembaca. Cerita ini sungguh nyata, akan tetapi nama-nama yang terlibat disini saya samarkan.<br />
<br />
<br />
*****<br />
<br />
<br />
Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan refresing.<br />
<br />
<br />
Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.<br />
<br />
"Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?"<br />
"Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar".<br />
"Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?"<br />
Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot.<br />
"Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh".<br />
Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.<br />
<br />
"Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang".<br />
"Ngaak usah den, simbok..".<br />
"Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..".<br />
"Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan".<br />
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.<br />
"Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku"<br />
"Tapi ndoroo..".<br />
"Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika".<br />
<br />
Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4.<br />
<br />
Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.<br />
<br />
"Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..".<br />
"Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan".<br />
"Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini".<br />
<br />
*****<br />
<br />
Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Setelah agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun.<br />
<br />
Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya ".. croot.. crrott.. croot.." ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku ini.<br />
<br />
Saat aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang..<br />
"Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok". aku sendiri sempat kaget mendengarnya.<br />
"Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..".<br />
"Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..".<br />
"Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi".<br />
<br />
Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.<br />
"Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..".<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..".<br />
<br />
Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..<br />
"Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..".<br />
"Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..".<br />
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh tubuhnya.<br />
<br />
Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin ceritanya.<br />
<br />
Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak mengkilap.<br />
<br />
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.<br />
"Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..".<br />
"Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..".<br />
"Inggiih.. Ndoro..".<br />
Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.<br />
"Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..".<br />
Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pantatnya.<br />
<br />
Aku pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.<br />
"Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..".<br />
Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..<br />
"Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..".<br />
Dan tidak lama kemudian "Ssuur.. suur.. suur.."<br />
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini dikeluarkannya.<br />
<br />
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.<br />
"Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..".<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro.."<br />
"Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..".<br />
"Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..".<br />
"Iya Ndoro..".<br />
<br />
Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.<br />
"Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!.<br />
"Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..".<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..".<br />
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.<br />
"Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..".<br />
"Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..".<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..".<br />
"Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim.."."Iya Nduk..".<br />
<br />
Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.<br />
"Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..".<br />
Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras.<br />
"Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu".<br />
Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya ".. croot.. croot.. croot.. cruut..!"<br />
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.<br />
<br />
"Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..".<br />
"He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..".<br />
"Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..".<br />
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari : susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak amis.<br />
<br />
Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya.<br />
"Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..".<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim.."<br />
"Mau Ndoro..".<br />
<br />
Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.<br />
"Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit.."<br />
Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.<br />
"Ndoorroo.. sakiit.." Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..".<br />
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.<br />
<br />
"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh.." itulah yang keluar dari mulutnya Tika.<br />
"Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih..., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,".<br />
SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.<br />
"Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..".<br />
<br />
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang "itu" nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.<br />
<br />
"Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh.."<br />
"Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo.."<br />
"Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..".<br />
Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.<br />
"Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..".<br />
"Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..".<br />
"Nggak apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..".<br />
<br />
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.<br />
"Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..".<br />
"Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..".<br />
"Memeek Tika periih.. ndooroo..".<br />
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan "croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!". Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.<br />
<br />
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.<br />
"Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..".<br />
"Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..".<br />
"Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..".<br />
Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Gimana pembaca udah orgasme belum.., kalau udah.., dibersihin yaa.., terus bobok.. byee. Nantikan ceritaku selanjutnya, dimana aku akhirnya bisa juga menikmati Mbok Inemku dan juga bidadari kecilku, si Intan. Apabila ada pembaca yang ingin berkenalan dengan saya, silakan kirim email ke saya, pasti saya balas.<br />
<br />
E N DNimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-57420616626290053292010-12-04T05:13:00.002+07:002010-12-04T05:50:03.601+07:00Misteri Akhir Pekan MilaHampir lama kami tidak bercengkrama mesra. Paling-paling pulang kantor kami janjian di mal atau di suatu restaurant untuk makan. Atau kalau Papi (suamiku) nggak ada, dia datang mampir menjemputku. Kami tinggal nyaris satu kompleks di daerah Purwomartani Sleman, di kompleks yang memiliki pengamanan yang cukup baik.<br />
<br />
12 Maret 2004<br />
<br />
Walau Papi pergi untuk 4 s/d 7 hari, tidak tiap hari aku dijemputnya di rumah, kadang dia berangkat duluan pagi-pagi atau paling banter kami konvoy. Dan dia paling suka mengemudi di belakang mobil Papi. Katanya,"Secara psikologis lebih enak mengejarmu dari belakang jadi ada motivasi nih.."<br />
<br />
Kemarin siang dia bilang kalau istrinya telpon, tidak bisa pulang, sehingga dia diminta datang ke Semarang. Ibu adalah manager personalia di sebuah bank, sementara GM-ku sebelum ke Yogya adalah GM di Semarang. Wah dia regret. Soalnya hotel lagi penuh. Jadilah mereka tidak bertemu akhir pekan itu. Dia langsung mengajakku,<br />
<br />
"Mami.. Yuk kita main!?" ujarnya mengingat malam berikutnya Papi akan pulang.<br />
"Di tempatmu aja ya?" aku mengangguk setuju.<br />
<br />
Jadi malam itu aku masih di hotel. Maklum besok Sabtu, cuma sampai jam 12. Aku keasyikkan dengan notebookku, sampai tiba-tiba mendapat SMS dari GM menanyakan aku di mana. Dia sendiri baru pulang dari sebuah acara undangan dan kelihatan lelah sekali. Belum sempat menjawab SMSnya dia sudah berdiri di pintu kantorku. Sosok gagah tinggi besar 185 cm dan agak kekar diusianya ke 42 berdiri dengan senyum khasnya dan..<br />
<br />
"Eeehh. Belum pulang?" sapanya mesra<br />
".. Khan nungguin Papa," sahutku sekenanya langsung log-off dari 17Tahun.com.<br />
"Ayo deh. Aku kawal di belakang.." jawabnya seperti biasa"In five minutes. Okay?"<br />
"Yes sir" jawabku dan langsung aku 'rusuh' melipat notebookku dan seterusnya.<br />
<br />
13 Maret 2004<br />
<br />
Pagi hari dia SMS kalau akan mampir menjemputku. Hari itu aku sengaja berbusana kesukaannya blus berkerah shanghai biru muda satin dengan kancing-kancing putih yang berbaris rapih dan lurus dari leher ke bawah. Kupilih rok abu-abuku. Dan sepatu pemberiannya padaku, haknya tidak terlalu tinggi karena untuk dipakai kerja. Ketika Grand Corollanya berhenti di depan rumahku. Aku segera keluar dan mengunci rumah dari luar.<br />
<br />
"Suit, shiuu.. Waduh waduh my honey cantiknya.. dari atas sampai bawah.." sapanya kagum.<br />
"Idiih Papa, ini khan semua Papa yang beliin khan," jawabku manja sambil masuk ke dalam mobilnya.<br />
<br />
Hari itu kami sibuk masing-masing. Tiba di rumahku. Aku bikinkan Papa, Nescafe kesukaannya lalu aku gorengkan pisang goreng kesukaannya. Belum sempat kami berganti baju. Bahkan masih bersepatu. Kami duduk nonton DVD, di lantai di atas bantal besar dan di peluknya dari belakang. Hangat.. Sampai kira-kira jam 18.30, kemudian aku beranjak hendak membuatkan makan malam. Diikutinya aku ke dapur.. tahu-tahu Papa melilitkan tali temalinya dengan tali pramuka yang warna putih, ke payudaraku. Mulai atas dan bawah. 4-5 kali lilitan.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
"Paa. Sabar dulu, khan mau masak nih.."<br />
"Biar Papa yang masakin buat Mami juga yaa," lembutnya dia berbisik hingga telingaku mulai terasa geli, sambil sementara dia simpulkan ikatan di tubuhku kemudian menarik kedua pergelangan tanganku kebelakang, menekuknya agak ke atas lalu disambungkan dengan tali yang sudah mengikat di dada dan lengkaplah tanganku terikat erat oleh Papa.<br />
<br />
Dibiarkannya aku berdiri sambil menyaksikan Papa yang sedang menyalakan kompor. Menuangkan minyak. Kemudian membuat campuran bumbu, menyiapkan nasi yang sudah ada lalu dituangkan semua ke dalam wajan.<br />
<br />
"Nasi Goreng ya Paa.??"<br />
"Betul Mami. sudah lapar khan?" aku hanya tersenyum sambil menunggui Papa masak dengan tangan terikat di punggung.<br />
"Kklikk.!" Papa mengambil gambar dengan Nokia 3650 satu kali, dengan Nokia 6600nya sekali.<br />
"Ah. Paapaa." sergahku malu di photo dalam keadaan terikat.<br />
"Mami tunggu dulu di ruang makan deh" Aku beranjak tinggalkan dia (memang kakiku tidak diikat) dan berjalanlah aku dengan tangan terikat. Menuju ruang makan.<br />
<br />
Papa segera menyelesaikan masaknya. Membersihkan dapur rumahku, tidak lama dia mengajakku masuk ke dalam kamar. Kami duduk di ranjang. Lalu sendok demi sendok aku disuapinya sambil sesekali di sela dengan tawa candanya serta ciumannya yang hangat dikeningku. Di biarkannya aku di ranjang usai makan. Namun kakiku yang masih bersepatu dia ikatkan jadi satu mulai atas lututku. Lalu ada lagi ikatan di pergelangan kakiku.<br />
<br />
"Sebentar ya sayang. Nikmati dulu kesendirianmu. Nanti kalau sudah beres di dapur, pasti Papa segera memelukmu," sambil menghidupkan AC di kamarku. Tinggallah aku sendirian di kamarku. Dengan tangan dan kaki terikat erat dalam kemesraan dan rasa ketergantungan yang tinggi dalam ketidak berdayaan kepada Papa yang mengikatku. Berusaha aku mengatur dudukku. Kemudian merebahkan kepalaku pada bantal serta mengatur posisi tubuhku enggak memiring ke kanan, agar tanganku yang terikat kebelakang tidak perlu tertimpa oleh tubuhku. Karena itu akan membuat tangan ini cepat kaku atau kesemutan.. Saking lelahnya badan ini maka akupun akhirnya terlelap..<br />
<br />
Sesaat aku terjaga. Aku menoleh kesebelahku. Ternyata Papa tertidur di sisiku. Bertelanjang dada hanya memakai celana pendek tertidur dengan tangan yang memeluki diriku.<br />
<br />
"Paa..?" Aku berusaha menyapanya tapi yang terdengar ditelingaku adalah, "Mmphh?" oh.. rupanya Papa telah menyumbat mulutku dengan lakban peraknya.<br />
<br />
"Papaa.. Papa.." dalam hatiku menyadari mulut tersumbat yang menumbuhkan rangsangan sendiri serta ketergantungan padanya, "cepat-cepatlah bangun. Biar aku nggak 'terlantar' begini Pa"<br />
<br />
Aku terlena dan kembali terlelap saat aku sadari rupanya Papa sudah terbangun sedang membelai-belai aku. Kemudian dengan 'ganas'nya Papa mulai menciumi leherku, telingaku wah pokoknya seluruh wajahku tidak ada yang luput dari ciumannya. Diiringi desah suara dan emosi jiwanya yang meluncurkan kata,<br />
"Yamo.. (ti amo = cinta) Mami.. Ahh.." berulang-ulang saat dirinya menciumiku habis.<br />
"Mami.. Mmm Maammii.!" desahnya sambil membuka kancing blus shanghaiku pemberiannya saat ulang tahunku dari bawah lalu ke atas dan menyibaknya pelan-pelan supaya tidak rusak. Dengan cekatan dia lepaskan kancing braku yang ada di depan lalu diremas-remas payudaraku dengan lembut, lambat laun lebih kencang. Puting susuku dimainkan dengan lidahnya, diisap-isap mesra.<br />
<br />
"Mmh.. Mmmh..!" desahku nikmat dan tenggelam dalam kehangatan dan rasa sayang Papa hingga rasanya aku melayang dengan rangsangannya yang membuat aku semakin dekat dengan orgasme saking sekian lamanya tidak merasakan kehangatan laki-laki, karena seringnya ditinggal suamiku terbang.<br />
<br />
Papa kemudian menjelajahi tubuhku dengan ciuman dan lidahnya hingga keujung kakiku yang masih dia biarkan bersepatu model tali melintang di pergelangan, yang dia sebut 'sepatu sexy' itu sementara naluri birahiku semakin meninggi dan kelihatannya Papa tahu gelagatku. Masih di ujung pergelangan kaki, Papa membuka tali-tali yang menyatukan kedua kakiku yang masih terikat pada pergelangan, ditariknya dengan mesra celana dalamku hingga lepas dari kakiku, kemudian mengikatkan kedua kakiku ke ujung kiri dan kanan tempat tidurku. Tidak dilepasnya rok abu-abuku olehnya hanya diangkat hingga pinggang dan kembali ujung lidahnya bermain dari lutut hingga selangkangan, serta merta rangsangannya yang kuat dan oh. Nikmatnya! Membuat vaginaku mulai basah.. Tanpa malu-malu Papa yang seakan tahu kebutuhanku detik itu melepas celananya, dan terlihat penisnya yang sudah sangat menegang itu. Tubuh Papa yang lumayan kekar itu mulai menghimpit tubuhku yang tak berdaya dalam puncak kenikmatan.. "Ccrreett.." lakban peraknya yang menyumbat mulutku dilepasnya,<br />
"Auuwww.!!" teriakku manja lalu Papa mencumbui bibirku, mengulum dengan lidahnya yang menjelajah di dalam mulutku.<br />
"Aaarrgghh.. Papaa.. Jantanku..!" tanpa sadar aku bersuara nikmat saat vaginaku menyambut penis Papa.<br />
<br />
Bergoyang keluar masuk dengan kerasnya memberikan kenikmatan yang tidak dapat aku lukiskan dengan kata-kata. Mas. Aku memang dalam keadaan terikat erat tak berdaya. Oleh kebanyakan wanita mungkin dirasakan sebagai penderitaan, namun bagiku, ini adalah 'penderitaan yang sangat nikmat'<br />
<br />
"Aaawwhh.." kurasakan cairan menyembur deras di vaginaku.<br />
<br />
Papa sudah sampai pada ejakulasi dan telah memberi aku kenikmatan puncak. Memang dengan masalah penyakit kistaku yang belum dioperasi ini, aku tahu persis hubungan kami tidak meninggalkan resiko apa-apa. Maka meluncur deraslah cairan sperma Papa memenuhi vaginaku..<br />
"Aaarrgghh!" Kurasakan kenikmatan puncak dari seseorang yang aku cintai karena perhatiannya dan kehangatannya yang tiada tara. Sungguh aku lupa keadaanku kini, meski ku terikat erat, tali-tali yang mengikatku ini kurasakan sebagai sebuah pelukan yang sangat erat dari Papa, yang seolah enggan melepaskan diriku kembali ke pemilikku yang sesungguhnya.<br />
<br />
Lelah kami bercengkrama, lalu akhirnya kami tertidur.. Beberapa jam kemudian<br />
<br />
"Paa. Bukain dong tanganku. Saakiitt ni..!"<br />
"Paa." aku berusaha berbisik di telinganya.<br />
<br />
Keadaan tubuhku yang belum berubah. Masih terikat tanganku kebelakang. Mulutku sudah tidak di plester lagi namun kakiku masih terikat erat ke masing-masing sudut tempat tidurku<br />
<br />
"Saayaang. Lepasin ikatanku dong. Mmhh mm aahh!" kucium mesra telinganya.<br />
"Eeerrgghh..!" erang Papa berusaha bangun dari pulasnya.<br />
"Paa." aku berbisik lagi di telinganya.<br />
"Apa Mamii.!?" jawaban saja yang terdengar dan mata masih terpejam.<br />
"Bukain dong. Kesemutan nich..!'<br />
"Oohh..!" Papa akhirnya terbangun.<br />
<br />
Duduk semenit. Lalu mulai melepaskan ikatan di tanganku. Kakiku. Tak lupa dia menciumku hangat sebelum semua ikatan ditubuhku dilepasnya. Jam menunjukkan pukul 4 pagi.. Papa kembali tertidur, sementara aku masih berbaring berpelukan di dada Papa yang bidang itu. Setengah jam kemudian aku bangun, langsung mandi keramas membersihkan sekujur tubuhku.. Sementara mandi aku perhatikan bekas ikatan di pergelangan tanganku.. Tersenyum sendiri..<br />
<br />
Tahu tahu Papa masuk langsung memeluki aku dengan hangatnya.<br />
<br />
"Eh Papa sudah bangun?" kemudian lagi-lagi tanganku diikatnya ke belakang dengan tali pakaian bathrobeku yang berbahan handuk. Lalu aku digosoki sabun. Shampoo.. Suatu rasa yang sangat sensual dalam sentuhan tangannya, aahh..!!<br />
<br />
14 Maret 2004<br />
<br />
Papa sudah berangkat kembali ke hotel sekitar jam 10, lalu rencana dia akan pergi ke Semarang untuk menemui istri dan anak-anaknya selama satu malam. Papi (suamiku) memang kembali hari ini semalam, transit dari Jakarta. Besok dia akan terbang ke Bali, langsung terbang ke Sydney dan Melbourne Australia. Mungkin dia akan tiba sekitar jam 7 malam dengan pesawat terakhir dari Jakarta.<br />
<br />
Segera aku beranjak, oh.. sudah jam 1 siang. Tidak terasa setelah tadi malam. Hari berlalu cepat. Aku meluncur ke Alfa, rencananya memang mau isi stok lemari es ku dengan makanan biar nanti kalau Papi mau makan, stok tetap ada. Pikirku. Sempat aku melewati hotelku, hotel kami (dengan Papa) dari kejauhan aku lihat mobil Papa segera meluncur keluar..<br />
<br />
"Miillaa..!" handphoneku berbunyi, itu adalah telpon Papa yang memang ringtonenya adalah suaranya memanggil..<br />
"Hi honey.!" jawabku<br />
"Mau kemana Mamii.!?" suara diseberang.<br />
"Cuma ke Alfa aja kog. Belanja!"<br />
"Aku pulang dulu ke Semarang yaa.."<br />
"Uu.. uuhh!" ungkapku kesal dan manja.<br />
"Kukembalikan dirimu pada pemiliknya hehe hee!" goda Papa.<br />
"Ya sudah hati-hati di jalan ya sayang..!"<br />
"Yamo.. (maksudnya Ti amo)" kataku.<br />
"Miss u sweety. Mmuuaahh!"<br />
"Mmuuahh Papaa..!" telponpun terputus.<br />
<br />
Tibalah aku di parkiran Alfa Gudang Rabat. Segera aku masuk ke dalamnya dan larut dalam keramaian belanja. Saat aku mengendarai Suzuki Escudoku bergegas kembali ke rumah. Jam digital di mobilku menunjukkan 17.30. Hemmh.. Empat jam lagi Papi pulang. Pikirku. Keasyikkan belanja membuat aku lupa akan kejadian semalam.<br />
<br />
"Toh semua sudah ku bersihkan.. Sprei sudah kukirim ke laundry. Dan aku telah mampir untuk mengambilnya.. Dan sprei baru sudah kupasang.. Hemm!" pikirku dalam perjalanan pulang. Memasuki pekarangan rumahku, kuparkirkan mobilku.. Lampu rumah dalam keadaan menyala.. Wah Papi sudah landing nih. Hatiku bersorak. Kumasuk ke dalam rumahku.<br />
<br />
"Paapii.." riangku.<br />
"Ehh Mami. Dari mana aja? Tadi Papi telpon nggak di angkat.."<br />
"Ah masa..?" buru-buru aku keluarkan hapeku dari tasku.<br />
"Oh. Aku dari Alfa tadi sama mampir laundry.. Sorry sayang, nggak kedengeran. Rame soalnya di Alfa" jawabku lalu mencumbunya.<br />
"Kog cepat mendaratnya. Bilangnya kemarin last flight?" tanyaku.<br />
"Last flight cancel. Jadi aku nebeng aja sama si Tomo, pas dia bawa Boeing 737 jadi banyak seat," jelas Papi yang dari wajahnya terlihat letih.<br />
"Ya sudah. sudah lapar khan. Aku masakin dulu yaa!"<br />
"He eh deh!" Papi assyik memasang DVD terbarunya.<br />
<br />
Hariku dengan Papi berlangsung biasa saja tetap dalam kemesraan. Aku nimbrung ikut nonton dvd dengannya sambil bersandar di perutnya yang besar dan empuk he.. he.. hee.. Menjelang malam tiba, aku tinggalkan Papi di ruang tengah karena ngantuk mau tidur.. Segera aku melepaskan bajuku berniat mengganti dengan dasterku, saat aku melepas BHku..<br />
"Cccreett.. Cccreett.." belum sadar apa yang terjadi tanganku sudah terikat dengan lakban perak.<br />
"Cccreett.." lalu mulutku diplester lakban yang sama.<br />
"Mmmpphh.. Mmmpphh..!" protesku membutuhkan penjelasan Papi.. Dia mendorong tubuhku terduduk di ranjang kami lalu..<br />
"Cccreett.. Cccreett.. Cccreett.." kakiku yang belum sempat melepaskan sepatunya sejak dari Alfa tadi sudah terikat jadi satu degan lakban perak itu..<br />
"Wah sejak kapan Papi punya lakban itu??" tak habis aku bertanya.<br />
"Dari mana barang begini?" tanya Papi menunjukkan lakban penemuannya.<br />
"Siapa itu Pa.. Siapa Papa itu? Haahh?" tanya Papi lagi.<br />
"Tadi kamu ketiduran.. Memanggil Papa.. Siapa itu?" (padahal mulutku diplesternya, bagaimana mau jawab??)<br />
"Mmmpphh. Mmmpphh.!" mataku membelalak memprotes hak jawabku yang tersumbat ini.<br />
"Cccreett.!!"<br />
"Aaauuwwhh!!" sergahku kesakitan karena lakban dimulutku dibukanya dengan kasar!<br />
"Papi. Lakban ini aku minta dari engineeringku untuk menempel dus baju yang sudah robek itu? Kenapa sih Papi ini??" aku menghardik balik..<br />
"Siapa itu Papa..?" Papi seolah tidak menggubris jawabanku.<br />
<br />
"Siapa mertuamu Papi??" aku nggak mau kalah, masih banyak akalku saat itu.<br />
"Dia sempat menelponku dan memberi nasihat banyak disaat masa tuanya. Sebenarnya aku sedang mengingatnya." mataku berkaca-kaca.<br />
"Terseraahh!!" Papi kesal dan masih emosi lalu kembali menyumbat mulutku dengan lakban dan meninggalkan aku di kamar kami, dikuncinya dari luar sementara dia mungkin tidur di depan televisi di penuhi rasa cemburunya yang tidak beralasan (padahal sebenarnya beralasan) cuma dia nggak punya bukti.<br />
<br />
Tinggallah aku sendiri di kamarku, terkunci dari luar dan diriku terikat dengan lakban dalam keadaan telanjang seperti ini, hanya panty yang tersisa. Bingung aku. Memang aku bisa saja menikmati keberadaan ini, tapi untuk sendiri di sebuah ruangan. Terkunci. Tak ada ubahnya dengan penculikan di rumah sendiri. Ngerinya diri ini mengetahui terikat dalam kemarahan seseorang (meski suami sendiri).<br />
<br />
Aku menyadari suatu hal, Papi, suamiku terdidik dalam keluarga yang mempunyai disiplin ketat. Bapaknya tidak segan menghukum dengan cambuk atau mengikatnya ke pohon atau kursi saat suamiku waktu itu ketahuan mencuri uang belanja untuk pergi main game. Hemh inikah caranya. Dia marah sama aku lalu aku langsung diikatnya. Belum pernah aku diperlakukan begini sejak hampir 4 tahun kami menikah. Aku lihat Papi ada potensi untuk mengerti 'kebutuhanku' cuma entah bagaimana cara untuk bisa membuatnya tahu kalau aku sebenarnya senang dengan ke'terikat'an dalam arti sesungguhnya. Hanya tidak senang sama sekali dengan keadaan sekarang, diikat sendirian dan dikurung di kamar terkunci dari luar.<br />
<br />
Berusaha aku mengendalikan tubuhku yang terikat (atau terpaket) seperti ini serta merta mencari posisi agar tubuhku bisa naik semua ke tempat tidur sambil berharap lakban yang mengikatku bisa terlepas dengan sendirinya. Oh ternyata erat juga si Papi mengikat dan menghukumku seperti ini. Dan karena sebenarnya sudah sangat mengantuk, akupun akhirnya tertidur dalam keadaan yang serupa dengan malam sebelumnya, namun dengan rasa khawatir yang mencekam.. Takut juga kalau tiba-tiba Papi pergi membiarkan aku di rumah sendiri, di kamar terkunci, dan terikat dengan mulut diplester lakban.. Zzz!<br />
<br />
Malam semakin larut. Aku melihat jam di sisi tempat tidurku menunjukkan pukul 3.00 pagi. Sejenak aku tersadar, keadaanku masih seperti tadi, tanganku terikat oleh lakban kebelakang, dengan kaki yang masih bersepatu, terikat erat menyatu dan mulut yang tersumbat lakban. Aku masih tertidur sendiri di ranjang pengantin kami, pelan-pelan aku berusaha bisa melepaskan diriku dari ikatan-ikatan yang membelengguku.<br />
"Mmmpphh." basah air liurku kelihatannya bisa membantuku melepaskan mulutku. Demikian peluh di tubuhku diharapkan bisa mengendurkan daya rekat lakban yang hebat ini. Di kamar yang agak panas hawanya karena AC-nya lupa dinyalakan.<br />
<br />
Malam yang penuh perjuangan ini belum berpihak padaku sehingga saking capainya meronta-ronta melepas belenggu ini, aku tertidur.<br />
<br />
15 Maret 2004<br />
<br />
Rasanya sudah jam 5 pagi. Agak ribut di kamar. Oh rupanya Papi baru habis mandi dan tengah berpakaian. Dapat kulihat amarah yang tidak mendasar itu masih menyelimutinya. Akupun pura-pura tetap tertidur. Berharap dia melepaskan ikatanku. Namun rupanya cuma mimpi. Papi yang pagi ini melayani pesawat pertama dari Yogya ke Bali kemudian 5 jam setelah itu terbang ke Sydney dan Melbourne hanya melemparkan gunting di bagian lain tempat tidurku kemudian meninggalkan rumah kami ini di mana istrinya terikat, tersekap sendirian..<br />
<br />
Serta merta kugulingkan badanku gulingkan mendekati gunting itu. Memutar tubuhku dalam ketidak berdayaan. Hingga dapat!!<br />
<br />
"Tiitt.. Tiitt.." bunyi klakson mobil yang kukenal.<br />
"Oh. Papa??" pikirku. Sukacita di hati ini.<br />
<br />
Aku berusaha berdiri. Berusaha berjalan, meski langkahku hanya 10 cm menuju cermin besar yang 2 meter dari ranjangku. Tanganku yang terikat lakban kebelakang menggengam gunting. Aku berhasil sampai di depan cermin dengan selamat, tidak jatuh! Kemudian aku berusaha menggunting lakban itu, sambil menoleh ke cermin namun takut juga melukai tanganku.<br />
<br />
"Tiitt.. Tiitt.." bunyi klakson Great Corolla Papa bunyi lagi.<br />
<br />
Segera aku berusaha dulu melepas mulutku dengan menggerak-gerakkan bibir bawah dan bibir atasku dengan tenaga dari daguku.<br />
<br />
"Paapaa..!" Oh aku bisa kembali bersuara. Lakban itu hanya menempel di bibir atasku.<br />
"Klek.. Klek..!" pintu rumah terbuka.<br />
"Hey Mami. Ada apa dengan kamu sayang?" Papa masuk, terkejut habis melihat keberadaanku, terikat nyaris telanjang semua. Mulut masih berkumis lakban.<br />
<br />
"Papaa.." isak tangisku dan jatuh dalam pelukannya.<br />
<br />
Papa menggendongku duduk di ranjang kemudian buru-buru melepas lakban dimulutku dengan tuntas, kemudian menggunting lakban di tanganku serta melepas rekatannya dengan pelan dan lembut. Aku langsung memeluknya, padahal Papa mau buka ikatan (rekatan) di kaki ini.<br />
<br />
"Ada apa dengan kamu Sweety. Dibilang rampok nggak ada yang hilang, kunci jendela nggak rusak? What is going on darling..?" ciuman dan pelukan Papa membuat rasa takut semalaman pudar sudah.<br />
"Siapa yang membuat kamu begini?" tanya Papa lagi.<br />
"Bilang-bilang dong.. Papa rugi nich..!" seloroh Papa sambil memberikan aku segelas air di dekat tempat tidurku.<br />
<br />
Setelah hati ini lebih tenang sedikit.<br />
<br />
"Itu si Papi, marah nggak jelas juntrungannya Paa.." aku mengadu.<br />
"Langsung dia ikat aku kaya begini, terus disekap aku di kamar ini, di kunci dari luar" aku masih terisak.<br />
"Ooohh. Kok gitu yaa.. Ya sudah, nanti kamu cerita lagi kalau kamu mau dan sudah tenang, Papa kaget aja pagi-pagi masuk rumahmu.. Hemh.. Kamu sexy banget lho!" goda Papa. Aku yang masih dipangkuannya jadi tersipu malu. Eehh ada yang 'mengeras' pas aku duduki.<br />
<br />
"Gih. Mandi dulu sana. Papa bikinin sarapan lalu kita berangkat yuk!" ujarnya seperti biasanya dalam kehangatan yang khas Papa.<br />
<br />
Aku segera membuka sepatuku. Membungkus diriku dengan bathrobe lalu berlalu ke kamar mandi sementara Papa beranjak keluar kamar berjalan menuju dapur. Kupasang radio compo di kamarku, 120.36FM eh bisa pas banget.. Lagunya Ruth Sahanaya:<br />
<br />
"Ingin kumilikii, dengan sepenuh hati..<br />
<br />
Walauku harus setengah terluka mengharap cintamuu..<br />
<br />
Ingin ku sayangii. Tanpa terbagi laagii<br />
<br />
Apakah mungkiinn, menjalin kasih bila aku tak tahu bagaimanaa, 'kan mencintai dirimu..<br />
<br />
E N DNimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-43634506514698273152010-12-04T05:12:00.001+07:002010-12-04T05:52:14.991+07:00Cerita Sex Dicabuli Mba yeyenCerita Sex Dicabuli Mba yeyen, Namaku Ian, tinggal di salah satu kota besar di Jawa Barat. Yang kuceritakan disini adalah kejadian waktu aku masih duduk di kelas 1 SMP. Keluargaku tinggal di sebuah komplek perumahan yang cukup jauh dari pusat kota, sehingga suasana antar warganya masih akrab dan cukup dekat satu sama lain. Cerita sex yang lainnya bisa di dapetin hanya di sexceritadewasa.com.<br />
<br />
<br />
Semuanya bermula ketika keluargaku menggaji seorang pembantu yang bernama Yeyen. Dia merupakan pembantu yang digaji perhari, banyak keluarga di komplek kami yang menggunakan jasanya. Suatu ketika, aku sedang memberi makan kucingku ketika bel pintu berbunyi, aku segera melihat siapa yang datang, ternyata Mbak Yeyen.<br />
<br />
“Halo Ian, ada siapa di rumah?” tanya Mbak Yeyen.<br />
<br />
“Oh Mbak, kirain siapa. Mama Papa kan jam segini belum pulang Mbak..” jawabku sambil mempersilahkan dia masuk.<br />
<br />
“Oh gitu, kalo sendirian aja biar skalian Mbak temenin aja, kamu lagi apa?” tanya Mbak Yeyen lagi sambil langsung menuju dapur, aku mengikuti dari belakang sambil memandang pantat Mbak Yeyen yang montok. Hari ini dia memakai sweater hitam yang dipadu dengan rok coklat sepanjang betis.<br />
<br />
“Ga lagi ngapa2in Mbak..” jawabku.<br />
<br />
“Ya udah Mbak nyuci dulu ya.” katanya lagi.<br />
<br />
Aku hanya mengangguk dan pergi ke kamarku main Playstation.<br />
<br />
<br />
Beberapa jam kemudian aku capek dan mulai tertidur. Tiba2 Mbak Yeyen masuk ke kamarku hanya dengan mengenakan handuk yang dililitkan ke badannya. Aku terbangun karena suara pintu yang terbuka.<br />
<br />
“Ian, mama kamu punya hair dryer nggak?” tanyanya, sambil mengacak2 rambutnya yang basah didepan cermin besar di kamarku.<br />
<br />
“Mama sih punya Mbak, cuman Ian ga tau tempatnya dimana.” aku berbaring kembali. Mbak Yeyen memang biasa mandi dan makan di rumahku apabila orangtuaku sedang tidak ada, malah kadang2 dia membawa teman2nya untuk nonton DVD, masak apa yang ada di kulkas, hingga tidur2an di kamar Mama sambil ngegosip.<br />
<br />
“Yah, kalo gini rambut Mbak bakal lama keringnya dong.”<br />
<br />
Aku tidak menjawab. Tiba2 Mbak Yeyen melemparkan tubuhnya ke ranjang, tepat disebelahku sambil tertawa.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
“Uaah, Mbak ikut nungguin disini ya..” katanya. Lipatan handuknya terlepas tapi Mbak Yeyen tidak berusaha merapikannya. Payudaranya yang besar terlihat jelas. Aku bengong, soalnya baru pertama kali itu aku melihat payudara seorang wanita.<br />
<br />
“Heh kamu ngeliatin apa?” canda Mbak Yeyen.<br />
<br />
“Dadanya Mbak Yeyen gede..” ucapku polos.<br />
<br />
“Bagus nggak? Kamu suka?” tanya Mbak Yeyen lagi. Tapi tanpa menunggu jawabanku tiba2 Mbak Yeyen mendekap kepalaku ke payudaranya sambil tertawa2.<br />
<br />
“Nih Ian, isep..! Isep..!” candanya. Sementara aku tidak bisa bergerak karena Mbak Yeyen menindihku. Aku hampir tidak bisa bernapas. Mbak Yeyen terus membekapku dengan payudaranya, seringkali putingnya yang coklat dipaksakan memenuhi mulutku. Kira2 10 menit Mbak Yeyen berbuat begitu, aku yang tidak tahu apa2 bingung sendiri melihat Mbak Yeyen mulai keringatan dan napasnya terengah engah.<br />
<br />
“Ian, buka bajunya dong!” kata Mbak Yeyen sambil berjalan menuju pintu dan menguncinya.<br />
<br />
“Ian ga mau, malu sama Mbak!” aku mulai ketakutan karena tidak mengerti apa yang terjadi dan kenapa Mbak Yeyen berperilaku aneh. Aku melompat dari ranjang dan berlari menuju pintu, berusaha membukanya meski aku tahu itu percuma karena kunci pintu sudah disimpan Mbak Yeyen di atas lemari yang sulit kujangkau.<br />
<br />
“Udah sini kamu!” bentak Mbak Yeyen sambil mengangkat tubuhku, aku hanya bisa meronta2 tak berdaya. Lalu Mbak Yeyen membantingkan tubuhku ke atas ranjang, aku sesak, tapi Mbak Yeyen tak peduli, dia langsung menindih kakiku tepat dilutut, celanaku dipelorotkan, bajuku dibuka paksa sehingga kancing2 bajuku berhamburan di lantai. Tiap kali aku mencoba bangun, Mbak Yeyen mendorongku kembali, malah kadang2 dia menamparku sambil membentak2 menyuruhku berbaring.<br />
<br />
<br />
Aku ketakutan sekali sehingga aku pasrah dan hanya bisa menangis. Mbak Yeyen mengocok penisku dan kadang2 mengulumnya sampai keseluruhan penisku masuk ke dalam mulutnya, jari2 tangan kirinya bermain2 di vaginanya. Kira2 15 menit kemudian, dia berjongkok diatasku dan mulai mengarahkan penisku yang menegang ke dalam vaginanya. Aku benar2 bingung dan tidak mengerti apapun, yang kurasakan hanya kenikmatan yang luarbiasa ketika penisku masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Mbak Yeyen.<br />
<br />
<br />
“Ahh.. Ahh..” Mbak Yeyen mendesah sementara pinggulnya bergoyang2, kadang memutar, kadang naik turun. Tanganku ditarik sedemikian rupa sehingga memegang payudaranya.<br />
<br />
“Cepetan remes..! Yang kuat remesnya tolol!” bentak Mbak Yeyen, aku sudah meremas sekuat tenaga tapi telapak tanganku tidak mampu menjangkau seluruh payudaranya. Plaak!! Mbak Yeyen kembali menamparku.<br />
<br />
“Aaah.. Mau keluar niihh..!” Mbak Yeyen mempercepat gerakannya, badanku yang jauh lebih kecil dari Mbak Yeyen terombang ambing mengikuti gerakannya. Meski ketakutan, aku tidak bisa berbohong kalau rasanya nikmat sekali, seperti mau kencing tapi beda. Akhirnya aku hanya memejamkan mata ketika spermaku keluar. Mbak Yeyen menyadari aku keluar, dan dia makin mempercepat gerakannya sambil tertawa2.<br />
<br />
“Oooh…! Hahaha enak kan? Aah…! Nnngh..! Mbak juga mau keluar..!” sehabis bicara begitu tubuh Mbak Yeyen bergetar dan sedetik kemudian dia mendesah kencang.<br />
<br />
“Aaaahhh…!! Nikmatt..!” desahnya sementara tubuhnya berkedut2 mengejang.<br />
<br />
Aku tergolek lemas saat Mbak Yeyen berdiri. Tiba2 dia berjongkok kembali tapi kali ini dia mengarahkan vaginanya ke wajahku.<br />
<br />
“Aaah.., bersihin Yan, jilatin semuanya!” aku tak bisa lagi memberontak. Tangan Mbak Yeyen memegang kepalaku sementara vaginanya yang basah digesek2an ke mulut dan wajahku. Aku menangis dan berusaha menolak tapi tenaga Mbak Yeyen jauh lebih kuat. Dibekapnya mulutku dengan vaginanya sehingga aku kesulitan bernapas, tiba2 semuanya menjadi gelap. Aku pingsan.Nimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8629921311945966699.post-89097596386199491472010-12-03T17:35:00.001+07:002010-12-04T05:53:35.576+07:00Gairah sex Bersama baby sisterkuAku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni.<br />
<br />
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.<br />
<br />
Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.<br />
<br />
“Maaf yah, gue mau ke belakang dulu..”<br />
<br />
“Ya.. ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah”, jawab keempat temanku.<br />
<br />
“Ya, nanti kututup rapat”, jawabku.<br />
<br />
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.<br />
<br />
“Hmm.. hmm, Mas Ton”, Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.<br />
<br />
“Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?” tanyaku keheranan.<br />
<br />
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.<br />
<br />
Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.<br />
<br />
“Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala.”<br />
<br />
“Hmm.. hmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny”, jawabnya.<br />
<br />
“Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny”, ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.<br />
<br />
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, “Mbak Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?” tanyaku.<br />
<br />
“Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny.”<br />
<br />
“Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas”, tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.<br />
<br />
“Hmm.. Hmm..” ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.<br />
<br />
Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.<br />
<br />
“Sini Mbak”<br />
<br />
“Lebih dekat lagi”<br />
<br />
“Lebih dekat lagi dong..”<br />
<br />
Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.<br />
<br />
“Mas Tonny mau apa”, tanyanya.<br />
<br />
“Mas, mau diapain Mbak”, tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.<br />
<br />
“Udah, jangan banyak tanya”, jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.<br />
<br />
“Jangan Mas.. jangan Mas Tonny”, pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
“Jangan Mas Ton, jangan.. jangan..” tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.<br />
<br />
Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.<br />
<br />
“Jangan.. jangaan Mas Tonny”<br />
<br />
“Akh.. akh.. jangaan, jangan Mas”<br />
<br />
“Akh.. akh.. akh”<br />
<br />
“Jangan.. Mas Tonn”<br />
<br />
Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. “Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber..” tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. “Ohk.. ohk.. ohk..” desahan nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.<br />
<br />
“Okh.. okh.. Mbak.. Mbaak”<br />
<br />
“Teruss.. ss.. Mbak”<br />
<br />
“Mass.. Mass.. Tonny, saya tidak kuat lagi”<br />
<br />
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.<br />
<br />
“Mbak, dibuka yah celananya.” Mbak Marni hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil anjingku.<br />
<br />
“Shs.. shss.. sh”<br />
<br />
“Cepat dibuka”, pinta Mbak Marni.<br />
<br />
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.<br />
<br />
“Massh.. Mass..”<br />
<br />
“Mbak mau kelluaar..”<br />
<br />
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan “keluar”, tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. “Slepp.. slepp” Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.<br />
<br />
“Mass.. Mass pellann dongg..” Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. “Sleep.. sleep” dan, “Heck.. heck”, suara Mbak Marni tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. “Mass.. Mass.. pelaan..” Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. “Heck.. heck.. heck.. tolong.. tollong Mass pelan-pelan” tak lama kemudian, “Mas Tonny, Mbaak keluaar laagi” Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, “Croot.. croot” spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.<br />
<br />
Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. “Tonny.. tolong bukain dong, pintunya” Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.<br />
<br />
Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf<br />
<br />
, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.<br />
<br />
“Mbak, maafin Tonny yah!”<br />
<br />
“Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok”<br />
<br />
“Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga”, jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia melakukannya.<br />
<br />
Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.<br />
<br />
Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.<br />
<br />
<br />
TamatNimbuzz Flooder Captainhttp://www.blogger.com/profile/09453669710533489306noreply@blogger.com6